Ceramah Master Cheng Yen: Menjadikan Agama sebagai Panduan Hidup dan Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan

Kemarin, para relawan dari Indonesia, termasuk Bapak Sugianto Kusuma, kembali ke Griya Jing Si. Mereka berbagi tentang bagaimana perjalanan Tzu Chi Indonesia selama sekitar 20 tahun ini. Kisah yang mereka bagikan penuh kehangatan. Berkat tetes demi tetes sumbangsih para relawan, kini Tzu Chi Indonesia bisa membawa manfaat besar bagi warga setempat.

Kekuatan cinta kasih ini dimulai dari beberapa relawan perempuan. Mereka terus bersumbangsih hingga menyentuh hati dan menginspirasi para pengusaha terkemuka. Selain Bapak Sugianto Kusuma, juga ada Bapak Eka Tjipta Widjaja. Beliau adalah umat Kristen yang sangat taat. Saat mendampingi beliau berkunjung ke Hualien, putranya, Bapak Franky Oesman Widjaja, menyatakan berguru.

Bapak Franky bertekad dan berikrar untuk merekrut sedikitnya satu juta donatur. Beliau juga mengajak para karyawannya menjadi relawan Tzu Chi. Semua karyawannya menggalakkan semangat celengan bambu. Jadi, beliau bukan hanya menjadi donatur dan anggota komite Tzu Chi, tetapi juga membagi para karyawannya ke dalam beberapa tim untuk menjalankan misi Tzu Chi.

doc tzu chi

Di berbagai tempat, para karyawannya membentuk tim. Setiap tim mencurahkan perhatian kepada orang-orang yang menderita di komunitas masing-masing. Satu juta donatur yang direkrutnya bukan hanya berdonasi, tetapi juga menjalankan fungsi masing-masing. Kekuatan yang terhimpun sungguh sangat besar. Beliau juga memperlakukan karyawannya dengan semangat budaya humanis Tzu Chi.

Dengan adanya ikrar dan kelapangan hati, kita akan dipenuhi berkah. Beliau juga bisa melepas status sosialnya. Inilah yang disebut mengembangkan nilai hidup. Beliau tidak melekat pada status sosialnya. Meski menghabiskan banyak waktu untuk bisnisnya, tetapi beliau senantiasa memikirkan misi Tzu Chi. Saat diperlukan, beliau bahkan turut melakukan pembersihan. Beliau membawa manfaat bagi karyawannya dengan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan mereka. Ini merupakan salah satu tujuannya.

Jadi, apa yang disebut dengan agama? Agama berisi tujuan kehidupan manusia dan mengajarkan prinsip kebenaran. Dengan prinsip kebenaran, kita bisa senantiasa menyesuaikan arah tujuan kita. Kita bisa melihat Sint Maarten yang diporak-porandakan oleh Badai Irma. Di sana, terdapat sebuah keluarga yang seluruh anggotanya adalah relawan Tzu Chi. Meski juga terkena dampak bencana, tetapi mereka segera menyediakan roti agar para korban bencana tidak kelaparan.

doc tzu chi

Mereka sangat memperhatikan korban bencana. Berhubung masih ada beras dari Taiwan yang belum habis dibagikan, mereka segera mempersiapkan pembagian bantuan. Namun, karena jumlah beras bantuan terbatas, mereka tidak bisa membagikan beras sekarung demi sekarung seperti sebelumnya. Mereka terpaksa membatasinya. Setiap orang hanya bisa menerima tiga gelas beras.

Saat membagikan tiga gelas beras, mereka berbagi tentang tiga kebajikan. Belakangan ini, berhubung sendi kehidupan warga belum pulih, mereka kembali membagikan beras. Mereka juga mengumpulkan pakaian dan sandal untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Saat membagikan beras, mereka mengimbau warga untuk bertutur kata baik. Mereka berharap saat memakan nasi, warga dapat ingat untuk bertutur kata baik.

Meski pakaian yang dibagikan adalah pakaian bekas, tetapi mereka berharap saat memakainya, warga dapat bersikap lembut dan sabar serta berpikiran baik.  Saat membagikan sandal, mereka juga mengimbau warga untuk menapaki jalan yang baik. Lihatlah, betapa bijaksananya mereka. Kita berbagi ajaran benar tanpa memengaruhi keyakinan orang lain. Kita hanya mengimbau orang-orang untuk bertutur kata, berpikiran, dan berbuat baik. Relawan kita bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Inilah yang dilakukan oleh insan Tzu Chi di seluruh dunia.

doc tzu chi

Kita juga bisa melihat Afrika. Lihatlah, di Afrika Selatan juga terdapat tunawisma. Insan Tzu Chi mencurahkan perhatian pada mereka. Kita juga melihat di posko penyedia makanan, ada seorang relawan bernama Victoria. Setelah mengenal Tzu Chi, dia mulai menjadi relawan hingga memperoleh dukungan dari seorang anggota dewan. Jadi, seminggu sekali, dia menyediakan makanan hangat bagi para tunawisma.

Saat mencurahkan perhatian kepada tunawisma, relawan kita mendapati bahwa ada seorang anak muda yang sebelumnya adalah mahasiswa dan pernah bekerja di pengadilan sebagai penerjemah. Anak muda ini berhenti bekerja karena kecanduan narkoba. Dia berpikir bahwa jika tidak punya uang, dia tidak akan bisa membeli narkoba. Dia bertekad untuk berhenti mengonsumsi narkoba dan akhirnya menjadi tunawisma. Namun, kini dia bertemu dengan insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi memberikan bimbingan padanya.

“Saya sangat bersedia melibatkan diri dalam hal ini karena saya juga merupakan tunawisma. Saya memahami kebutuhan tunawisma karena kami memiliki hubungan yang erat. Banyak orang yang datang untuk memberikan apa yang mereka miliki tanpa menanyakan apa yang kami butuhkan. Yang kami butuhkan adalah perlengkapan mandi, selimut, pakaian, dan sepatu. Saya juga ingin melibatkan diri ke dalam organisasi amal, seperti Tzu Chi,” ujar seorang tunawisma.

Dia telah bergabung menjadi relawan. Kini, dia membantu menerjemahkan dalam kegiatan yang diadakan relawan kita. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Melihat dia memperbaiki kehidupannya, saya sangat terhibur. Tidak peduli menganut agama apa, asalkan sesuatu itu benar, maka lakukan saja. Jika semua orang saling membantu dan mendampingi dengan cinta kasih, kita tetap bisa merasakan kebahagiaan dan kehangatan meski dunia ini penuh penderitaan.

Menerapkan semangat budaya humanis untuk menabur benih kebajikan
Merekrut satu juta donatur dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Membagikan bantuan kepada yang membutuhkan dan mengimbau mereka melakukan tiga kebajikan
Menghimpun jalinan jodoh baik dan membimbing ke jalan kebenaran

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 November 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -