Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Hakikat Kesadaran Menuju Bodhi
Kita melihat kondisi yang memprihatinkan. Para ilmuwan secara tak sengaja menemukan adanya partikel mikroplastik yang beraneka warna di dalam sampel air hujan. Ini disebabkan oleh limbah plastik yang diciptakan oleh manusia dalam waktu lama.
Manusia terus terbuai untuk mengejar nama dan keuntungan dalam kehidupan. Keinginan manusia ini tidak terbatas. Manusia terus mengejar tanpa henti dan selamanya tak pernah puas. Begitulah manusia.
Berkat kemajuan teknologi masa kini, kita bisa memahami bencana yang terjadi. Lihatlah gunung dan lapisan es yang berperan dalam membantu keteraturan iklim dan musim, akibat terus dirusak oleh manusia dalam jangka waktu yang lama, kini telah mencair.
Pada bulan Juli tahun ini saja, permukaan lapisan es telah hilang sebanyak 1.600 ton. Itu sama dengan sekitar 64 juta kolam renang Olimpiade. Ini baru lapisan es di permukaan, belum termasuk di lautan. Kecepatan pemanasan di Kutub Utara mencapai dua kali dari daerah lain di dunia. Kini, sudah ada tanda yang sangat jelas yang menunjukkan bahwa pemanasan ini disebabkan oleh berlebihnya kadar karbondioksida di atmosfer.
Sudah saatnya bagi kita semua untuk memulihkan kondisi iklim yang sudah tidak selaras. Inilah ketidakselarasan empat unsur. Manusialah penyebab ketidakselarasan ini. Pola hidup manusia menyimpan bahaya. Kita tidak menyadarinya. Manusia masih terus mengejar nama dan keuntungan. Kini banyak daerah dilanda kekeringan. Lihatlah, di beberapa negara terjadi kebakaran hutan yang sulit dipadamkan. Kebakaran bisa berlangsung puluhan hari dan meliputi daerah yang luas. Ini adalah bencana bagi umat manusia.
Mengamati ketidakselarasan empat unsur, banyak hal yang ingin saya sampaikan. Dengan kemajuan teknologi masa kini, informasi juga bisa kita dapatkan dengan jelas. Hanya dengan sentuhan jari pada ponsel, kita bisa melihat berita tentang berbagai bencana di dunia. Dari sini, saya merasa bahwa hidup di dunia ini, diri saya berkaitan erat dengan segala sesuatu di alam. Jika kita semua memiliki pandangan ini, kita dapat mengingatkan diri sendiri. Dengan memiliki kewaspadaan seperti ini, kita dapat memperbaiki pola hidup.
Bencana berkaitan dengan pola hidup manusia. Sejak lama, manusia menjalani kehidupan dengan mengejar nama dan keuntungan dan terus mengeksploitasi alam. Ini sudah berlangsung dalam waktu lama sehingga pada proses eksploitasi ini, manusia juga telah merusak alam. Kini, yang tersisa ialah pencemaran dan bahaya. Inilah yang tidak disadari oleh manusia. Alangkah baiknya jika manusia memiliki pemahaman tentang kesalingterkaitan antara manusia dan alam, sama seperti yang dibabarkan Buddha lebih dari 2.500 tahun lalu, bahwa manusia hendaknya mengamati alam semesta dan mengingat ketidakkekalan. Kita harus mengingat hal ini di dalam hati.
Buddha sering berpesan kepada kita bahwa segala sesuatu tidaklah kekal, bukan sebaliknya. Kita mungkin mengira kebahagiaan dan kenikmatan hari ini bersifat abadi. Tidak.
Buddha berharap kita dapat mengamati dunia dan mengingat ketidakkekalan. Perubahan terjadi setiap saat. Dengan banyaknya bencana alam dan bencana akibat ulah manusia, setiap hari kita harus sungguh-sungguh membangkitkan hakikat kesadaran kita. Jadi, kita juga harus mengamati kesadaran batin kita. Kesadaran batin kita ini berkaitan dengan Bodhi. Bukankah manusia pada dasarnya selalu memiliki nafsu keinginan?
Benarkah begitu?
Benarkah manusia tidak bisa tidak menciptakan karma buruk?
Benarkah manusia tidak mungkin tidak tamak terhadap harta, sensualitas, dan ketenaran? Tidak.
Ingatlah, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Kita semua memiliki hakikat kesadaran yang murni dan jernih tanpa noda. Hanya saja, hakikat kesadaran yang murni ini tidak dapat kita pertahankan sehingga tercemar oleh kondisi luar. Nafsu akan harta, sensualitas, dan ketenaran mencemari batin kita sehingga kita tak dapat menjaga kemurnian diri.
Bodhisatwa sekalian, kita harus meningkatkan kesadaran kita. Kita semua memiliki hakikat kesadaran ini. Kita hendaknya merenungkan lebih dalam nasihat Buddha kepada kita. Jalan menuju kesadaran ini adalah jalan untuk menyucikan hati manusia. Jadi, hati manusia pada dasarnya adalah hati Buddha. Untuk kembali pada hakikat itu, kita harus selalu bersungguh hati.
Buddha
mengajarkan untuk mengamati alam semesta
Segala
sesuatu selalu berubah dan tidak pernah tetap
Nafsu
keinginan membuat manusia menciptakan karma buruk
Menjaga
hakikat kesadaran menuju Bodhi
Ceramah
Master Cheng Yen tanggal 20 Agustus 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan
tanggal 22 Agustus 2019