Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Kebajikan, Melindungi Dharma, dan Mengembangkan Potensi


“Sesungguhnya, AI yang ada saat ini sangat merusak Bumi. Jika Anda menggunakan GPU untuk menjalankan ChatGPT, emisi karbon dioksida yang dihasilkan dalam setahun mencapai 59 ton dan penggunaan listrik dalam setahun mencapai 5 miliar kWh. Tahukah semuanya berapa banyak listrik yang dihasilkan oleh satu pembangkit listrik tenaga nuklir di Taiwan dalam setahun? Jumlahnya adalah 10 miliar kWh. Artinya, satu pembangkit listrik tenaga nuklir hanya dapat mendukung 2 sistem AI yang menggunakan GPU seperti ChatGPT,”
kata Albert Liu Pendiri dan CEO Kneron.

“Jadi, seiring makin populernya AI, kita akan membutuhkan lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir. Apa yang kami lakukan saat ini ialah mengembangkan AI yang lebih hemat energi sehingga tidak perlu membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir. Meski Kneron hanyalah perusahaan kecil, kami selalu percaya bahwa apa yang kami lakukan dapat membuat dunia menjadi lebih baik,” lanjut Albert Liu.

Mendengar tentang AI, hal yang saya mengerti masih sangat sedikit. Namun, saya merasa bahwa AI bekerja sangat cepat ketika kita mencari sesuatu. Ini sangatlah bagus. Saya merasa bahwa kecerdasan buatan lebih tepat disebut sebagai "pengetahuan". Pengetahuan ini hanya sebatas pengetahuan saja tanpa adanya kebijaksanaan. Pengetahuan ini mencakup banyak hal. Kita cukup memasukkan satu nama saja dan ia dapat menyajikan beragam informasi tentangnya. Kita dapat melihatnya satu per satu dan memilih jawaban yang paling kita inginkan. Yang dimilikinya hanyalah fungsi, bukan potensi.

Generasi muda masa kini sering kali terus-menerus melihat ponsel mereka. Saat orang lain berbicara, apakah mereka benar-benar mendengarkan? Mata mereka selalu tertuju pada ponsel. Banyak informasi yang harus diterima sehingga menjadi sangat rumit. Oleh karena itu, banyak orang yang kehilangan kemurnian dan ketulusan.


Saat ini, generasi muda perlu mengetahui banyak hal. Sungguh, kita hendaknya mengembangkan potensi untuk merenungkan apakah sesuatu itu patut dilakukan dan apakah tindakan kita bermanfaat bagi orang banyak. Kini, sebagian orang telah kehilangan potensi ini. Dahulu, semua orang sangat tulus dalam melakukan sesuatu. Oleh karena itu, Buddha berkata bahwa semua orang pada dasarnya memiliki hakikat kebuddhaan, yaitu kesadaran hakiki. Saat ini, kita hanya memiliki pengetahuan dengan melihat.

Dalam mencari informasi, kita sering bergantung pada komputer yang menyediakan begitu banyak pilihan. Kita memasukkan kata kunci pada fitur pencarian tanpa meluangkan waktu untuk berpikir. Sesungguhnya, kesadaran ada dalam diri kita.

“Tiga atau empat tahun yang lalu, Master pernah mengatakan sesuatu yang selalu saya ingat di dalam hati, yaitu Master ingin merawat relawan lansia yang telah bekerja keras bersama untuk mendirikan Tzu Chi. Ibu saya adalah relawan pelestarian lingkungan Tzu Chi yang telah bersumbangsih selama 30 hingga 40 tahun. Oleh karena itu, perkataan Master tersebut sangat bermakna bagi saya,” kata Ruan Qi-hong Kepala Pusat Penelitian Kecerdasan Kognitif dan Perawatan Kesehatan Presisi Universitas Nasional Pusat.

“Saya berpikir untuk menyatukan kekuatan beberapa fakultas di Universitas Nasional Pusat dan melihat apakah kami bisa melakukan sesuatu yang kecil, tetapi bermakna. Kami berharap dapat menggunakan kecerdasan buatan dan sensor-sensor yang dapat dikenakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif ini mencakup waktu respons dan tingkat akurasi. Kemudian, yang paling baik ialah kami bisa secara bersamaan mendeteksi gelombang otak,” lanjut Ruan Qi-hong.

“Penelitian kami menemukan bahwa pada pasien dengan gangguan kognitif ringan, pola gelombang otak mereka dapat memprediksi apakah mereka akan menderita demensia dalam 2 atau 3 tahun ke depan. Jika kita dapat mengidentifikasi mereka yang lebih berisiko terkena demensia dan Alzheimer, kita dapat melakukan intervensi lebih awal, baik melalui olahraga maupun pengobatan yang dapat disesuaikan untuk membantu para lansia,” lanjut Ruan Qi-hong.


Inilah cinta kasih dan welas asih. Hendaknya kita memiliki cinta kasih agung yang tidak membeda-bedakan dan welas asih agung yang merasa sepenanggungan. Inilah ketulusan sejati. Namun, saat ini, kita sering kali terjebak dalam teks yang ketika diklik, seketika muncul banyak pilihan. Hal ini telah menyita banyak perhatian kita. Oleh karena itu, perkembangan teknologi ini sebenarnya baik atau buruk? Hasilnya benar atau tidak? Apakah hasilnya berasal dari kebijaksanaan hakiki kita atau hanya pilihan yang diambil dari sekian banyak teks yang muncul? Jelas ada perbedaan di antara keduanya. Jadi, ini sangat memprihatinkan.

Zaman ini sangat menakutkan. Apakah ini kebijaksanaan atau hanya teknologi? Teknologi adalah sesuatu yang dimanfaatkan, sedangkan kebijaksanaan berasal dari dalam diri kita. Jadi, apa yang kita lihat adalah teknologi. Kita harus berhati-hati saat menggunakan teknologi. Tidak boleh ada penyimpangan sedikit pun. Sama seperti dalam pelayanan medis, ketika mendiagnosis penyakit pasien, tidak boleh ada kesalahan sedikit pun karena ini berhubungan dengan obat yang diresepkan.

Jika pasien mengonsumsi obat yang salah, organ tubuh yang semula sehat mungkin akan rusak dan berdampak buruk bagi kesehatan mereka. Sama halnya dengan Dharma. Dharma menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jika Dharma disampaikan dengan salah, jiwa kebijaksanaan akan menyimpang jauh dari prinsip kebenaran. Intinya, Tzu Chi akan melindungi kehidupan dengan misi kesehatan dan melindungi jiwa kebijaksanaan dengan Dharma.


Saya sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi. Semuanya selalu mempraktikkan kebajikan, saling mengasihi, dan saling melindungi. Ketika mendengarkan Dharma bersama-sama, jika kita membangkitkan kegelapan batin dan sedikit menyimpang, orang-orang di sekitar kita yang juga mendengarkan Dharma akan mengingatkan kita tentang ajaran Master.

Saya sangat bersyukur karena sering mendengar relawan berkata, "Ya, Master berkata demikian." Ini berarti saya ada di dalam hati mereka. Ketika diingatkan, setiap orang akan langsung tersadar dan tak lagi berinteraksi dengan hati yang penuh dengan kegelapan batin. Saya sangat bersyukur insan Tzu Chi saling mendukung dan menggalakkan kebajikan.

Hendaknya kita mawas diri. Ajaran Buddha memandang penting hukum karma. Satu benih dapat menghasilkan benih yang tak terhingga. Satu benih yang baik dapat melindungi semua benih baik di dunia. Jika benihnya buruk, gulma akan tumbuh di mana-mana dan mencabutnya bukanlah hal yang mudah. Jika benih yang ingin ditanam terjerat oleh gulma, gulma yang lebih kuat dari benih yang bermanfaat akan segera menutupi benih tersebut. Oleh karena itu, hendaknya kita menjaga pikiran dengan baik. Pikiran baik harus kita kembangkan. Jika ada pikiran keliru, kita harus segera mengingatkan diri sendiri untuk melenyapkannya.

Menyadari prinsip kebenaran dengan tulus
Membawa manfaat bagi masyarakat dengan potensi kebajikan
Membawa manfaat dan melindungi jiwa kebijaksanaan dengan welas asih
Mengembangkan kebajikan dan melenyapkan keburukan dengan segera

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 26 Agustus 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 28 Agustus 2024
Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -