Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Kebersihan dari Sumbernya dan Mendalami Dharma

Kita bisa melihat di Kabupaten Yunlin, banyak sampah yang menumpuk. Akibat penyebaran virus flu burung pada awal tahun dan terjangan beberapa topan belakangan ini, volume sampah menjadi lebih besar dan sampah yang dapat diangkut ke tempat pembakaran sampah di wilayah lain juga berkurang. Kini yang lebih kami khawatirkan adalah tempat ini menjadi sarang nyamuk atau penyakit lainnya.

Balai Kota Huwei menangani masalah ini dengan sangat serius. Mereka melakukan desinfeksi secara rutin. Lebih dari 20 tahun yang lalu, masalah sampah di Taiwan sama seperti kondisi yang kita lihat tadi. Tzu Chi telah menggalakkan pelestarian lingkungan selama lebih dari 20 tahun. Beberapa waktu yang lalu, terdengar kabar bahwa sebagian tempat pembakaran sampah sudah tidak diperlukan lagi karena volume sampah telah berkurang. Namun, pada tahun ini, masalah sampah mulai muncul kembali. Mengapa bisa demikian?

Kondisi pada saat ini sama seperti “perang sampah” yang terjadi pada lebih dari 20 tahun yang lalu. Kini kondisi seperti itu muncul kembali. Apa yang harus kita lakukan? Ini sungguh membuat orang tidak berdaya dan merasa sedih.

Kini penyebaran virus demam berdarah juga membuat orang sangat khawatir. Beberapa hari ini, insan Tzu Chi terus membantu para warga membersihkan lingkungan. Di seluruh Taiwan, banyak wali kota, camat, lurah, ketua RW, dan ketua RT yang melaporkan kepada Tzu Chi tentang rumah warga yang kebersihannya tidak terjaga. Insan Tzu Chi terus bersumbangsih dengan penuh cinta kasih untuk melindungi semua makhluk. Terlebih lagi, belakangan ini, penyebaran demam berdarah sangat mengkhawatirkan. Karena itu, begitu menerima laporan, insan Tzu Chi segera bergerak untuk bersumbangsih.

Belakangan ini, inilah yang dilakukan oleh para insan Tzu Chi di Taiwan. Dalam keseharian, banyak orang yang tidak memilah barang yang bisa didaur ulang. Contohnya keluarga-keluarga yang menumpuk semua barang di rumah mereka. Saat rumah mereka dibersihkan, banyak barang yang harus dibuang.

Kini, Jepang juga mulai menggalakkan pemilahan barang daur ulang. Pemerintah setempat mulai menggalakkan hal ini pada bulan Oktober. Bagaimana cara mereka menjalankannya? Setiap kantong sampah yang dibuang oleh setiap keluarga harus dibuka dan diperiksa apakah ada barang yang bisa didaur ulang, tetapi tidak dipilah. Mereka memeriksa apakah isi kantong sampah benar-benar sampah yang harus dibuang. Mereka benar-benar memeriksa kantong sampah setiap keluarga. Selama bertahun-tahun, inilah harapan saya yang selalu berusaha saya wujudkan. Jika setiap keluarga dapat menjaga kebersihan dari sumbernya, memilah barang yang bisa didaur ulang, dan memanfaatkannya kembali, maka sumber daya alam tidak akan terus terkuras. Namun, setiap orang harus memiliki pandangan yang sama agar hal ini bisa dilaksanakan. Jika setiap orang memiliki pandangan dan melakukan tindakan yang sama, maka secara alami, volume sampah akan berkurang. Singkat kata, kita bukan tidak bisa melakukannya, melainkan kurang bersungguh hati.

Kita bisa melihat bahwa asalkan ada kesungguhan hati, tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Betapa mengagumkannya para Bodhisatwa di Afrika Selatan. Asalkan ada tekad, tidak ada hal yang sulit. Para relawan Tzu Chi dari Durban terus menuju King William’s Town dan Port Elizabeth untuk bersumbangsih. Untuk pulang pergi, mereka harus menempuh jarak sejauh 2.000 kilometer dengan mengemudikan mobil selama lebih dari 20 jam. Mereka tidak takut bekerja keras. Lihatlah, di sana ada orang yang hidup kekurangan, menderita penyakit, dan kakinya memborok akibat penyakit diabetes. Para relawan kita menjangkau mereka dan berusaha membuka pintu hati mereka.

“Adakalanya, saat kami mengadakan kunjungan, ada warga yang bertanya, ‘Jika saya bergabung menjadi relawan Tzu Chi, apakah saya akan mendapatkan upah?’ Kami memberi tahu mereka bahwa, Kita menjadi relawan untuk menolong sesama. Ini dapat membantu kita terbebas dari kekurangan dan penderitaan,” kisah Tinaha, relawan Afrika Selatan. Mereka bisa mewariskan Dharma. Meski harus berjalan melalui padang rumput dan bekerja keras untuk mengemban misi, mereka tidak pernah bermalas-malasan. Meski harus naik mobil menempuh jarak sejauh 2.000 kilometer lebih, mereka tetap rela melakukannya karena telah mengenal Dharma.

Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, mereka dapat memahami penderitaan di dunia ini. Karena itu, mereka melatih diri pada kehidupan ini agar di kehidupan berikutnya, penderitaan mereka dapat berkurang. Mereka dapat berbagi kebenaran dengan sesama. Mengapa mereka bisa begitu memahami kebenaran? Karena mereka tidak pernah bermalas-malasan. Bulan lalu, mereka membuat perjanjian dengan warga King William’s Town untuk berbagi pengalaman mereka. Namun, saat mereka sampai di tempat perjanjian, warga yang hadir sangat sedikit. Ternyata, ada sebuah keluarga yang sedang berduka. Karena itu, banyak warga desa yang pergi ke sana untuk berbelasungkawa.

Insan Tzu Chi lalu membawa beras ke sana dan mencurahkan perhatian kepada keluarga itu. Selain itu, para relawan kita juga menjelaskan tentang logo di karung beras. Mereka menjelaskan bahwa beras tersebut berasal dari Taiwan. Mereka juga menjelaskan tentang bagaimana sumbangsih Tzu Chi Taiwan. Awalnya, orang-orang di sana merasa bingung. Namun, akhirnya mereka tersentuh setelah mendengar penjelasan insan Tzu Chi. Inilah pewarisan Dharma di Afrika Selatan.

Mereka telah mengembangkan kebijaksanaan dan cinta kasih mereka sehingga dapat menyentuh hati orang lain. Ini semua karena mereka sangat giat. Lihatlah, mereka begitu giat mendengar ceramah saya setiap pagi. Saat akan mendengar ceramah saya, mereka juga memberikan penghormatan. Setelah memberi penghormatan sebanyak 3 kali, mereka mulai mendengarkan ceramah saya. Dahulu, mereka menonton “Lentera Kehidupan”. Kini, mereka menonton “Sanubari Teduh”. Kita bisa melihat kemajuan mereka. Mereka sangat tekun dan bersemangat. Berkat ketekunan dan semangat mereka, mereka dapat memahami Dharma sehingga dapat bersumbangsih di dunia ini tanpa terganggu oleh rintangan apa pun.

Mereka dapat mempertahankan tekad dan rela bekerja keras untuk bersumbangsih bagi sesama. Ini semua berkat adanya akar keyakinan yang kuat dan tekad yang teguh. Dengan tekun dan bersemangat, mereka mendengar, merenungkan, dan mempraktikkan Dharma. Meski mereka tidak mengerti ucapan saya, tetapi dengan adanya terjemahan bahasa Inggris, mereka dapat menerjemahkannya ke dalam bahasa setempat sehingga mereka dapat mendengar, merenungkan, dan mempraktikkan Dharma. Mereka melatih diri dengan cara bersumbangsih dengan sabar dan teguh. Saya sangat gembira melihatnya.

Menjaga kebersihan dari sumbernya demi menjaga kualitas barang daur ulang

Menjaga kebersihan dari sumbernya merupakan teladan dalam pelestarian lingkungan

Melatih sila dan kesabaran serta melakukan kebajikan

Membabarkan Dharma dengan makna yang tak terhingga
Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Oktober 2015

Ditayangkan tanggal 16 Oktober 2015

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -