Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Kedamaian Lahir Batin

Setibanya di Pingtung, saya sudah sangat terharu. Sejak saya tiba pagi tadi, para relawan melaporkan tentang penerapan misi pelestarian lingkungan di Pingtung. Yang terpenting adalah meningkatkan kesadaran lingkungan dalam diri setiap orang. Semakin banyak kita menyosialisasikan kesadaran lingkungan, lingkungan kita pun akan semakin bersih.

Lebih jauh lagi, kita semua harus paham dengan jelas bahwa menyucikan hati manusia harus dimulai dengan tindakan yang konkret. Hati dan prinsip kebenaran bersifat abstrak. Untuk menyebarkan semangat yang abstrak ini, kita harus menggunakan sesuatu yang konkret. Contohnya, kita harus mengajak anak muda untuk sama-sama melakukan praktik nyata. Saat mereka berada dekat dengan botol-botol dan tumpukan sampah yang kotor, mereka akan dapat merasakan dan memahami kerja keras orang-orang yang mengumpulkan sampah.

Dengan begitu, mereka akan mengerti untuk mulai menerapkan prinsip daur ulang dan membimbing orang lain. Karena itu, sosialisasi seperti ini harus terus dijalankan. Jika kita tidak melestarikan lingkungan dengan baik sehingga nyamuk dan serangga berkembang biak, maka akan memicu penyebaran demam berdarah. Jadi, kita harus sering menyosialisasikan hal ini.

Kita juga mendengar laporan kegiatan bagi para lansia. Bagaimana kita merawat para lansia? Kita harus memberi kesempatan pada mereka untuk bersosialisasi dan banyak bergerak agar hati mereka gembira. Posko daur ulang juga merupakan tempat yang baik bagi warga lanjut usia untuk berkesempatan melakukan kegiatan dan merasakan rasa kekeluargaan. Di sana banyak anak muda yang mendampingi mereka. Para warga lansia pun dapat saling bercerita tentang masa lalu mereka. Ini adalah kesempatan yang baik untuk bersosialisasi. Jika tidak, orang seusia saya ini, saat berbicara pada orang yang lebih muda tentang kondisi 50 atau 60 tahun lalu, bahkan 70 atau 80 tahun lalu, mereka mungkin tidak akan mengerti.

Mereka mungkin merasa, "Bagaimana mungkin orang zaman dahulu hidup seperti itu?" Cara hidup zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman dahulu. Seperti yang kita lihat di Kaohsiung, para relawan melakukan perjalanan dari Taiwan bagian tengah hingga selatan guna menelusuri perjalanan saya pada zaman dahulu. Mereka juga mengumpulkan banyak perkakas yang banyak digunakan 50 sampai 60 tahun lalu. Saat melihat pameran foto di sana, saya dapat mengenang kondisi masa lalu saat saya masih muda.

Ternyata, begitu banyak perubahan yang terjadi. Kita bisa membandingkan foto-foto di sana, seperti foto Guru Xiu Dao pada masa lalu dengan Guru Xiu Dao saat beliau berusia sekitar 90 tahun. Saya lalu berkata, "Begini rupanya di masa lalu, dan begini rupanya baru-baru ini. "Waktu memang tidak dapat dihentikan. Waktu terus berlalu. Manusia juga terus menua tanpa disadari. Saya berkata, "Begini rupa saya saat masih muda. Sekarang jadi seperti ini." Kami berdua pernah berfoto bersama dan foto ini menjadi penanda tentang waktu saat itu. Kini, yang ada adalah penuaan.

Tanda yang ditinggalkan oleh waktu adalah tanda penuaan. Terlebih lagi manusia. Semuanya terus berubah Waktu terus berlalu. Hari ini saya melihat relawan senior di Pingtung yang sudah bergabung di Tzu Chi hampir 40 tahun. Pada masa-masa awal Tzu Chi yang sangat sulit, Topan Thelma menerjang Taiwan. Saya juga pernah pergi ke Fanhuaw, Pingtung dan tinggal di sana selama hampir sebulan demi menjalankan misi bantuan bencana. Saya berdiri di depan Balai Desa Changjhih selama beberapa hari hanya demi meminta daftar nama warga yang terkena dampak topan. Itu saja sangat sulit.

Inilah yang saya alami 30 hingga 40 tahun lalu, saat Topan Thelma menerjang Taiwan. Saat itu, mengapa kita bersikeras untuk mendapatkan daftar nama para warga? Karena kita berharap segala yang kita lakukan dapat tepat sasaran. Kita ingin mengetahui jumlah akurat warga yang terkena dampak topan. Keluarga yang memiliki banyak anggota kita berikan barang bantuan sedikit lebih banyak. Keluarga yang anggotanya sedikit, kita berikan lebih sedikit. Kita memberi bantuan sesuai kebutuhan. Kita harus memiliki kebijakan yang jelas agar yang perlu dibantu tiada yang terlewat. Inilah kebijakan yang terus kita pegang. Dahulu seperti itu, sekarang pun sama. Semua sumber daya yang kita miliki harus sampai ke tangan orang yang paling membutuhkan.

Kita bersumbangsih dengan selalu berusaha untuk tepat sasaran dalam setiap bantuan yang kita salurkan. Jadi, selama 50 tahun ini, dalam berbagai bencana besar ataupun kecil, berapa banyak yang telah kita lakukan? Ini sungguh tidak dapat dihitung. Tentu, kita sudah sangat bersungguh hati. Selain itu, kita juga melihat para anggota Asosiasi Guru Tzu Chi yang meski telah pensiun, tetapi tetap aktif di sekolah untuk mengajarkan budaya humanis. Untuk menyucikan hati manusia dan menciptakan masyarakat yang harmonis, kita harus menaruh perhatian pada pendidikan. Jika pikiran anak-anak menyimpang sedikit saja, maka perilaku mereka akan membawa dampak buruk sepanjang hidup mereka dan sungguh mengkhawatirkan.

Jadi, Bodhisattva sekalian, kita sungguh harus bersungguh hati dalam segala aspek kehidupan kita. Kita harus menghirup keharuman Dharma. Dengan memiliki Dharma, kita bukan hanya dapat membimbing diri sendiri, tetapi juga dapat membimbing orang lain. Dengan Dharma, pasti ada jalan keluar. Kehidupan penuh dengan penderitaan. Tidak banyak orang yang dapat mempertahankan kedamaian batin di tengah penderitaan. Orang yang dapat tetap tenang dan damai di tengah penderitaan adalah orang yang memiliki Dharma. Orang yang memiliki Dharma di dalam hatinya, saat bertemu dengan kesulitan atau penderitaan, akan dapat menjaga kedamaian batinnya. Jadi, dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus sungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati. Dharma ini bukan hanya dapat meringankan penderitaan orang lain, tetapi juga memberi sandaran yang damai dan penuh kebahagiaan bagi mereka.

Bodhisatwa sekalian, kini di seluruh dunia, bencana air dan api banyak melanda. Api masih terus membakar hutan dan air banjir baru saja mulai surut. Di negara maju, kita menyalurkan bantuan. Di negara tertinggal, kita juga menyalurkan bantuan. Ini karena bencana membuat orang tidak berdaya. Namun, saya juga sangat terharu karena Tzu Chi bisa bersumbangsih di seluruh dunia seperti saat ini. Semua ini tercapai berkat jasa kalian semua. Meski kalian tidak secara langsung pergi menyalurkan bantuan ke luar negeri, tetapi himpunan dari sumbangsih kalian juga telah sampai ke berbagai daerah bencana.

Saya sungguh berterima kasih atas cinta kasih dari setiap relawan. Terima kasih. Semoga kalian semua senantiasa sehat lahir batin, penuh berkah, dan selamat setiap hari. Terima kasih.

Para lansia menjaga kesehatan fisik dan batin dengan kegiatan daur ulang

Senantiasa berusaha menyalurkan bantuan dengan tepat sasaran

 Pendidikan yang berakar kuat membawa harapan

Menyerap Dharma demi membimbing semua makhluk dan menciptakan keharmonisan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 3 Juli 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 5 Juli 2016

Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -