Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Kelestarian Lingkungan dan Menyebarkan Ajaran Kebajikan
Kita bisa melihat banyak bencana terjadi di seluruh dunia. Contohnya Cile yang biasanya terlihat seperti gurun pasir, tiba-tiba dilanda banjir besar sehingga terlihat seperti sungai. Karena itu, kita harus meningkatkan kewaspadaan.
Mengapa dunia ini tidak tenteram dan terjadi begitu banyak bencana? Ini semua ditimbulkan oleh tindakan manusia yang tidak disengaja. Mereka tidak menyadari konsekuensinya. Namun, kini kita bisa melihat bahwa orang-orang mulai sepaham, sepakat, dan bisa bertindak bersama untuk mengasihi bumi.
Suatu tindakan
yang tidak disengaja mengakibatkan wilayah pegunungan dipenuhi sampah.
Dibutuhkan waktu yang lama untuk membersihkan sampah-sampah itu. Kita juga
mengimbau orang-orang untuk berhenti membuang sampah sembarangan. Kita juga
harus menjadi teladan dalam hal ini. Selain itu, kita juga mengajak orang-orang
untuk membantu membersihkan gunung. Benar, inilah yang harus dilakukan, semua
orang bergotong royong dengan kesepahaman dan kesepakatan. Jika setiap orang
bisa membangun tekad untuk berhenti membuang sampah di gunung dan membawa turun
sekarung sampah dari gunung, maka dalam waktu singkat, gunung akan kembali
bersih.
Jadi, bagaimana cara menyucikan hati manusia? Asalkan setiap orang bersedia membangun tekad, kita bisa menyucikan hati masyarakat seperti membersihkan gunung. Kita harus bertindak secara nyata dengan penuh cinta kasih untuk membawa turun sekarung demi sekarung sampah dengan sabar.
Seperti yang saya katakan dalam ceramah pagi, dalam menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus membangun tekad dan ikrar untuk menginspirasi orang-orang membangkitkan cinta kasih. Jika bisa demikian, bukankah masyarakat akan harmonis dan indah?
Agar dunia aman dan tenteram, kita harus menghimpun kekuatan cinta kasih dan menyatukan hati orang-orang. Dengan begitu, akan tercipta masyarakat yang indah. Kita juga melihat insan Tzu Chi Afrika Selatan pergi ke Port Elizabeth. Di sana ada seorang nenek tunanetra berusia 93 tahun yang kelaparan.
“Kami mendapati bahwa dia tidak mandi. Jadi, kami memandikannya dan mencuci pakaiannya,” kata Lü Du, relawan Tzu Chi. Relawan lokal di Afrika Selatan menempuh ribuan kilometer dengan membawa beras dan barang bantuan untuk mengunjungi nenek itu. Mereka juga memandikannya dan membersihkan rumahnya. Di King William’s Town, sekelompok orang berkumpul di padang rumput yang luas. Di sana, insan Tzu Chi berbagi dengan orang-orang tentang bagaimana memanfaatkan kekuatan cinta kasih untuk menciptakan berkah dan menolong sesama.
“Tzu Chi tidak akan mengubah keyakinan kita atau meminta kita untuk mengikuti keyakinan mereka. Mereka hanya mengajari kita bagaimana cara menolong sesama,” ujar Nomfundiso, relawan Tzu Chi. “Saya merasa sangat gembira dan beruntung karena Tzu Chi membawa harapan bagi kami. Mereka juga membawa beras dari Taiwan untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan. Ada banyak warga komunitas yang akan bergabung ke dalam barisan relawan. Ada banyak warga komunitas yang akan bergabung ke dalam barisan relawan,” imbuh Njokweni, Ketua komunitas Peddie.
Ketua komunitas mengimbau setiap orang untuk menghimpun cinta kasih dan memperhatikan orang-orang yang menderita. Saya berharap warga setempat dapat membangkitkan cinta kasih dan membentuk tim relawan.
Di sana, benih cinta kasih mulai bertunas. Asalkan memiliki cinta kasih dan kesempatan, kita bisa menggarap ladang di sana dan menaburkan benih cinta kasih. Lihatlah para relawan lokal di Afrika. Setiap kali, perjalanan yang mereka tempuh sungguh tidak mudah. Mereka bahkan menjangkau negara lain dan tempat-tempat yang sangat jauh. Mereka memiliki tekad pelatihan serta sangat tekun dan bersemangat dalam melakukan praktik nyata. Filosofi mereka tidak terlepas dari ajaran Buddha.
Meski merupakan
umat Katolik, relawan lokal di Afrika bisa menjalankan misi Tzu Chi yang
dilandasi oleh semangat ajaran Buddha. Mereka bisa menerima Tzu Chi, ikut
mengucapkan amitabha, dan bersyukur kepada Tzu Chi Taiwan. Mereka juga berbagi
dengan warga setempat dari asal mula berdirinya Tzu Chi hingga kini menjangkau
dunia internasional. Mereka mengingat sejarah Tzu Chi di dalam hati dan bisa
berbagi dengan orang lain. Mereka juga senantiasa mengingat cinta kasih Tzu Chi
yang tulus terhadap mereka. Setelah menerima cinta kasih dari Tzu Chi, ke mana
pun mereka pergi, mereka selalu mencurahkan cinta kasih. Jadi, mereka
membimbing sesama. Kekuatan seperti ini sangatlah besar.
Setiap tahun, Taiwan mengirimkan beras cinta kasih ke Afrika. Setelah membagikan beras bantuan, relawan kita juga menggalakkan pelestarian lingkungan. Mereka tidak membuang karung beras. Karung-karung beras diolah menjadi tas ramah lingkungan. Mereka membuat tas ramah lingkungan dengan karung beras dan benang dari karung. Benang di karung beras pun tidak mereka buang. Mereka menggunakan bagian karung yang terdapat logo Tzu Chi Taiwan sehingga ke mana pun mereka pergi, orang-orang bisa melihat bahwa mereka pernah menerima bantuan beras dari Taiwan. Dengan hati penuh rasa syukur, mereka mengembangkan kekuatan cinta kasih mereka. Sungguh, saya sangat tersentuh.
Setiap penerima bantuan adalah orang yang benar-benar membutuhkan. Para penerima bantuan telah menjadi orang yang bisa menolong sesama dan membangkitkan kekayaan batin. Meski tidak kaya secara finansial, tetapi batin mereka sangat kaya. Mereka sangat bahagia sekarang. Dahulu, mereka berkeluh kesah, tidak bisa berpikiran terbuka, sering bertengkar, dan menimbulkan masalah. Namun, kini mereka telah hidup harmonis. Inilah yang disebut Dharma.
Setelah menyerap filosofi Tzu Chi dan ajaran Buddha ke dalam hati, relawan lokal di Afrika bisa berinisiatif menolong sesama. Ini sungguh sangat menyentuh. Mereka juga menggalang donasi dari penerima bantuan agar penerima bantuan dapat menciptakan berkah. Setiap kali membagikan minyak, garam, dan beras, relawan kita memberi tahu penerima bantuan bahwa himpunan tetes demi tetes donasi dapat digunakan untuk menyalurkan bantuan internasional.
Relawan kita menjelaskan bahwa menyumbangkan 50 sen saja bisa menolong orang-orang di negara lain. Demi membangkitkan cinta kasih warga setempat, relawan kita berusaha untuk merekrut donatur, baik yang kaya maupun miskin.
Para relawan di Afrika mengemban misi Tzu Chi secara mandiri, tetapi selalu mengatasnamakan Tzu Chi Taiwan yang merupakan sumber kekuatan cinta kasih. Ini sungguh membuat orang tersentuh. Di berbagai negara, setelah terinspirasi menjadi relawan, sumber daya setempat untuk menolong sesama. Inilah kekuatan cinta kasih. Saya sangat bersyukur.
Kebiasaan membuang sampah sembarangan
menimbulkan pencemaran lingkungan
Mengubah kebiasaan buruk
untuk menjaga kebersihan lingkungan
Mengantarkan cinta kasih ke tempat yang jauh demi
menolong orang yang membutuhkan
Mengatasnamakan Tzu Chi Taiwan dalam bersumbangsih dan menyebarkan
ajaran kebajikan
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Mei 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Mei 2017
Editor: Metta Wulandari