Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Perbuatan, Ucapan, dan Pikiran
“Setelah melahirkan, saya mendapati bahwa kesehatan anak saya bermasalah. Saat itu, saya sungguh sangat sedih. Saya memeriksakan anak saya ke berbagai dokter. Di sisi lain, saya juga harus bekerja. Jadi, saat itu, jiwa dan raga saya sangat tersiksa. Pada masa-masa sulit yang penuh penderitaan itu, saya pernah berpikir untuk mengakhiri hidup saya. Saya juga pernah menutup diri. Kehidupan manusia tidak kekal. Setelah mengalami berbagai ketidakkekalan, saya merasa bahwa saya harus menggenggam waktu untuk bersumbangsih. Master berkata bahwa meski tidak memiliki uang, kita dapat bersumbangsih lewat tindakan nyata. Itu juga termasuk dana, benar tidak?” tutur Wu Hui-yue, Relawan Tzu Chi.
“Kehidupan saya bagaikan memermak pakaian, butuh banyak perbaikan, benar tidak? Beruntung, ada Master yang "mendaur ulang" dan "memermak" saya. Dahulu, kehidupan saya hitam putih. Sekarang, kehidupan saya berwarna-warni. Kita harus bisa memperbaiki diri. Sungguh, jangan menyerah. Saat bertemu kesulitan, kita harus menghadapinya dengan berani. Tidak ada penderitaan yang tidak bisa berlalu. Sungguh, demikianlah yang saya rasakan,” sambungnya.
“Dengan menjalankan Tzu Chi, kita dapat merasakan pahit dan manis dari kehidupan orang lain. Saat melihat orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal ataupun makanan, kita hendaknya memikirkan tentang makanan dan tempat tinggal yang kita miliki serta banyaknya orang yang memperhatikan kita. Kita juga melihat warga lansia yang hidup sebatang kara. Meski memiliki anak, tetapi anak-anak mereka tidak ada di sisi mereka. Karena itulah, Master berkata bahwa kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan. Jadi, dapat berkumpul bersama keluarga, kita sungguh dipenuhi berkah,” tutur Lin Mei-xia. Selama 17 tahun ini, Lin Mei-xia adalah penerima bantuan Tzu Chi, setelah kondisi kehidupannya membaik, dia berhenti menerima dana bantuan dan turut bergabung ke dalam barisan relawan.
Saya sering berkata bahwa kita harus bersyukur atas kesulitan yang dihadapi karena kesulitan merupakan pendukung pelatihan diri kita. Pelatihan diri yang sesungguhnya ialah melatih diri dari kehidupan ke kehidupan hingga melupakan semua permusuhan dan hanya memiliki satu niat, yaitu bersumbangsih bagi semua makhluk. Melatih diri dari kehidupan ke kehidupan bagaikan memiringkan sebuah baskom berisi air keruh dan terus mengisinya dengan air jernih agar air keruh di dalamnya mengalir keluar. Lama-kelamaan, air keruh di dalam baskom akan habis dan air yang tertampung di dalam baskom akan sama jernihnya dengan sumber airnya.
Saat ini, kita adalah makhluk awam. Makhluk awam memiliki pola pikir yang rumit. Berhubung kini kita mempelajari Dharma, kita hendaklah berusaha untuk mempraktikkan kesabaran. Aksara "ren" (sabar) terdiri atas "pisau" dan "hati". Artinya, meski menghadapi masalah,kita tetap harus bersabar. Dengan demikian, kita akan melupakannya seiring waktu dan dapat menjalin jodoh baik dengan orang lain.
Jika dapat berinteraksi dengan harmonis dan mendekatkan hati dengan orang lain, kita dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan kebaikan bersama. Dari kehidupan ke kehidupan, kita harus terus membina cinta kasih berkesadaran. Dahulu, kita bermusuhan dengan orang lain karena hidup di tengah delusi. Kini kita perlahan-lahan membebaskan diri dari delusi dan menumbuhkan kebijaksanaan. Karena itulah, kita tersadarkan dan dapat melupakan semua permusuhan. Jadi, mari kita bersungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati.
Pandemi COVID-19 merupakan akibat dari karma buruk kolektif semua makhluk dan semua orang terkena dampaknya. Setiap orang hendaklah meningkatkan kewaspadaan dan mematuhi protokol kesehatan untuk menjaga kesehatan. Kita harus menunjukkan ketulusan kita. Jika kita hanya berkata bahwa kita sangat tulus, ketulusan itu tidak terlihat. Kita harus menunjukkan ketulusan kita dengan menjalankan vegetarisme dan sila.
Menjalankan vegetarisme berarti bervegetaris dan menjalankan sila berarti mengingatkan diri sendiri untuk tidak melukai makhluk lain. Sejak akhir tahun 2018 hingga tahun lalu, saya terus berkata bahwa kita harus bersyukur, menghormati, dan mengasihi kehidupan; harmonis tanpa pertikaian untuk menciptakan berkah bersama. Saat ini, kita sungguh harus menciptakan berkah bersama.
Pandemi kali ini muncul karena manusia tidak menunaikan kewajiban untuk mengasihi kehidupan. Manusia melukai dan membunuh banyak hewan hanya demi memenuhi nafsu makan. Saat kita mengajak orang untuk berbuat baik, semua orang menyanggupi ajakan kita. Namun, mengajak orang untuk bervegetaris sangatlah sulit karena mereka tidak terbiasa. Mereka akan berkata bahwa mereka telah terbiasa mengonsumsi makanan pedas, makanan asin, daging, dan sebagainya.
Banyak orang yang berkata bahwa mereka tidak bisa makan tanpa daging. Saya sering mendengar orang berkata demikian. Jadi, mengendalikan nafsu makan sangatlah sulit. Kini, kita harus menunjukkan ketulusan kita. Asalkan ada niat, maka tidak ada hal yang sulit. Apakah Anda memiliki niat? Apakah Anda tulus? Dengan ketulusan, bervegetaris tidaklah sulit. Jadi, bervegetaris merupakan wujud ketulusan kita.
Dengan bertekad untuk bervegetaris, secara tidak langsung, kita juga berdoa bagi dunia ini. Setiap orang hendaknya berikrar untuk membangkitkan niat baik dan cinta kasih universal. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita hendaknya mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk menciptakan berkah bersama. Kita harus berpegang pada sila untuk menjaga fisik dan batin kita. Kita juga harus berpegang pada cinta kasih untuk menjaga perbuatan, ucapan, dan pikiran.
Berhubung hati adalah pelopor segalanya, maka kita harus menggunakan hati penuh cinta kasih untuk menjaga perbuatan, ucapan, dan pikiran. Kita juga harus berpegang pada sila agar tidak melakukan kesalahan lewat tubuh dan mulut kita. Saya berharap insan Tzu Chi di seluruh dunia dapat melakukannya. Dengarkan kata-kata ini dengan jelas. Berpeganglah pada sila untuk menjaga fisik dan batin kita.
Kita harus menjaga fisik dan batin diri sendiri dengan berpegang pada sila. Kita juga harus berpegang pada cinta kasih untuk menjaga perbuatan, ucapan, dan pikiran diri sendiri. Jika dapat melakukannya, kita secara alami dapat bervegetaris. Dengan demikian, kita tidak akan membunuh, cinta kasih kita juga akan bertumbuh sehingga kita dapat berinteraksi dengan sesama dengan penuh cinta kasih.
Menjaga perbuatan,
ucapan, dan pikiran diri sendiri
Bersyukur atas kesulitan
yang mendukung pelatihan diri
Tulus bervegetaris dan
terbebas dari permusuhan
Menghormati kehidupan
dan menciptakan berkah bersama
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 31 Desember 2020