Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Pikiran dan Menggarap Ladang Berkah
Setiap hari, kita melihat banyak bencana yang terjadi di seluruh dunia. Akibat ketidakselarasan unsur air, begitu turun hujan, banjir pun terjadi. Untuk segera menyalurkan bantuan, relawan kita harus mengatasi berbagai kesulitan. Misi ini tidaklah mudah.
Namun, di lokasi bencana, banyak rumah yang terendam banjir. Bayangkanlah, bagaimana korban bencana melewati hari-hari mereka? Bayangkanlah, bagaimana korban bencana melewati hari-hari mereka? Sehari terasa bagai setahun bagi mereka. Kita bisa membayangkan betapa tidak berdayanya mereka.
Selain mendatangkan penderitaan, banjir juga merusak perabot rumah tangga dan barang lainnya. Meski warga bisa mengungsi ke tempat penampungan, tetapi bagaimana kondisi rumah mereka? Mereka tetap merasa khawatir. Setelah pulang, bagaimana mereka membersihkan rumah? Sebagian relawan setempat juga terkena dampak banjir, tetapi mereka mengesampingkan kepentingan pribadi dan tetap bergotong royong dengan relawan lain dengan cinta kasih dan kesatuan hati untuk membersihkan rumah korban bencana.
Mengetahui bahwa sebagian relawan kita juga terkena dampak bencana serius, relawan lain juga bekerja sama untuk membantu saudara se-Dharma melakukan pembersihan. Mereka terlebih dahulu bersumbangsih dengan cinta kasih, lalu memperoleh curahan perhatian dari saudara se-Dharma. Inilah kekuatan cinta kasih. Tentu, setelah rumah mereka dibersihkan, mereka kembali bersumbangsih dengan sepenuh hati.
Saya sering berkata bahwa kita harus bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Dalam huruf “xie” dari kata “xie li” (bergotong royong), terdapat tiga huruf “li” (kekuatan). Huruf keduanya juga “li”. Jadi, dalam kata “bergotong royong” saja terdapat empat huruf “kekuatan”. Selain bergotong royong, juga dibutuhkan sikap saling mengasihi, keharmonisan dalam interaksi banyak orang, keharmonisan dalam interaksi banyak orang, dan kesatuan hati, barulah kita bisa bersumbangsih dengan penuh sukacita.
Dengan keharmonisan dan kesatuan hati, kita semua adalah satu keluarga. Saat dibutuhkan, semua orang bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Kemarin, hujan deras kembali mengguyur wilayah selatan Taiwan. Insan Tzu Chi pun kembali mengantarkan makanan hangat bagi warga di Kaohsiung dan Pingtung.
Sungguh, relawan kita terus bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih. Contohnya Laos yang juga dilanda banjir. Lewat Vietnam, insan Tzu Chi pergi ke Laos untuk menyalurkan bantuan. Namun, kembali turun hujan deras di sana. Kali ini, relawan kita pergi ke sana dengan membawa barang bantuan, seperti penyaring air, alat pendeteksi penyakit, makanan, dan lain-lain.
Kita bisa melihat betapa telitinya mereka menyalurkan bantuan kali ini. Bencana yang terjadi di Laos kali ini bisa ditelusuri penyebabnya. Untuk menjual listrik pada negara-negara lain, pemerintah setempat membangun banyak bendungan untuk menampung air. Namun, guyuran hujan deras mengakibatkan bendungan jebol. Banyak orang yang tidak sempat menyelamatkan diri.
Daerah yang tergenang banjir sangat luas dan banyak orang yang terkena dampak bencana. Warga yang terkena dampak bencana semula sudah sangat menderita karena hidup kekurangan. Mereka dilanda penderitaan setiap hari. Meski hidup dalam kondisi serba sulit, mereka tetap bertahan. Namun, bencana kali ini membuat hidup mereka semakin menderita.
Ini bukan terjadi tanpa alasan. Demi meningkatkan penghasilan negara, banyak bendungan yang dibangun di sana. Karena bendungannya jebol, maka terjadilah banjir. Inilah akibat dari karma kolektif semua makhluk. Singkat kata, sulit untuk menghindari bencana, kecuali setiap orang dapat memahami hukum sebab akibat.
Jebolnya bendungan di Laos bukan hanya menimbulkan bencana di Laos, tetapi juga mengakibatkan level air Sungai Mekong meningkat sehingga terjadi banjir di Kamboja. Insan Tzu Chi juga segera menyurvei lokasi bencana. Mereka juga membeli roti dan membagikannya di lokasi bencana. Kedua negara ini dilanda banjir.
Kita tidak memiliki relawan di Laos. Namun, relawan kita di Kamboja telah bergerak untuk memberi bantuan. Kini, kita baru mulai merekrut relawan di Laos. Ada seorang pengusaha setempat yang memberi dukungan pada kita yang memberi dukungan pada kita saat kita menyurvei lokasi bencana.
Bagai teratai yang mekar di tengah lumpur, kita bisa menjalin jodoh dengan pengusaha tersebut karena bencana yang terjadi di sana. Teman relawan kita memperkenalkannya pada kita sehingga dia bisa memberi dukungan pada kita. Kemarin, pengusaha ini datang menemui saya di Griya Jing Si. Bapak Lin adalah pengusaha sukses di Laos dan sangat berkontribusi pada negaranya. Dia memberi tahu saya bahwa dia bersedia untuk bergabung dan mendukung Tzu Chi di Laos.
Saya sangat bersyukur. Berkat jalinan jodoh dengannya, kita juga mengenal beberapa pengusaha dan warga setempat. Saya yakin dengan dukungan warga setempat, para korban bencana akan tertolong dan penyaluran bantuan bisa berjalan lancar. Kelak, orang-orang yang membantu kita ini mungkin juga akan menjadi benih Tzu Chi. Demikianlah jalinan jodoh baik terbentuk.
Bencana banjir yang terjadi membuat warga merasa takut
Membantu korban bencana membersihkan rumah bagai keluarga sendiri
Setiap bencana terjadi akibat karma buruk kolektif semua makhluk
Menggenggam jalinan jodoh untuk menggarap ladang berkah
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Agustus 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Agustus 2018
Editor: Stefanny Doddy