Ceramah Master Cheng Yen: Menjaga Pikiran, Menjauhi Kesalahan, dan Mengukur Kebajikan Diri


“Saat menyiapkan makanan untuk semua orang, prinsip yang harus dipatuhi ialah tidak melakukan pemborosan. Jadi, saat menentukan menu, kami akan memeriksa lemari es terlebih dahulu. Kami memiliki konsep barang yang masuk lemari es lebih dahulu juga harus keluar lebih dahulu. Jika ada barang yang sudah tidak dapat digunakan, kami akan segera membereskannya sehingga tidak akan membusuk terlalu lama,”
kata Bhiksuni De Jiang Anggota Sangha Griya Jing Si.

“Sesungguhnya, sangat banyak orang yang membawakan sayur kepada kami. Terkadang, sayur itu tidak dapat disimpan terlalu lama sehingga saya harus mengganti menu. Setelah berpengalaman masuk dapur, saya sangat bersyukur atas setiap hidangan yang ada. Saya tahu bahwa setiap hidangan itu telah melewati sumbangsih dari banyak orang sehingga saya sangat bersyukur atas cinta kasih yang ada di dalamnya,” kata Bhiksuni De Zun Anggota Sangha Griya Jing Si

Hendaknya kita bersyukur setiap saat. Hendaknya kita memiliki Lima Perenungan, yaitu bersyukur atas setiap mangkuk nasi yang kita miliki karena ini tidak didapatkan dengan mudah. Semangkuk nasi harus melalui usaha dari banyak orang. "Hitunglah berapa banyak jasa di balik makanan ini; renungkanlah dari mana ia berasal." Apa bentuk semangkuk nasi ini pada awalnya?

Nasi berasal dari bulir padi yang dikupas dan digiling hingga menjadi beras. Beras akan melewati berbagai prosedur sebelum tiba di rumah kita. Beras juga membutuhkan api dan penanak nasi. Saat waktunya tiba, kita dapat membuka penanak nasi dan nasi yang harum siap untuk dinikmati. Dapat terlihat bahwa kita sangat dipenuhi berkah. Oleh karena itu, kita harus bersyukur.

Hendaknya kita beranjali sebelum makan dan merenungkan berapa banyak kebajikan yang kita ciptakan dan apa yang telah kita lakukan bagi dunia. Dengan demikian, kita akan terus mengingatkan diri sendiri. Berikutnya, "Menjaga pikiran dan menghindari kesalahan." Jangan sampai pikiran kita meninggalkan kebajikan. Jadi, kita harus menjaga pikiran dan menghindari kesalahan.


Kita menjaga jangan sampai pikiran kita membuat kesalahan. Kita juga menjaga jangan sampai keluhuran kita hilang. Karena itu, kita harus waspada. Kita harus senantiasa menjaganya. "Ukurlah kebajikan diri sendiri." Renungkan berapa banyak hal baik yang telah kita lakukan sehingga kita layak menerima semangkuk nasi ini. Inilah sebabnya, kita sebagai umat Buddhis harus beranjali dan melakukan Lima Perenungan.

“Pertama-tama, kita harus membangkitkan rasa syukur karena makanan ini bukan didapat dengan mudah. Sangat banyak orang dari berbagai kalangan yang membuat kita dapat memiliki makanan hingga hari ini. Saya selalu merenungkan, adakah diri saya bekerja tidak sesuai aturan dan merugikan orang? Apakah saya layak untuk menerima makanan ini? Sudahkah saya menghormati profesi saya? Apakah saya sudah dapat mengendalikan ketamakan? Apakah saya telah membalas budi semua makhluk? Dengan adanya Lima Perenungan saat makan, kita dapat belajar untuk bersyukur, menghormati profesi kita, meredam ketamakan, dan membalas budi semua makhluk,” kata Bhiksu Hui Min Mantan kepala Dharma Drum Institute of Liberal Arts.

Mengapa ada orang yang kehilangan keluhuran? Semua itu akibat ketamakan. Jadi, hendaknya kita merenungkan apakah diri kita sendiri memiliki ketamakan. Ketika makan, makanlah secukupnya. Kita bukan makan karena nafsu keinginan mulut, melainkan untuk mengisi perut secukupnya. Jangan tamak terhadap cita rasa. Janganlah kita hanya bersedia makan ketika makanan itu tampilannya mewah, aromanya harum, dan rasanya lezat.

Hendaknya kita menjaga pikiran dan menghindari kesalahan seperti ketamakan. Kita harus menghindarinya. Kita harus menjaga diri sendiri. Jadi, "Jadikan menjaga pikiran dan menghindari kesalahan seperti ketamakan dan lainnya sebagai prinsip." Inilah arah kita. Jangan tamak. "Pandanglah makanan ini sebagai obat untuk menyembuhkan tubuh yang lemah." Jadi, saat makan, hendaknya kita bersikap patut dan penuh rasa hormat.


Ketika kembali ke Griya Jing Si, semua orang akan makan di setiap meja dengan cara duduk yang tegak dan terlebih dahulu beranjali. Inilah Lima Perenungan yang harus kita pelajari. "Demi pencapaian pelatihan diri, kami menerima makanan ini." Kita makan agar dapat melatih diri dengan baik. Kita harus menjaga kesehatan jasmani, barulah memiliki waktu untuk merampungkan pelatihan diri. Jadi, waktu juga sangatlah penting.

Hendaknya kita menggenggam waktu untuk melakukan banyak hal. Untuk mengungkapkan rasa syukur, hendaknya kita bersumbangsih. Berkat himpunan upaya dari banyak orang, kita dapat memiliki makanan. Kita seharusnya bersyukur. Apa lagi yang harus kita cari? Hendaknya kita bersyukur setiap saat. Dapat berkumpul di tempat yang agung ini, kita harus tahu bahwa ini adalah hasil dari upaya dan cinta kasih dari banyak orang.

Batu bata, semen, dan air dalam jumlah besar digunakan untuk membangun ladang pelatihan ini. Jadi, saat masuk ke tempat ini, berjalanlah dengan lembut dan jagalah kebersihan. Saat memasuki ladang pelatihan ini, lepaskan alas kaki kalian dan masukkan ke dalam kantong alas kaki. Jangan biarkan tanah dan kotoran yang ada pada alas kaki mengotori lantai di ini. Jagalah ladang pelatihan ini agar tetap bersih dan tidak tercemar. Bukan hanya kotoran yang terlihat, melainkan juga noda batin, seperti ketamakan, kebencian, kebodohan, dan kegelapan batin janganlah dibawa masuk.

Tujuan kita datang ke tempat ini ialah belajar bagaimana menghilangkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Ketamakan dapat membawa penderitaan sepanjang hidup kita. Jika mengenal rasa puas, kita akan dipenuhi kebahagiaan. Setiap hari, saya berkata bahwa saya merasa puas dan sangat bersyukur karena banyak orang yang mewujudkan apa yang ingin saya lakukan. Berkat tetes demi tetes kekuatan cinta kasih yang terhimpun, kita dapat memiliki kekuatan untuk melakukan banyak hal bajik bagi dunia.


Melatih diri berarti mengembangkan kebajikan dan keluhuran. Orang yang berbudi luhur akan memperoleh pahala. Setelah kita melatih diri untuk mengembangkan kebajikan, barulah kita akan memperoleh pencapaian. Jika kemarin kita tidak berbuat salah, hari ini kita harus tetap mawas diri. Berbicara dengan orang lain dapat menambah pengetahuan kita. Kita tidak dapat menumbuhkan kebijaksanaan jika kita tidak belajar dari pengalaman. Ketika melakukan hal yang benar, kita telah menumbuhkan kebijaksanaan; ketika melakukan hal yang salah, kita telah kehilangan keluhuran dan menambah keburukan. Hendaknya kita memahami hal ini.

Kita harus mengukur kebajikan diri sendiri. Hendaknya kita merenungkan berapa banyak hal bajik yang telah kita lakukan dan apakah kita layak menikmati hidup ini. Hendaknya kita terus mengingatkan diri dan melatih diri dengan tekun. Saya percaya bahwa setiap insan Tzu Chi telah memahami apa yang saya katakan dan akan menjalankan yang saya katakan ini.

Ketika memiliki kesadaran dan pengetahuan, kita pasti akan melakukan hal-hal yang baik. Ketika telah melakukan hal baik, kita pasti akan memperoleh pahala. Kita akan menuai apa yang telah kita tabur. Ini tidak akan dibagi dengan orang lain dan semuanya akan menjadi milik kita. Jadi, hendaknya kita menggenggam nilai kehidupan untuk bersumbangsih. Inilah nilai dalam kehidupan. 

Mempraktikkan Lima Perenungan saat makan
Mengingat jasa orang lain dan mengukur kebajikan diri sendiri
Makan hanya untuk menyehatkan tubuh agar dapat melatih diri
Menjaga pikiran, menjauhi kesalahan, dan melenyapkan tiga racun batin 

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 02 Januari 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 04 Februari 2024
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -