Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ajaran dengan Tekad yang Teguh


“Dalam libur panjang perayaan Festival Kue Bulan, saya pergi ke pantai untuk bermain layang-layang. Layang-layang itu terbang bebas di langit. Saat angin bertiup kencang, layang-layang pun mengikuti arah angin sehingga saya kesulitan untuk menariknya. Saya juga melihat terjangan ombak yang sangat besar. Itu membuat saya teringat bahwa ombak bagaikan pikiran kita. Namun, pikiran kita tidak boleh seperti layang-layang atau ombak. Pikiran kita harus tenang. Jadi, jika pikiran kita tenang, kita akan memiliki kebijaksanaan agung dan dapat memahami semua Dharma,”
kata Yu Hao-cheng relawan cilik Jing Si Books & Café.

“Kita sering kali membiarkan banyak hal memengaruhi pikiran kita sehingga menimbulkan banyak noda batin. Noda dan kegelapan batin itu bagaikan debu yang kadang tak terlihat. Namun, setelah terakumulasi seiring waktu, sulit untuk melenyapkannya. Karena itulah, kita harus membasahinya dengan air Dharma setiap hari. Di Tzu Chi, terdapat pintu Dharma yang tak terhingga. Mari kita lebih bersungguh hati. Meskipun Buddha tak terlihat, tetapi lewat perumpamaan ‘Toko obat Buddha’ dan sebuah buku Kakek Guru tentang Sutra Bunga Teratai, kita bisa tekun dan bersemangat melatih diri setiap hari. Ada pula Lentera Kehidupan yang ditayangkan di Da Ai TV setiap hari. Jadi, kita bisa mendengar ceramah Kakek Guru setiap hari,” lanjutnya.

“Ketika melihat kondisi kesehatan Kakek Guru yang kurang baik, tetapi masih mengkhawatirkan murid-muridnya setiap hari dan bersiteguh membabarkan Dharma demi mengembangkan jiwa kebijaksanaan murid-muridnya, saya merasa tidak sampai hati. Saya ingin cepat tumbuh dewasa agar dapat turut menyebarkan Dharma,” pungkasnya.


Kebijaksanaannya melampaui usianya saat ini. Semoga para relawan senior dapat saling memperhatikan dan menyemangati satu sama lain. Mungkin banyak dari kalian yang telah mengikuti langkah saya selama puluhan tahun. Saya selalu berpikir bahwa kita seharusnya jangan menyerah pada usia tua. Namun, terkadang saya berpikir bahwa kita tidak bisa tidak mengaku tua.

Ketika terbayang apa yang akan terjadi pada orang-orang saat mereka menyerah pada usia tua, saya merasa itu menakutkan. Karena itu, saya mengingatkan diri sendiri untuk tidak menyerah pada usia tua. Dengan tidak menyerah pada usia tua, kita akan mampu mengikuti perkembangan masyarakat.

Jika kita berpikir bahwa kita sudah tua, tidak lagi bersungguh hati, dan ingin beristirahat sejenak, begitu pikiran kita beristirahat, kita tidak akan lagi terbangun dan akan terus beristirahat. Karena itu, kita harus membangunkannya setiap hari serta mengingat kembali masa lalu kita sebagai insan Tzu Chi dan aktivitas Tzu Chi yang telah kita lakukan.

Saya terus mengingatkan kalian semua untuk tidak melupakan orang-orang ataupun peristiwa yang terjadi pada tahun itu. Seiring berjalannya waktu, semua insan dan kegiatan Tzu Chi juga terus bertumbuh. Jadi, sejarah kehidupan kita sungguh sangat bernilai.

Dalam kunjungan kali ini, saya terus mengingatkan kalian semua untuk menginventarisasi kehidupan masing-masing setiap hari. Saya sendiri juga melakukannya setiap hari. Dahulu, saya memberi tahu kalian semua bahwa saat kaki depan menapak, kaki belakang harus melangkah. Janganlah melekat pada masa lalu. Namun, saat ini saya ingin kalian semua mengenang kembali dan memeriksa apakah yang telah kita lakukan di masa lalu sudah benar. Demikianlah kita menginventarisasi kehidupan sendiri. Apakah kita telah melakukan hal yang benar?


Jika apa yang kita lakukan sudah benar, kita harus lebih tekun dan bersemangat melatih diri. Seperti halnya seorang anak tadi, saya berpesan kepadanya untuk tetap tekun dan bersemangat melatih diri serta menjaga kemurnian pikiran seperti itu. Kepada para relawan lansia, saya juga berpesan, "Kalian harus tekun dan bersemangat melatih diri, jangan menyerah pada usia tua. Kita harus selamanya menjaga hati, pikiran, kesungguhan, dan ketulusan kita."

Ketika menginventarisasi kehidupan, kita akan melihat bahwa sesungguhnya kita telah melakukan banyak hal. Dari inventarisasi kehidupan saya sendiri, saya menemukan bahwa tidak ada satu hal pun yang dilakukan Tzu Chi bagi dunia yang membuat saya menyesal. Karena itu, saya selalu berkata bahwa tidak ada penyesalan pada kehidupan kali ini karena hati, pikiran, dan tekad saya hanya demi membimbing semua orang ke Jalan Bodhisatwa agar mereka dapat melangkah dengan mantap tanpa menyimpang dan keliru sedikit pun. Karena itulah, saya berani mengatakan bahwa kehidupan insan Tzu Chi sungguh sangat bernilai karena mereka telah banyak bersumbangsih bagi dunia.

Dalam Sutra Bunga Teratai, Buddha berkata bahwa Beliau datang ke dunia ini untuk sebuah tujuan utama, yakni mengajarkan praktik Bodhisatwa demi membimbing manusia menjadi Bodhisatwa. Kehidupan ini penuh penderitaan. Banyak bencana alam dan bencana lainnya yang memang disebabkan oleh ulah manusia. Pencemaran terjadi di mana-mana dan pemanasan global makin meningkat. Ada beberapa faktor penyebabnya. Tentu saja, semua itu karena populasi manusia yang meningkat dengan sangat cepat.

Kini, populasi dunia telah hampir mencapai delapan miliar. Mengapa semua orang perlu mengenakan masker sekarang? Karena udara yang kita hirup mengandung virus. Saat ini, kita semua harus meningkatkan kewaspadaan. Ketika kita melindungi diri sendiri, sesungguhnya kita juga melindungi orang lain.


Di tengah pandemi ini, saya sering berkata bahwa langit, bumi, dan manusia memiliki energinya masing-masing. Pernapasan kita juga dapat menimbulkan banyak pencemaran. Terlebih lagi, mulut kita juga dapat menimbulkan pencemaran yang lebih besar akibat mengonsumsi daging hewan. Dalam sehari, ada lebih dari 200 juta ekor hewan yang dikonsumsi oleh manusia. Tahukah kalian berapa bulan waktu yang dibutuhkan untuk membesarkan seekor hewan?

Daging hewan itu hanya disajikan di atas meja dalam beberapa menit saja. Setiap orang makan satu atau dua potong, daging pun habis dalam sekejap. Dari saat diternakkan hingga siap disajikan untuk memenuhi nafsu makan manusia, hewan-hewan ini harus bersaing dengan manusia untuk mendapatkan bahan pangan dan air. Jadi, berapa banyak pakan dan sumber air yang telah kita habiskan bagi ternak untuk dapat membesarkannya? Berapa banyak sumber daya kebutuhan hidup manusia yang telah kita hamburkan untuk ternak, seperti ayam, bebek, babi, dan sebagainya?

Hanya demi sepotong daging, manusia telah membunuh makhluk hidup. Dalam ajaran Buddha, itu disebut menciptakan karma buruk pembunuhan. Setiap makhluk yang bernyawa memiliki kesadaran atau jiwa. Setiap hewan yang terbunuh itu menunggu untuk melakukan pembalasan. Inilah karma buruk kolektif yang terhimpun membentuk sebuah energi. Begitu energi itu matang, Jiwa-jiwa hewan itu akan melakukan pembalasan dan bencana pun terjadi. Untuk memuaskan nafsu makan manusia, orang-orang telah menciptakan begitu banyak pencemaran pada Bumi dan udara.

Belakangan ini, saya selalu berkata bahwa tidak ada obat mujarab untuk pandemi kali ini. Obat mujarab yang sesungguhnya ialah pola makan vegetaris.  

Belajar tidak mengenal batas usia
Senantiasa menjaga kemurnian hati dan pikiran
Mempertahankan tekad yang teguh tanpa penyesalan
Mewujudkan ketenteraman dan keharmonisan dunia dengan bervegetaris

Menjalankan Ajaran dengan Tekad yang Teguh
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 29 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 01 Mei 2022
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -