Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Enam Paramita dan Puluhan Ribu Praktik di Jalan Bodhisatwa
“Sebelum datang ke sini, ibu saya diopname. Dokter juga tidak mengizinkannya pergi ke luar negeri. Saya harus mengajukan surat permohonan agar ibu saya bisa datang ke sini. Saat itu, ibu saya berkata pada saya, “Meski harus merangkak, saya tetap harus pergi untuk menerima doa dari Master,” kata Bu Weizhen, Relawan Tzu Chi Shanghai.
“Putri saya berkata kepada saya bahwa dia ingin menjadi murid Master yang baik dan putri semua orang. Saya berpikir bahwa jika dia menjadi putri semua orang, maka saya akan menjadi ibu semua orang. Mengapa? Karena dengan begitu, kami bisa bersama-sama menapaki Jalan Tzu Chi dan menyebarkan ajaran Master,” kata Zhang Xueying, Relawan Tzu Chi Shanghai.
Dari relawan yang berbagi pengalaman di atas panggung, kita bisa melihat pasangan ibu dan anak serta pasangan suami istri. Saya sering berkata bahwa orang terdekat adalah orang yang paling sulit untuk dibimbing. Namun, jika kita bisa membimbing keluarga sendiri, maka tidak ada yang tidak bisa kita bimbing. Dibandingkan dengan membimbing keluarga sendiri, membimbing orang lain jauh lebih mudah.
Membimbing keluarga sendiri sungguh tidak mudah. Meski demikian, banyak relawan kita yang telah melakukannya. Dari sini kita bisa melihat keharmonisan keluarga relawan kita. Seluruh anggota keluarga bergabung menjadi relawan Tzu Chi, ini sungguh tidak mudah. Saya sangat tersentuh mendengarnya. Kita bisa melihat kesungguhan hati insan Tzu Chi dari Tiongkok dalam mengemban misi Tzu Chi. Saya sangat gembira melihatnya.
Kali ini, di Kompleks Tzu Chi Sanchong, saya juga mendengar ketekunan dan semangat mereka dalam mengikuti pelatihan relawan. Dalam dua hingga tiga tahun ini, demi mengikuti pelatihan relawan, mereka harus menempuh jarak yang sangat jauh dengan naik kereta. Ada yang harus naik kereta selama 25 jam. Mereka tidur di tempat tidur yang sempit di dalam kereta. Meski demikian, mereka tetap saling berbagi pemahaman mereka setelah mendengar Dharma. Sungguh, dengan menggenggam setiap menit dan detik, kita bisa memperoleh sumsum Dharma dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan.
Kemarin, saya sangat tersentuh. Hari ini, saya juga sangat tersentuh. Para relawan yang naik ke atas panggung untuk dilantik sangat perhatian. Mereka berkata, “Master tidak perlu khawatir. Selanjutnya, kami akan mengemban tanggung jawab atas Tzu Chi.” Ada pula yang berkata, “Master harus percaya pada kami.” Saya berkata, “Saya percaya pada kalian. Namun, saya juga ingin bertanya kepada kalian apakah saya bisa memercayai kalian untuk selamanya? (Bisa) Baik. Saya ingin mengingatkan kalian bahwa sulit untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Apakah kalian tahu? (Tahu) Namun, di mana ada tekad, (di sana ada jalan) Benar.
Saya juga ingin memberi tahu kalian bahwa kalian akan menghadapi berbagai kritikan. Apakah kalian sanggup menanggungnya? (Sanggup) Baik. Asalkan kalian sanggup menanggungnya, maka kalian bisa menghadapi berbagai kritikan dengan berpengertian, berlapang dada, bersyukur, dan berpuas diri. Inilah “Empat Ramuan Tzu Chi”. Pernahkah kalian menggunakannya? (Pernah) Dahulu, insan Tzu Chi sering membahas “Empat Ramuan Tzu Chi”. Namun, “Empat Ramuan Tzu Chi” sudah beberapa waktu tidak dibahas. Karena itu, saya terus mengingatkannya kembali. Dengan mempelajari hal-hal baru, kita mungkin akan melupakan yang lama. Karena itulah, saya terus berkata kepada kalian untuk mempelajari sejarah Tzu Chi.
Benar, kita harus mempelajari sejarah Tzu Chi. Selama 50 tahun ini, kita tidak pernah beromong kosong. Selama 50 tahun ini, kita mewujudkan semua ucapan kita secara nyata. Dharma harus dipraktikkan secara nyata. Selama 50 tahun ini, kita tidak pernah beromong kosong. Apakah kalian percaya? (Percaya) Kita tidak pernah beromong kosong. Jadi, kita selalu mengingat setiap ucapan kita. Dahulu, kita memiliki “Empat Ramuan Tzu Chi”. Kini, kita juga memiliki “Empat Sup Tzu Chi”. Apa yang dimaksud “Empat Sup Tzu Chi”? (Bersatu hati, harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong)
Benar, semua tim harus selamanya bersatu hati. Kita juga harus senantiasa mengingatkan diri sendiri untuk bersyukur, berpuas diri, berlapang dada, dan berpengertian. Terhadap sesama manusia, kita harus saling mengasihi. Dengan saling mengasihi, saat mendengar berbagai kritikan, kita bisa menghadapinya dengan berpengertian dan berlapang dada. Dengan berpengertian dan berlapang dada, kita bisa mengatasi berbagai masalah.
Kita harus mempraktikkan semangat Tzu Chi dalam interaksi antarsesama dan jangan pernah bermalas-malasan. Jika kalian bisa mempraktikkan semangat Tzu Chi untuk selamanya, barulah saya bisa memercayai kalian untuk selamanya. Saya bukan hanya akan memercayai kalian di kehidupan ini, tetapi juga di kehidupan mendatang. Apakah kalian sanggup menerima ujian ini? (Sanggup) Jika bisa demikian, maka saya benar-benar bisa merasa tenang.
Bodhisatwa sekalian, kita memiliki hati yang sama, yakni hati Buddha. Kita juga memiliki tekad yang sama, yakni tekad Bodhisatwa. Kalian memiliki hati Buddha dan tekad Bodhisatwa. Saya juga demikian. Saya juga meneladani Bodhisatwa dan mengikuti jejak langkah Bodhisatwa. Saya terus mencari jejak langkah Bodhisatwa dan meneladani Bodhisatwa. Saya telah berikrar kepada para Buddha dan Bodhisatwa. Karena itulah, saya membuka pintu Tzu Chi. Saya juga berkata kepada semua orang tentang “demi ajaran Buddha, demi semua makhluk”. Enam kata ini diberikan oleh guru saya pada saya. Enam kata inilah yang dipraktikkan saya sepanjang hidup.
Sepanjang hidup ini, saya mendedikasikan diri demi ajaran Buddha dan semua makhluk. Saya juga membabarkan Sutra agar ajaran Buddha dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya, dalam perjalanan selama 50 tahun ini, saya menghadapi banyak kesulitan. Saya meratakan jalan yang penuh rintangan ini dengan cinta kasih. Jadi, kini seharusnya tidak sulit bagi kalian untuk menapaki jalan ini selama kalian tahu untuk berpengertian, berlapang dada, bersyukur, dan berpuas diri serta bersatu hati, membina keharmonisan, saling mengasihi, dan bergotong royong.
Jika bisa membangkitkan tekad untuk bekerja sama satu sama lain, maka tidak akan ada kesulitan. Kondisi sekarang berbeda dengan masa-masa awal, di mana kita masih belum memiliki apa-apa. Kini para relawan kita bisa menapaki Jalan Bodhisatwa yang lapang dan lurus. Dengan menjalankan Enam Paramita dan puluhan ribu praktik, kalian pasti bisa menapaki Jalan Bodhisatwa.
Tekun dan
bersemangat mendengar Dharma untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Tidak
mundur untuk membimbing diri sendiri sekaligus orang lain
Asalkan
ada keteguhan, ikrar tetap bisa dijalankan meski menghadapi kesulitan
Membentangkan Jalan Bodhisatwa dengan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 November 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 November 2016