Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ikrar Agung dengan Keyakinan yang Teguh


Tzu Chi sudah berusia 55 tahun, hati saya sungguh penuh rasa syukur. Saya bersyukur di tempat yang jauh di berbagai negara, ada banyak insan Tzu Chi yang menaburkan benih cinta kasih dan menggarap ladang berkah di dunia. Jadi, setiap hari yang saya lihat ialah insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih.

Mereka menabur benih kebaikan di mana pun mereka tinggal. Karena itu, saya menginventarisasi kehidupan saya sendiri. Saya merasa bahwa pada kehidupan kali ini, saya sungguh tidak menyesal. Intinya, dalam kehidupan yang tanpa penyesalan ini, saya merasa damai dan tenteram.

Jadi, saya selalu merasa bahwa saya merupakan orang yang sangat penuh berkah karena ada begitu banyak orang di berbagai negara yang telah bergabung menjadi insan Tzu Chi. Ada begitu banyak insan Tzu Chi yang tersebar di seluruh dunia. Jadi, saya sungguh tidak menyesal.

Saat saya bertemu dengan mereka, mereka akan berkata kepada saya, "Saya berterima kasih kepada Master karena telah mendirikan Tzu Chi. Meski merantau jauh dari kampung halaman, kami merasa seperti tidak pernah meninggalkan rumah."

Ketika jauh dari kampung halaman, mereka mendedikasikan kehidupan di Tzu Chi untuk bersumbangsih bagi masyarakat setempat.

Puluhan tahun yang lalu, ada relawan dari Afrika Selatan datang menemui saya. Saya berkata kepada mereka, "Kini kalian tinggal di negeri orang untuk menjalankan usaha di sana, jangan lupa untuk berkontribusi kembali bagi masyarakat setempat. Kalian harus menjadi orang yang bisa dikasihi orang-orang di sana. Bagaimana orang-orang bisa mengasihi kalian jika kalian tidak bersumbangsih? Berhubung kalian berasal dari negara asing, kalian seharusnya berkontribusi kembali bagi masyarakat setempat."


Saya sangat bersyukur kalian semua mendengarkan perkataan saya. Tidak peduli ke negara mana pun insan Tzu Chi pergi, mereka akan menabur benih kebaikan. Kini, benih kebaikan itu telah bertumbuh di negara-negara itu. Kita melihat Tzu Chi berada di berbagai negara dengan bahasa yang berbeda-beda. Namun, "gan en" (bersyukur) adalah ungkapan umum yang sering digunakan di Tzu Chi. Selain itu, insan Tzu Chi juga memiliki hati yang sama, yaitu hati yang penuh rasa syukur.

Sebutir benih yang mereka tabur di sana dapat tumbuh menjadi benih yang tak terhingga. Saya bersyukur mereka menerima kata-kata saya dengan penuh keyakinan, kekuatan ikrar, dan praktik kebajikan. Mereka menerapkan ajaran saya di mana pun mereka berada.

Dalam kehidupan, memiliki hati yang penuh cinta kasih adalah berkah yang sesungguhnya. Orang yang kaya akan cinta kasih barulah merupakan orang yang sungguh memiliki berkah. Jadi, mengenal rasa puas adalah kekayaan terbesar.

Bodhisatwa sekalian, saat ini, di antara hadirin, ada para komisaris kehormatan, dokter, dan perawat. Kalian tidak hanya memiliki berkah, tetapi juga kaya akan cinta kasih. Saya berterima kasih kepada para dokter dan perawat karena kalian telah melindungi kehidupan, menjaga kesehatan, dan menjunjung tinggi cinta kasih. Saya harus bersyukur atas semua ini.

Dengan menjaga kesehatan setiap orang, kalian telah memupuk pahala tak terhingga. Pahala kalian sungguh tak terhingga. Ketika kita mempraktikkan ajaran Buddha, kita akan bersukacita dalam Dharma hingga selamanya.


(Hati Buddha, tekad Guru)

“Hati Buddha dan tekad Guru. Yang selalu terukir di hati kami pada acara Pemberkahan Akhir Tahun ialah momen seperti ini tidak hanya menjadi pengingat untuk sementara waktu, melainkan juga mewakili janji kami untuk bersedia mengikuti Master hingga selamanya, dari kehidupan ke kehidupan. Meskipun penampilan kami tadi sangat singkat dan mungkin belum sempurna, tetapi kami telah sungguh-sungguh memberikan yang terbaik. Harapan kami bersama ialah melalui usaha ini, kami dapat sepenuhnya menunjukkan secara nyata bahwa kami sangat menghargai jalinan kasih sayang antara guru dan murid. Setiap kali kami melihat semangat dan kegigihan Master dalam membabarkan Dharma meski harus menahan rasa sakit di tubuh yang lemah, bagaimana mungkin kami tidak berintrospeksi diri dan berusaha keras? Karena itu, kami pasti akan berusaha lebih keras, lebih tekun, dan makin banyak bersumbangsih. Kami berikrar untuk menyatukan hati sendiri dengan hati Buddha, memiliki tekad yang seluas tekad Master. Hati Buddha dan tekad Guru akan senantiasa kami pegang teguh dan tidak kami lupakan. Hati Buddha dan tekad Guru akan terukir di hati kami hingga selamanya. Selamanya, dari kehidupan ke kehidupan, kami akan menjadikan DNA Tzu Chi sebagai DNA RS Tzu Chi Taichung,” ikrar Chien Sou-hsin Kepala RS Tzu Chi Taichung.


Saya sangat terharu dan bersyukur. Keharuan ini sungguh menggetarkan hati saya. Tekad dan ikrar saya yang tak tergoyahkan, kalian semua telah merasakannya. Kalian mengungkapkannya melalui penampilan dan telah meninggalkan jejak di lubuk hati saya. Saya sungguh sangat tersentuh.

Bodhisatwa sekalian, semuanya tidak mudah digambarkan dengan kata-kata. Saya melihatnya dengan telinga dan mendengarnya dengan mata. Bahkan, saat saya memejamkan mata, saya dapat melihat kalian telah menyelami Dharma lewat gerakan. Setelah memasuki Dharma, tubuh dan pikiran setiap orang berada dalam esensi Dharma.

Saya tersentuh mendengar setiap kalimat ikrar yang berasal dari hati kalian. Saya sungguh menyerapnya dengan mata saya. Jadi, saya mendengarkan dengan mata dan melihat dengan telinga. Semuanya masuk ke dalam ladang batin saya. Saya berterima kasih kepada para dokter.

Ingatlah kekhidmatan hari ini. Saat semua orang bersatu hati, seribu tangan dapat bergerak secara bersamaan. Saya sungguh sangat bersyukur. Saya berterima kasih atas kepemimpinan Kepala RS Chien, Wakil Kepala RS, beserta semua staf dari setiap departemen yang telah bergotong royong dengan harmonis. Kesatuan hati, keharmonisan, dan gotong royong, itulah DNA Tzu Chi. Singkat kata, inilah esensi kita. Ribuan doa untuk kita semua. Terima kasih.  

Menabur benih kebajikan dengan menolong orang-orang yang kekurangan
Menjalankan ikrar agung dengan keyakinan yang teguh
Rasa syukur dan puas diri adalah kekayaan terbesar
Dharma meresap ke dalam hati dan membawa keagungan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 24 November 2021
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -