Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ikrar dengan Kekuatan Tanpa Batas



Saya merasa sangat dekat dengan insan Tzu Chi wilayah tengah. Saat berkunjung ke Kantor Tzu Chi Longjing, saya melihat kebun sayur yang sempit dan panjang. Dahulu, saat berkunjung ke sana dan melihat lahan yang panjang itu, saya berkata, "Semoga tempat ini bisa menjadi ladang pelatihan Bodhisatwa kelak."

Dahulu, saat masuk ke sana untuk melihat-lihat, saya berkata, "Tempat ini seperti sebuah guci Bodhisatwa." Saat itu, Kantor Tzu Chi belum dibangun di sana, hanya ada lahan yang panjang dan sebuah bangunan yang sederhana. Saat berkunjung ke sana, saya bisa merasakan energi manusia yang sangat kuat. Dahulu saya berkata bahwa tempat itu seperti guci Bodhisatwa karena penuh dengan Bodhisatwa.

Hari ini, saya melihat bahwa guci Bodhisatwa itu telah menjadi ladang pelatihan Bodhisatwa. Pemilik lahan di sekitar sana sangat gembira Tzu Chi mendirikan ladang pelatihan di sana. Karena itu, pemilik lahan itu meminjamkan lahannya kepada Tzu Chi untuk menanam sayuran.

Saya juga berkunjung ke Qingshui hari ini. Saya melihat para relawan kita menggunakan rumput untuk menganyam pembatas buku, topi mini, dan lonceng. Kita bisa melihat betapa terampilnya tangan para relawan kita yang mengubah rumput menjadi beragam anyaman dan mengubah barang yang tidak berguna menjadi barang yang sangat berguna. Melihatnya, saya sungguh dipenuhi sukacita. Demikianlah kunjungan saya ke Qingshui hari ini.


Saya juga berkunjung ke Dajia hari ini. Di sana, sebagian relawan telah lanjut usia dan beruban. Dalam perjalanan saya kali ini, saat melihat relawan yang sudah lanjut usia, saya membandingkan diri sendiri dengan mereka dan menyadari bahwa saya pun sudah lanjut usia. Namun, saya juga melihat harapan untuk mewariskan misi Tzu Chi dari generasi ke generasi serta bagaimana insan Tzu Chi bersama-sama mendedikasikan diri untuk bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita di seluruh dunia.

Hari ini, saya datang ke sini dan kita bisa mendoakan satu sama lain. Anggota keluarga besar Tzu Chi kembali bertambah seiring dilantiknya relawan baru. Di depan dada setiap relawan yang baru dilantik tersemat sebuah pita bertuliskan "hati Buddha, tekad Guru". Sungguh, pedoman utama insan Tzu Chi ialah hati Buddha dan tekad Guru.

Meneladan hati Buddha berarti membina cinta kasih dan welas asih agung. Bagaimana dengan meneladan tekad Guru? Meneladan tekad Guru berarti membangun Empat Ikrar Agung. Apakah kalian tahu Empat Ikrar Agung?

Berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tidak terbatas, memutus noda batin yang tiada akhir, mempelajari pintu Dharma yang tidak terhingga, dan mencapai kebuddhaan yang tertinggi.”

Benar, inilah Empat Ikrar Agung. Kita hendaklah berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tidak terbatas. Saya sungguh berharap kita dapat mempraktikkan semangat dan filosofi Tzu Chi yang tidak berwujud lewat tindakan nyata yang berwujud untuk membangkitkan cinta kasih orang-orang.


Berkat adanya insan Tzu Chi, ruang yang luas ini bisa menjadi ladang pelatihan untuk membina cinta kasih berkesadaran. Kita semua yang kini berada di sini hendaklah belajar menjalankan praktik Bodhisatwa. Dengan berikrar untuk menyelamatkan semua makhluk yang tidak terbatas, berarti kita membangkitkan cinta kasih dan berusaha mencapai pencerahan.

Kita berikrar untuk mencapai kebuddhaan yang tertinggi. Dengan menyelamatkan semua makhluk, barulah kita bisa mencapai kebuddhaan. Untuk mencapai kebuddhaan, kita harus menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita menapaki Jalan Bodhisatwa dari tataran awam. Sebelum mengenal Tzu Chi, kita semua adalah makhluk awam.

Saat mendirikan Tzu Chi, saya merasa sangat beruntung karena sebersit niat saya bisa mendapat dukungan dari banyak orang. Kalian semua tahu tentang kisah celengan bambu. Saat itu, saya berkata bahwa asalkan orang-orang dapat menyisihkan 50 sen setiap hari, maka saya selamanya akan tinggal di Hualien.

Mengenang masa lalu, praktik menyisihkan 50 sen ke dalam celengan bambu setiap hari telah dijalankan selama 56 tahun. Kita telah menjalankan Tzu Chi selangkah demi selangkah selama 55 tahun lebih. Setiap hari, saya bersyukur masih memiliki kekuatan dan masih bisa bernapas. Saya bersyukur atas semua ini.


Berhubung telah menjalankan Tzu Chi sepanjang hidup saya, saat mengenang masa lalu, saya bisa melihat bagaimana saya membentangkan dan menapaki Jalan Tzu Chi. Dilihat dari sisi mana pun, jalan di hadapan kita ini sangatlah lapang dan rata. Dengan adanya pohon Bodhi, kolam teratai, serta laut dan langit yang luas dan jernih, dunia ini pasti akan menjadi Tanah Suci.

Saya berharap setiap orang dapat mengerahkan kekuatan agar kekuatan yang terhimpun makin besar. Kini saya hendak berkata bahwa saya memiliki kekuatan besar. Apakah kalian tahu dari mana kekuatan saya berasal? Dari orang-orang yang mengangkat tangan. Dari kalian semua. Benar, dari kalian semua yang bersedia mengerahkan kekuatan.

Belakangan ini, saya selalu mendengar insan Tzu Chi berkata bahwa mereka bersedia menapaki Jalan Bodhisatwa. Di Jalan Bodhisatwa, kita menciptakan berkah bagi dunia dan mengembangkan kebijaksanaan. Ini disebut membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Terima kasih. Mari kita membina berkah dan kebijaksanaan sekaligus. Terima kasih.

Ingatlah untuk menggenggam waktu yang ada, terus merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia, dan membantu saya untuk menjaga setiap ladang pelatihan kita.  

Hati Buddha dan tekad Guru sebagai pedoman
Berikrar dengan welas asih untuk membangkitkan cinta kasih orang-orang
Membentangkan jalan menuju kesadaran seiring berjalannya waktu
Semua orang menyambut seruan Master dan mengerahkan kekuatan tanpa batas

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 November 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 26 November 2021
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -