Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ikrar dengan Keyakinan yang Teguh
Beberapa hari ini, kita melihat banyak Bodhisatwa dari wilayah
barat, utara, timur, selatan, dan tengah Tiongkok yang kembali ke Hualien. Mereka
bersungguh-sungguh membangun tekad dan ikrar untuk menjadi Bodhisatwa dunia. Setiap
orang membangun tekad untuk mewariskan ajaran Jing Si dan menyebarluaskan
mazhab Tzu Chi.
Selama dua hingga tiga tahun ini, demi mengikuti pelatihan
relawan, mereka harus mengatasi kesulitan waktu, ekonomi, dan tenaga. Relawan
dari berbagai provinsi bersedia pergi ke kantor Tzu Chi untuk mengikuti
pelatihan meski harus menempuh perjalanan jauh. Perjalanan untuk mengikuti
pelatihan sebulan sekali menghabiskan waktu sehari lebih. Di dalam kereta,
mereka menggenggam waktu untuk mendalami Dharma.
Setiap kali mendengar kabar dan melihat video tentang hal ini, saya sangat tersentuh. Singkat kata, di daratan Tiongkok yang luas itu, para relawan memiliki keyakinan yang teguh. Kita bisa melihat setiap relawan kita memiliki hati Bodhisatwa dan melakukan praktik Bodhisatwa.
“Saya
bergabung dengan Tzu Chi dan akan terjun ke tengah masyarakat untuk membimbing
semua makhluk. Inilah misi saya dalam hidup ini. Saya telah menanti untuk
menjalin jodoh dengan Master selama 21 tahun. Karena itu, saya sangat
menghargai jalinan jodoh ini. Kali ini, saya datang ke Taiwan untuk mengikuti
persamuhan Dharma. Saya pasti telah menjalin jodoh yang mendalam dengan Master
dari kehidupan ke kehidupan sehingga bisa datang ke sini. Sungguh, saya sangat
bersyukur,” kata Zhu Yanqiu, Relawan Tzu Chi Guangzhou.
“Tahun
ini, saya sudah berusia 80 tahun. Namun, karena saya telah memilih jalan ini, saya
harus berpegang pada ajaran Buddha dan terjun ke tengah masyarakat untuk
menjalankan misi Tzu Chi. Inilah misi saya. Sesungguhnya, kesehatan saya tidak
baik. Saya telah mengenakan pelindung pinggang selama 40 tahun, tetapi saya
tidak memedulikannya. Saat merasa sakit, saya berpikir tentang Master. Saya
berpikir, dibandingkan dengan kerja keras dan kesulitan Master, rasa sakit saya
bukan apa-apa,” imbuhnya.
“Pada tanggal 15 Maret 2013, saya mulai mendengar ceramah Master tentang
Sutra Bunga Teratai. Saat itu, tidak ada satu kata pun yang saya pahami. Agar
dapat memahaminya, saya mulai menonton Da Ai TV dan CD. Saya bersungguh hati
mendengar ceramah Master. Kini, saya bisa memahami lebih dari 90% dari ceramah
Master. Karena itu, saya merasa bahwa asalkan ada tekad, maka akan ada
kekuatan,” kata Zhu Yanqiu.
“Seperti
yang Master katakan, asalkan bersungguh hati, setiap orang bisa menjadi
profesional. Kesungguhan hati sangatlah penting. Saya berharap setiap peserta
kamp di sini dapat menghargai jalinan jodoh kita dengan Master. Kita harus
menghirup keharuman Dharma. Yang saya pelajari di sini kali ini akan saya
terapkan di tim Xieli saya karena saya adalah ketua Xieli. Saya ingin menjalankan
misi sebaik mungkin,” tambahnya.
“Saya
masih memiliki banyak ruang untuk memperbaiki diri. Saya berharap setiap
mengikuti kamp di sini, saya bisa menyerap Dharma. Saya akan sangat
menghargainya dan mempraktikkannya di komunitas, inilah ikrar saya. Saya
berharap kita semua bisa mengemban misi dengan baik dan mengasihi yang Master
kasihi. Inilah harapan saya,” pungkas Zhu Yanqiu.
Relawan Zhu Yanqiu berikrar untuk mewariskan ajaran Jing Si dan
menyebarluaskan mazhab Tzu Chi. Meski sudah lanjut usia, tetapi tekadnya sangat
teguh. Setelah mendengar Dharma, kita harus mempraktikkannya dalam keseharian. Memasuki
istana welas asih seperti yang digambarkan dalam Sutra sangatlah sulit. Tanpa
mencapai kebuddhaan, bagaimana bisa memasuki istana welas asih?
Sesungguhnya, Buddha mengajari kita bahwa hati kita adalah istana
welas asih. Yang harus kita lakukan adalah menuju arah yang bajik, menjadikan
hati Buddha sebagai hati sendiri, dan menyerap ajaran Buddha ke dalam hati. Setiap
orang memiliki hakikat kebuddhaan. Pada dasarnya, setiap orang memiliki sifat
hakiki yang sama dengan Buddha. Akan tetapi, kita memiliki banyak tabiat buruk serta
dipenuhi noda dan kegelapan batin. Setiap orang memiliki tabiat buruk yang
berbeda.
Tujuan dari pelatihan diri adalah melenyapkan tabiat buruk. Jika
tidak, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan, apa lagi yang perlu dilatih? Kita
melatih diri untuk memperbaiki temperamen. Di Tzu Chi, kita bisa menyadari dan melenyapkan
tabiat buruk kita. Setelah memahami kebenaran, kita harus menghilangkan tabiat
buruk kita.
Berhubung berkesempatan mendengar Dharma, kita harus menggunakan
air Dharma untuk melenyapkan noda batin dan tabiat buruk kita. Jadi, dengan
mempelajari Dharma, kita bisa melenyapkan tabiat buruk dan terjun ke tengah
masyarakat dengan hati yang lapang. Inilah yang disebut istana welas asih.
Tanpa terjun ke tengah masyarakat, bagaimana kita bisa menemukan
akar noda batin? Kita harus memutus noda batin dan mengubahnya menjadi
kesadaran. Karena itu, kita semua harus bersungguh hati. Saya juga sangat
bersyukur kepada para Bodhisatwa di Taiwan. Begitu relawan dari Tiongkok turun
dari pesawat, relawan di Taiwan langsung menjemput mereka ke Hualien.
Demi menyambut para peserta kamp, relawan kita sudah melakukan
persiapan beberapa hari sebelumnya. Setiap sudut dibersihkan hingga tidak ada
setitik debu pun untuk menyambut saudara se-Dharma yang datang dari tempat yang
jauh. Mereka melakukannya dengan penuh sukacita dan sukarela. Insan Tzu Chi di
seluruh dunia bagaikan satu keluarga. Saya sangat tersentuh.
Insan Tzu Chi juga mengantarkan kehangatan ke berbagai tempat. Sebanyak
10.000 pasang sepatu dari Dominika telah dikirimkan ke Haiti.
“Saya
sangat gembira melihat Tzu Chi berkunjung ke Haiti dan membawa sepatu untuk anak-anak
di Haiti,” kata Pastor Louessrent Frnas.
“Banyak murid yang tidak memiliki sepatu. Mereka masuk sekolah
dengan bertelanjang kaki. Ini merupakan hadiah yang bagus untuk mereka,” ujar
seorang relawan.
Insan Tzu Chi AS yang pergi ke Haiti tidak banyak, tetapi berkat
pastor setempat, ada banyak anak muda yang membantu mengangkut barang bantuan. Kita
bisa melihat bahwa barang bantuan telah tiba di Haiti. Pemandangan seperti ini sungguh
membuat orang tersentuh dan terhibur. Kisah penuh kehangatan seperti ini sangatlah
banyak.
Singkat kata, dengan kekuatan cinta kasih, kita bisa bersumbangsih
seperti ini. Namun, kita juga bisa melihat banyak orang yang menderita. Setiap
hari, saya mengulas tentang para pengungsi yang kehilangan tempat tinggal, korban
bencana, warga kurang mampu, dan lain-lain. Sesungguhnya, asalkan setiap orang
membangkitkan niat dan bersedia mengerahkan sedikit kekuatan, maka akan ada
banyak orang yang tertolong.
Tekun mengikuti pelatihan meski harus menempuh
perjalanan jauh
Mendalami ajaran kebenaran untuk melenyapkan
kegelapan batin
Bersumbangsih
dengan sukarela dan sukacita tanpa takut bekerja keras
Insan
Tzu Chi bergerak untuk menyalurkan bantuan ke Haiti
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Juni 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Juni 2017