Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ikrar dengan Mengatasi Segala Kesulitan

Kita harus bersungguh hati memahami kekuatan batin di dunia ini yang juga diulas dalam Sutra. Kemarin, saat melakukan telekonferensi dengan insan Tzu Chi Singapura, kita juga bagai mempraktikkan kekuatan batin. Insan Tzu Chi Singapura berbagi bahwa dengan kondisi penyebaran wabah di Singapura sekarang, kehidupan warga kurang mampu sungguh sangat sulit. Berhubung Singapura menerapkan pembatasan mobilitas, ada sebagian pekerja asing yang terpaksa tinggal di sana.

“Setelah melakukan survei, kami mendapati bahwa ada pekerja asing yang tidur di pabrik, ada yang tidur di kantor, dan yang paling memprihatinkan ialah yang hanya tidur beralas kardus. Jadi, saya berusaha untuk mencari tahu apa yang mereka butuhkan,” tutur Huang Xiu-li, Relawan.

“Pada pukul 12 tengah malam tadi, kita terlebih dahulu melakukan survei untuk mengetahui jumlah orang, kondisi mereka, dan apa yang mereka butuhkan,” ujar Qiu Zhi-hao, Kepala bagian pengembangan misi amal Tzu Chi.

“Saya baru datang ke Singapura pada 17 Maret. Saya bekerja di bidang renovasi,” kata Mohd, pekerja dari Malaysia.

“Ini pertama kalinya Anda tidur di luar ruangan?/ Ya.”

“Pertama kali?/ Ya.”

“Karena COVID-19? Ya, jawab Mohd, pekerja dari Malaysia.

Insan Tzu Chi Singapura segera memberikan bantuan berupa kebutuhan sehari-hari dan dana solidaritas. Mereka yang terlunta-lunta di jalan sungguh sangat bersyukur. Para relawan kita juga menggerakkan relawan muda untuk menjahit masker kain, menempelkan poster, dan sebagainya. Mereka berusaha menggalang hati dan dana serta merekrut relawan.


Akibat pandemi kali ini, ada banyak pihak yang membutuhkan alat pelindung diri. Ada pula banyak warga kurang mampu yang membutuhkan bantuan kita. Karena itu, para relawan muda menggalang hati dan dana serta merekrut relawan. Mereka melakukannya dengan membagi tugas. Saya sungguh sangat bersyukur.

Dalam telekonferensi kemarin, banyak kisah menyentuh yang dilaporkan oleh insan Tzu Chi Singapura. Ini juga termasuk kekuatan batin. Kita mempraktikkan kekuatan batin sehingga bisa berbicara lewat telekonferensi. Murid-murid saya berkata, “Master, kami sudah lama tidak mengunjungi Master. Kami sangat merindukan Master.” Ya. Mereka berkata, “Kita terpisah oleh jarak yang jauh. Setiap kali melihat dan mendengar Master berceramah, kami merasa sangat tidak rela.”

Kemarin, mereka menyampaikan betapa mereka merindukan saya dan betapa mereka tidak rela berada jauh dari saya. Saya berkata pada mereka, “Jarak di antara kita tidak jauh. Sekarang saya bisa melihat kalian, kalian juga bisa melihat saya. Saat saya berbicara, kalian bisa mendengar saya. Saat kalian berbicara, saya juga bisa mendengar kalian secara langsung.” Ini bagaikan kekuatan batin untuk berkomunikasi jarak jauh.

Kita terpisah oleh jarak yang jauh, tetapi bisa mendengar satu sama lain dengan jelas. Dalam telekonferensi kemarin, juga ada insan Tzu Chi dari negara lain yang bergabung. Tiga bahasa digunakan untuk melakukan penerjemahan dalam jaringan. Yang membutuhkan penerjemahan adalah insan Tzu Chi Sri Lanka. Mereka melaporkan tentang kondisi di Sri Lanka.


Kekuatan batin yang diulas dalam Sutra bisa kita saksikan sekarang. Para Bodhisatwa dunia mempraktikkan kekuatan batin. Saat ini, kita bisa melampaui batasan ruang dengan memanfaatkan jaringan internet. Hanya pada zaman sekaranglah kekuatan batin ini bisa dipraktikkan di seluruh dunia. Dengan sepenuh hati dan tenaga, para relawan kita melakukan hal yang sama dengan semangat dan filosofi yang sama. Ini yang disebut menuju arah yang sama.

Insan Tzu Chi dari berbagai negara memberikan laporan kepada Tzu Chi Taiwan. Jadi, di sini, kita harus menghadapi berbagai kondisi di negara yang berbeda-beda. Singkat kata, dalam kehidupan sehari-hari, ke mana pun kita menyebarkan semangat kita, semangat tersebut akan kembali pada kita. Semangat ini juga termasuk kekuatan batin. Setiap orang memiliki kekuatan batin seperti ini. Ke mana pun kita mengerahkan kekuatan batin kita, ia akan dengan cepat kembali pada kita. Demikianlah prinsipnya.

Kita juga melihat insan Tzu Chi Filipina. Filipina juga terkena dampak pandemi ini. Beberapa hari lalu, saya mengulas tentang Filipina. Hari ini, saya tetap akan mengulas tentang Filipina karena dalam menghadapi pandemi kali ini, mereka telah melakukan serangkaian hal yang sangat menyentuh. Sungguh, saya sering memuji mereka dalam membawa kedamaian bagi negara.

Para Bodhisatwa dunia di sana bersumbangsih bagi banyak orang yang menderita dan telah menenangkan hati puluhan ribu keluarga. Saya juga sangat tersentuh. Dalam menghadapi pandemi kali ini, yang sangat dibutuhkan ialah alat pelindung diri, seperti pakaian isolasi, pelindung wajah, masker, dan berbagai kebutuhan medis lainnya. Barang-barang ini dikumpulkan oleh para relawan kita, baik dengan berdonasi sendiri maupun menggalang cinta kasih orang-orang.


Jadi, semua orang menghimpun kekuatan dan segera mengantarkan alat pelindung diri tersebut untuk para tenaga medis di puluhan rumah sakit. Ada pakaian isolasi, pelindung wajah, masker, sarung tangan, dan sebagainya. Intinya, sebagai Bodhisatwa dunia, kita mempelajari Dharma.

Isi Sutra mengajarkan untuk bertekad terjun ke tengah masyarakat. Saat terjun ke tengah masyarakat dan melihat orang yang mengalami kesulitan, kita harus berusaha untuk mengatasi kesulitan mereka. Jika bisa mengatasi kesulitan mereka, berarti kita telah mempraktikkan semangat dan filosofi Tzu Chi. Inilah hal yang benar.

Selama beberapa waktu ini, kita bisa melihat insan Tzu Chi mengatasi segala kesulitan. Banyak negara yang membatasi mobilitas. Di beberapa negara, ada wilayah tertentu yang ditutup dan batasan usia untuk keluar rumah. Jadi, terdapat aturan yang harus ditaati. Meski demikian, insan Tzu Chi tetap bisa mencari cara untuk bersumbangsih. Ini sungguh tidak mudah.

Jadi, Bodhisatwa dunia selalu mempraktikkan kekuatan batin di tengah masyarakat. Belakangan ini, saya sungguh tersentuh. Sulit untuk mendeskripsikan bagaimana para Bodhisatwa dunia ini bersumbangsih bagi dunia. Bisa bersumbangsih saat orang-orang membutuhkan, ini sungguh tidak mudah.

Mempraktikkan kekuatan batin dengan memanfaatkan teknologi
Guru dan murid bertemu lewat jaringan internet
Menghadapi berbagai ujian dalam masa antisipasi wabah
Menjalankan ikrar dengan mengatasi segala kesulitan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 2 Mei 2020  
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 4 Mei 2020
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -