Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ikrar Tanpa Henti

Setiap hari, kita bisa melihat masalah yang sama di dunia ini. Kini, masalah terbesar di dunia ini adalah ketidakselarasan empat unsur alam dan ketidakselarasan pikiran manusia. Ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan, semua itu merupakan kebenaran yang bisa kita lihat di dunia ini setiap hari. Berhari-hari yang lalu, di Tianjin, sebuah gudang penyimpanan di pelabuhan tiba-tiba meledak begitu saja. Akibatnya, banyak pekerja yang datang dari tempat yang jauh kehilangan pekerjaan mereka. Perjalanan menuju kampung halaman mereka sangatlah jauh. Insan Tzu Chi dari Beijing dan Tianjin bersatu untuk mencurahkan perhatian kepada mereka. Meski tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka, tetapi para relawan kita tetap merangkul mereka erat-erat dan mencurahkan perhatian kepada mereka.

Di dunia ini, kisah yang penuh kehangatan sangatlah banyak. Meski hidup manusia tidak kekal, tetapi dunia ini penuh dengan cinta kasih. Jadi, kita harus sungguh-sungguh menginspirasi setiap orang untuk membangkitkan cinta kasih. Penderitaan dan ketidakkekalan tidak dapat dihindari. Namun, jika semua orang dapat menginspirasi satu sama lain untuk membangkitkan cinta kasih, maka hasilnya bisa kita lihat dengan jelas. Jika orang yang membangkitkan cinta kasih semakin banyak, maka secara alami, kehidupan di dunia ini akan perlahan-lahan berubah dan manusia tidak akan memiliki nafsu keinginan yang begitu tinggi yang dapat menimbulkan banyak bencana. Dengan demikian, bencana akibat ulah manusia dapat berkurang. Karena itu, mendengar, menyebarkan, dan mewariskan Dharma, semua itu sangatlah penting.

Kita bisa melihat di Johannesburg, ada sebuah komunitas kurang mampu yang keamanannya sangat buruk. Ada seorang pengusaha Taiwan di Johannesburg bernama Miao-hui yang bergabung menjadi relawan. Dia sangat berani. Dia membangkitkan tekad dan ikrar untuk bersumbangsih di Afrika Selatan dengan harapan dapat mengubah kehidupan warga setempat. Awalnya, dia meminta perlindungan dari pihak polisi untuk memasuki komunitas yang serba kekurangan dan berbahaya tersebut. Setelah berulang kali mendampingi dan melindungi relawan kita pergi ke sana, polisi setempat pun mulai tersentuh.

“Tzu Chi telah menolong para warga di sini. Kalian memberikan barang bantuan kepada mereka secara gratis. Semoga mereka bisa hidup tenteram. Saya juga berharap mereka bisa belajar untuk membalas budi karena Yayasan Buddha Tzu Chi telah menunjukkan cinta kasih dan membuat mereka tahu bahwa setiap orang bisa melakukan lebih banyak hal bagi orang lain. Saya rasa kalian telah melakukannya dengan sangat baik. Ini tidak bisa dilakukan seorang diri. Dibutuhkan semangat tim untuk mengadakan kegiatan besar seperti ini,” ucap Patricia Fakucle.

Miao-hui telah bersumbangsih di sana selama belasan tahun. Dia juga pernah berpikir untuk menyerah, tetapi tidak sampai hati untuk melakukannya. Lalu, para relawan lokal, seperti Ci Di dan relawan lainnya, mereka mulai terjun ke komunitas tersebut. Mereka berbagi Dharma dengan warga setempat. Mereka juga membahas tentang keuntungan bervegetaris dan lain-lain. Mereka sungguh merupakan pendengar Dharma, penyebar Dharma, dan pewaris Dharma. Berhubung telah mengenal Dharma dan memahami kebenaran, mereka dapat menyebarkan Dharma dengan kata-kata yang mudah dimengerti. Mereka menggunakan  berbagai kisah untuk menjelaskan Dharma dan membimbing warga setempat. Ini bukan hanya dilakukan di Johannesburg. Mereka juga menjangkau negara-negara lain.

“Saat ada kegiatan, kami akan menanggung biaya transportasi sendiri untuk menuju titik kumpul yang telah ditetapkan. Jadi, jika tidak punya uang untuk melakukan perjalanan, kami akan berjalan kaki. Kami mungkin harus berjalan selama 30 menit atau satu jam jika tidak memiliki uang, bahkan saat turun hujan pun demikian. Berhubung tahu bahwa semua itu demi menolong sesama, kami rela berjalan kaki. Kami tidak akan tidak ikut hanya karena tidak memiliki uang, kami bisa berjalan kaki. Di sudut-sudut kegelapan, banyak orang yang menantikan kedatangan kita untuk mengeluarkan mereka dari kegelapan atau memberikan sebuah lentera kepada mereka. Lentera ini merupakan ajaran Master,” ucap Lü Du, Relawan Tzu Chi Durban.

Setelah berkumpul bersama, sekelompok relawan ini pergi ke berbagai negara di Afrika yang bisa dijangkau untuk bersumbangsih. Setiap menjangkau negara baru, mereka harus memulai segalanya dari awal. Setiap menjangkau negara baru, mereka harus memulai segalanya dari awal. Mereka berharap dapat menyebarkan Dharma ke tempat yang mereka datangi. Setelah menyerap Dharma ke dalam hati, mereka dapat membangkitkan kebijaksanaan yang tak terhingga. Setelah kesadaran hakiki mereka terbangkitkan, mereka dapat membangkitkan kebijaksanaan yang tak terhingga dan seluas lautan. Tidak peduli berada di negara mana pun, mereka bisa berbagi prinsip kebenaran, memperkenalkan Tzu Chi, dan menginspirasi relawan lokal. Ini semua membuat saya sangat tersentuh. Saya sungguh sangat bersyukur. Jadi, dunia ini sungguh penuh cinta kasih. Para relawan Tzu Chi yang bersumbangsih di seluruh dunia bisa melihat banyak penderitaan. Namun, mereka bersumbangsih dengan semangat kebenaran, kebajikan, dan keindahan. Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk menjangkau semua makhluk yang menderita. Bodhisatwa memiliki hati yang tulus dan bajik serta kehidupan yang sangat indah.

Lihatlah Mei-juan, dia hanyalah seorang perempuan. Namun, dia bisa bersumbangsih di Lesotho dengan hati Buddha dan cinta kasih seorang ibu. Relawan bernama Miao-hui juga seorang perempuan. Namun, berkat adanya cinta kasih, dia dapat bersumbangsih di sana. Dia bahkan bisa menjangkau tempat yang berbahaya untuk bersumbangsih. Tentu saja, dia juga merasa takut sehingga meminta polisi untuk melindunginya. Mengapa dia meminta polisi untuk melindunginya? Karena dia tidak ingin menyerah terhadap warga di komunitas tersebut. Dia tetap membawa barang bantuan yang mereka butuhkan dan menjangkau mereka dengan penuh cinta kasih. Dia terus melakukannya selama lebih dari 10 tahun. Dia menapaki Jalan Bodhisatwa dengan tekun dan penuh semangat. Dia melatih diri dalam jangka waktu panjang dan tanpa henti. Selain terus bersumbangsih tanpa henti, dia juga sangat menghormati warga setempat.

Melihat sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh cinta kasih dan rasa hormat, warga setempat merasa bahwa para relawan kita bukan memandang remeh mereka, melainkan ingin bersumbangsih bagi mereka dengan cinta kasih yang tulus. Ada pula relawan lokal yang menggunakan bahasa setempat untuk berbagi pengalaman mereka dengan warga setempat. Ada banyak kisah tentang kehidupan yang benar, bajik, dan indah yang tidak dapat saya bahas satu per satu. Dunia ini penuh dengan ketidakkekalan, penderitaan, dan kekosongan. Jadi, apa lagi yang perlu kita lekati? Kita harus memanfaatkan hidup kita dan setiap waktu dengan baik. Bersumbangsih merupakan hal yang paling menggembirakan dan dapat membuat kita dipenuhi sukacita Dharma.

 

Hati dipenuhi sukacita Dharma setelah kesadaran hakiki terbangkitkan

Memperhatikan para pekerja dan membantu para korban bencana

Para relawan di Afrika terus menjalankan ikrar tanpa henti

Melihat cinta kasih di dunia ini pascaledakan

 

 Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 26 Agustus 2015

 

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -