Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Ikrar Welas Asih untuk Meringankan Penderitaan

Kapan pandemi yang berkepanjangan ini bisa berakhir? Menghadapi pandemi ini, semua orang hendaknya aktif dan lebih sering saling menyemangati. Kemarin, saya juga melakukan telekonferensi. Belakangan ini, saya terus melakukan telekonferensi. Lewat telekonferensi, saya mendengar banyak kisah yang menyedihkan, juga mendengar bagaimana relawan kita aktif bersumbangsih dengan penuh cinta kasih.

Lewat telekonferensi dengan insan Tzu Chi di seluruh dunia, kita bisa melihat penderitaan yang dikatakan oleh Buddha. Pada saat seperti ini, kita harus giat memupuk karma baik. Dalam hidup ini, kita terus mengakumulasi karma, baik karma baik maupun karma buruk. Jika kita mengakumulasi karma baik, dunia akan damai dan tenteram. Jika kita mengakumulasi karma buruk, dunia akan penuh dengan penderitaan, baik karena bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia.

Banyak orang yang hidup kekurangan dalam jangka panjang. Kita mendapati banyak orang yang hidup dalam kondisi sulit pada masa-masa pandemi. Terlebih, kini banyak aktivitas industrI dan usaha yang terhenti sehingga banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Semakin banyak berita seperti ini, saya semakin khawatir. Pandemi di Amerika Tengah dan Selatan juga sangat serius. Insan Tzu Chi di sana juga mengantarkan kebutuhan pencegahan wabah.


“Ini merupakan barang bantuan gelombang ketiga yang tiba di Bolivia. Kita menyumbangkan 10 unit ventilator, 21.600 helai masker, 4.800 helai masker N95, dan 4.490 setel pakaian isolasi,” kata Xie Zhen-xiang, relawan Tzu Chi.

“Kita membeli 500 helai popok dewasa dan menghimpun 600 pasang kaus kaki dari warga keturunan Tionghoa untuk diantarkan ke RS San Juan de Dios,” ujar Liao Qin-jiu, relawan Tzu Chi.

Banyak orang yang menderita di dunia ini. Kita membutuhkan banyak orang yang memiliki keberanian dan kebijaksanaan.

“Kita telah melakukan hal yang luar biasa hari ini. Para relawan Tzu Chi juga menunjukkan keindahan dan kebajikan selain membawakan barang bantuan bagi kita. Selama beberapa minggu ini, kehidupan kita sangat sulit. Mari kita berdoa semoga pandemi ini segera berlalu dan seluruh dunia terbebas dari bencana,” kata seorang Guru SD Maria Luisa.

“Anak saya duduk di bangku kelas 5 SD. Saya sangat berterima kasih atas barang bantuan hari ini. Kami berada di kondisi yang paling sulit. Saya benar-benar sangat berterima kasih,” tutur Mariana, orang tua murid.

“Tanggung jawab saya ialah membantu menyalurkan paket bahan pangan. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu warga komunitas,” tekad Jaime, relawan.

“Saya sangat berterima kasih atas paket bahan pangan Tzu Chi. Berkat bantuan kalian, pada masa-masa sulit seperti ini, kami bisa terhindar dari kelaparan,” ungkap Diana Guillen, seorang warga.

 

Meski hidup tenteram, kita harus memahami penderitaan di dunia ini. Banyak orang yang menderita di dunia ini. Saya sangat bersyukur melihat para relawan kita di Haiti. Tahukah kalian bahwa Haiti termasuk salah satu negara termiskin di dunia? Pastor Zucchi adalah orang yang penuh welas asih. Beliau juga merupakan murid saya. Kemarin, dalam telekonferensi, beliau memperkenalkan diri sebagai murid saya.

“Ikrar welas asih Master untuk memperhatikan seluruh dunia, juga merasakan betapa beratnya beban di pundak Master. Menjadi murid Master merupakan suatu kehormatan,” tutur Pastor Zucchi, Relawan Tzu Chi Haiti.

Saat melihat murid saya, Pastor Zucchi, saya teringat akan cinta kasihnya. Demi menyediakan makanan setiap hari bagi lebih dari 10.000 murid, beliau bekerja keras untuk menggalang dana. Pastor Zucchi bagaikan ayah yang penuh kasih saying bagi murid-murid di Haiti. Beliau sangat mengasihi murid-murid di sana. Beliau juga sangat bertanggung jawab dalam menjalankan misi Tzu Chi dan menaati tata krama Tzu Chi.

Dalam acara pemandian rupang Buddha tahun ini, beliau juga mengikuti ritual namaskara dengan tulus. Meski itu merupakan ritual Buddhis, beliau juga mengikutinya. Beliau sungguh-sungguh menjalankan tiga langkah satu sujud. Beliau sungguh mengagumkan. Beliau merupakan murid saya yang baik, juga merupakan pastor yang bertanggung jawab dan memiliki semangat misi. Saya sungguh sangat mengagumi dan mengasihinya.

 

Kita juga melihat relawan lain, Si Cheng. Dia mengesampingkan kariernya di Amerika Serikat dan telah berfokus menjalankan Tzu Chi dalam jangka panjang di Haiti. Pastor Zucchi belajar banyak hal darinya, seperti budaya humanis dan ketulusan Tzu Chi. Jadi, Si Cheng sering menjalankan misi Tzu Chi bersama Pastor Zucchi. Demikianlah Si Cheng menginspirasi orang lain dengan ketulusan.

Jadi, selama berada di Haiti, Si Cheng telah menyebarkan cinta kasih dan budaya humanis Tzu Chi di sana. Selain Pastor Zucchi, juga ada Relawan Zhang yang menjalankan misi Tzu Chi di sana dan telah menolong banyak warga kurang mampu. Pastor Zucchi menyediakan makanan bagi lebih dari 10.000 anak setiap hari. Tzu Chi juga sering membagikan beras dan bahan pangan di Haiti.

Jalinan jodoh sungguh tidak terbayangkan. Saya bersyukur kepada para Bodhisatwa di seluruh dunia. Kini, saat saya memberikan ceramah, di seluruh dunia ada ribuan relawan yang terhubung dalam jaringan untuk mendengar ceramah saya bersama. Semua orang menuju arah yang sama untuk bersumbangsih bagi dunia. Jadi, setiap orang hendaknya menggenggam waktu dan lebih bersungguh hati.

Pandemi berkepanjangan mendatangkan banyak penderitaan
Memberikan bantuan dengan kebijaksanaan, keberanian, dan cinta kasih
Menuju arah yang sama dengan ikrar welas asih
Jalinan kasih sayang antara guru dan murid tidak memandang perbedaan agama

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Juli 2020     
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 16 Juli 2020
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -