Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Keyakinan, Tekad, dan Praktik di Tengah Masyarakat
”Kami adalah tujuh bidadari yang membersihkan lantai Aula Jing Si. Setiap hari kami datang ke sini untuk menggarap ladang berkah. Di malam hari, kami mengumpulkan barang daur ulang dari pertokoan. Kami melakukannya dengan gembira,” kata Li Xiu-yun, Relawan Tzu Chi berusia 81 tahun.“Berapa usia Anda?”
“Saya berusia 81 tahun. Sungguh baik karena Master mendirikan Tzu Chi sehingga kami dapat menjadi relawan setiap hari dan tetap sehat”.
”Kalian menjadi
relawan sehingga tetap sehat.
”Ya. Terima kasih, Master. Terima kasih, Master karena telah membangun dunia Tzu Chi sehingga kami yang sudah berusia lanjut dapat datang ke sini dan merasa sangat bahagia. Terima kasih, Master.
“Terima kasih”.
Bodhisatwa lansia sangat menggemaskan. Mereka sangat tahu untuk menghormati kehidupan dan menjalani hidup dengan bermakna. Di usia lanjut ini, mereka masih menjadi relawan ladang berkah. Ada tujuh relawan yang meninggalkan kesan mendalam bagi saya. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah tujuh bidadari. Saya tidak perlu mengenalkan mereka karena kalian pasti sudah tahu.
Mereka yang berjumlah tujuh orang ini selalu giat membersihkan lantai dan dinding di Aula Jing Si. Mereka sangat bersungguh hati. Mereka mendedikasikan waktu mereka untuk keluarga besar Tzu Chi. Saat masih muda, mereka mendedikasikan waktu untuk keluarga mereka. Setelah berusia lanjut, mereka mendedikasikan waktu untuk keluarga besar Tzu Chi.
Salah satu di antara mereka sudah berusia 90 tahun. Dia sudah berusia 90 tahun. Usai membersihkan lantai, dia pulang dengan menumpang MRT. Saya sangat khawatir padanya. Sekarang, usai membersihkan lantai, dia mengayuh sepeda ke lapangan bola untuk mengumpulkan kaleng, lalu membawanya pulang ke rumah. Dia yang sudah berusia lanjut pernah terjatuh hingga sepedanya rusak. Meski orang itu mengganti sepedanya dengan sepeda baru,tetapi saya berkata padanya untuk tidak mengayuh sepeda lagi.
”Kamu bilang padanya untuk melakukan daur ulang di dekat rumahnya saja. Kumpulkan barang daur ulang di dekat rumahmu saja,” kata seorang relawan.
”Kumpulkan apa?” jawabnya.
”Saya bilang, “Kamu jangan mengayuh sepeda lagi.”
”Saya bisa mengayuh sepeda, tetapi tidak bisa berjalan jauh,” jawabnya lagi.
Tubuhnya masih sangat tegap. Dia juga melakukan daur ulang. Setelah membersihkan Aula Jing Si, dia juga pergi mengumpulkan barang daur ulang dengan mengayuh sepedanya. Dia datang ke Aula Jing Si juga dengan mengayuh sepeda. Dia pernah terjatuh dan sepedanya rusak. Saya sangat tidak tega mendengarnya.
Saya berkata padanya untuk tidak mengayuh sepeda lagi. Dia berkata, “Saya dapat mengayuh sepeda, tetapi tidak dapat berjalan jauh.” Sesungguhnya, dia dapat berjalan dengan lincah. Sungguh membuat orang kagum melihatnya.
Ada pula seorang relawan bernama Ibu Yang yang menderita sakit pada tulang belakang, kaki, lengan, dan lain-lain. Dia merasa sangat kesakitan. Namun, saat kita menggelar acara konser musik dan doa bersama, dia melupakan rasa sakitnya demi menggalang kuntum teratai hati.
Saya mendengar mereka berbagi kisah dan melihat mereka tetap sehat. Saya bahkan mendengar mereka yang meski terluka dan menderita sakit, tetapi dapat mengubah pola pikir mereka demi Tzu Chi. Semakin melakukan kegiatan relawan, mereka semakin pulih dan sehat. Ini sungguh sulit dipercaya. Inilah kekuatan cinta kasih.
”Kami akan mengikuti langkah Master hingga napas terakhir kami. Kami akan mengikuti langkah Master dari kehidupan ke kehidupan dan bersumbangsih hingga napas terakhir kami,” kata relawan yang sudah berusia lanjut.
Baik. Hati kita sangat dekat. Kita harus bersama dari kehidupan ke kehidupan.
Terima kasih.
Teruslah melangkah di Jalan Tzu Chi.
Dari kehidupan ke kehidupan, mereka akan mengikuti saya untuk melakukan kegiatan Tzu Chi. Selain 7 relawan ini, ada banyak relawan lansia lain yang mengatakan hal yang sama. Karena itu, pada kehidupan ini, saya terus mengucapkan terima kasih.
Saya juga mendengar beberapa relawan yang memanfaatkan waktu olahraga di pagi hari untuk menggarap ladang berkah dan menebarkan benih kebajikan. Mereka sungguh mengembangkan jiwa kebijaksanaan mereka. Kita harus meneruskan jiwa kebijaksanaan Buddha.
Buddha mengajarkan kepada kita untuk terjun ke tengah masyarakat guna menjangkau orang-orang yang menderita. Ada orang yang menghadapi masalah keluarga, ada pula orang yang mengalami ketidakkekalan akibat kondisi cuaca yang ekstrem. Semua ini membutuhkan Bodhisatwa dunia.
Relawan kita juga saling mengasihi bagaikan satu keluarga besar. Semua ini adalah tujuan kita. Setiap orang dapat menjadi Bodhisatwa dunia yang penuh cinta kasih dan welas asih. Semoga orang-orang yang berolahraga di sana dapat sehat secara fisik dan batin. Semoga relawan kita dapat menggunakan kebijaksanaan untuk mengajak mereka bergabung dengan Tzu Chi.
Sungguh, ada beberapa orang yang sudah terinspirasi untuk mengikut kelas pelatihan. Beberapa orang di antaranya bahkan sudah mengenakan seragam Bazhengdao, seragam biru putih, bahkan seragam abu-abu putih. Mereka semua terlihat rapi dengan seragam mereka. Karena itulah, kita harus terjun ke tengah masyarakat.
Hal yang ingin saya sampaikan sangat banyak. Saya sangat berterima kasih. Berkah hanya dapat diciptakan di tengah umat manusia. Kebijaksanaan juga dibina di tengah umat manusia. Kebijaksanaan dan berkah harus dibina di tengah umat manusia. Jadi, berkah diciptakan di tengah umat manusia dan kebijaksanaan dibina di tengah umat manusia.
Dalam interaksi antarsesama, kita harus membina kebijaksanaan. Kita harus bagaikan bunga teratai yang meski tumbuh di tengah kolam berlumpur, tetapi ia tetap tidak tercemar. Kolam itu menjadi indah karena adanya bunga teratai. Sementara itu, bunga teratai dapat bermekaran karena adanya lumpur.
Hidup di dunia yang penuh Lima Kekeruhan ini, kita harus mengembangkan berkah dan kebijaksanaan. Lumpur menggambarkan kekeruhan. Kekeruhan mendatangkan kegelapan batin. Jadi, di tengah dunia yang penuh kegelapan batin dan kekeruhan ini, kita membina berkah dan kebijaksanaan. Jadi, kita jangan tercemar meski hidup di dunia yang penuh kekeruhan. Kita harus sangat berhati-hati terhadap hal ini.
Kita jangan takut untuk terjun ke tengah masyarakat. Jangan takut. Selama yang kita lakukan benar, kita tidak perlu menyembunyikan identitas kita. Kita semua bernama relawan Tzu Chi. Baik. Saya mendoakan kalian semua. Bodhisatwa dunia sekalian, saya sangat berterima kasih kepada kalian. Melihat kalian saling mengasihi, saya merasa sangat tenang.
Kalian juga harus berhati-hati di perjalanan. Baik saat berjalan kaki, mengendarai mobil, maupun mengendarai motor, kalian harus selalu berhati-hati. Jangan membuat saya khawatir. Paham? (Paham) Ini adalah persembahan terbesar bagi saya. Terima kasih.
Relawan lansia menjadi teladan lewat
sumbangsih nyata
Menebarkan benih kebajikan di tengah
masyarakat
Membina berkah dan kebijaksanaan di
tengah dunia yang penuh kekeruhan
Menjalankan keyakinan, tekad, dan praktik
nyata
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 15 Juli 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 17 Juli 2017