Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Misi dengan Kekuatan Ikrar dan Welas Asih
“Perlengkapan medis mendasar di sini hanya seadanya. Berobat di sini hampir gratis, hanya mengeluarkan sedikit biaya. Namun, jika obatnya habis, tak ada yang bisa dilakukan lagi. Jadi, sistem pelayanan medis di sini masih membutuhkan banyak bantuan,” tutur Chao You-chen, Kepala RS Tzu Chi Taipei.
“Dua puluh persen warga mengidap AIDS. Selain itu, malaria juga merebak. Kolera baru saja terkendali, tetapi masih ada demam kuning dan penyakit lainnya,” terang Lai Ning-sheng, Kepala RS Tzu Chi Dalin.
“Semua itu adalah penyakit menular. Kita harus meminimalkan risiko tertular dan mengatasi berbagai kesulitan karena minimnya perlengkapan medis. Kita berusaha memberikan pelayanan medis yang dibutuhkan oleh warga. Jadi, kita harus bisa melakukan improvisasi,” ujar Chien Sou-hsin, Kepala RS Tzu Chi Taichung.
Belakangan ini, kita sering melihat orang-orang yang menderita di Afrika. Insan Tzu Chi telah menuju Afrika Timur dan menjangkau orang yang menderita. Semua relawan yang kembali ke Taiwan berbagi tentang penderitaan di sana. Warga setempat sangat menderita. dr. Yeh Tien-hao dan anggota TIMA lainnya menghabiskan waktu untuk berkunjung dari rumah ke rumah. Para anggota TIMA melihat bahwa setiap keluarga sangat menderita dan tinggal di tempat yang bobrok.
Kondisi mereka tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Mereka kekurangan, jatuh sakit, dan hampir tidak memiliki apa–apa. Barang yang mereka miliki sudah rusak, bahkan tempat tinggal mereka pun bobrok. Begitukah kehidupan manusia? Menurut para dokter, kehidupan manusia hendaknya tidak demikian. Para dokter dan apoteker kita sungguh mengkhawatirkan pasien yang menderita di sana. Mereka merasa tidak tega.
Kini pikiran mereka masih mengkhawatirkan Afrika Timur. Orang yang pernah mereka sentuh, hal yang pernah mereka lihat dan dengar, kondisi lingkungan di sana, dan lain-lain, semuanya masih ada dalam benak mereka. Selama lebih dari dua bulan ini, laporan bantuan bencana pertama datang dari Malawi. Setelah menerima kabar, insan Tzu Chi Afrika Selatan merupakan yang pertama memberi bantuan. Relawan Pan memimpin beberapa relawan muda dan relawan lokal Malawi ke lokasi bencana. Saat tiba di lokasi bencana, mereka melihat ada rumah yang roboh. Karena itu, mereka membeli material untuk membangun rumah bagi korban bencana. Inilah penyaluran bantuan pertama yang kita lihat.
Setelah itu, di Zimbabwe, kita membagikan barang bantuan. Kita melihat Jing-hui, reporter Da Ai TV, pergi ke lokasi bencana dan terus memberikan laporan dari sana. Saat itu, kita setiap hari melihat orang-orang yang menderita di sana. Selama berhari-hari, kita melihat penderitaan di sana. Di sana, relawan kita membimbing mereka dan berbagi tentang semangat celengan bambu.
Kita juga melihat di Mozambik, para relawan dan staf muda kita berbagi tentang semangat budaya humanis kita. Kita menghibur dengan cinta kasih dan membimbing dengan semangat budaya humanis. Warga setempat sungguh sangat baik hati. Banyak di antara mereka yang bergabung menjadi relawan. Mereka menggunakan pengalaman dan ketulusan mereka untuk bekerja sama dengan kita.
Kali ini, meski penyaluran bantuan di sana mengalami banyak kesulitan, tetapi juga terdapat harapan besar karena kita telah menanamkan semangat untuk berubah dari orang yang kekurangan menjadi orang yang dipenuhi berkah. CEO Da Ai TV, Shu-shan, juga menjangkau lokasi bencana. Dia menggunakan hari libur dan mengeluarkan biaya sendiri untuk memberikan dukungan. Ada beberapa staf Da Ai TV yang sudah berada di lokasi bencana.
Shu-shan juga pergi ke sana untuk melakukan wawancara dan mengambil foto. Kita juga melihatnya memanjat ke atap dan melakukan perekaman dari atap. Relawan dokumentasi kita juga mengambil fotonya saat dia berada di atap. Ini sungguh sangat menyentuh. Reporter Rhythms Monthly juga pergi ke sana. Melihat setiap foto yang mereka ambil dan mendengar penjelasan mereka, semuanya sungguh sangat klasik. Semua ini merupakan foto Rhythms Monthly.
Dalam foto yang diambil oleh Xiao Yao-hua dari Majalah Bulanan Tzu Chi, kita bisa melihat betapa menderitanya orang-orang di sana. Ada seorang ibu yang di atas kepalanya ditaruh barang yang beberapa kali lipat lebih besar dari kepalanya dan menggendong seorang anak di punggungnya. Saya berkata, “Lewat foto ini, kita bisa melihat penderitaan ibu dan anak ini.” Kita sangat tidak tega melihat kehidupan seperti ini. Jadi, orang yang mengikuti perkembangan kondisi di Afrika Timur harus membaca Rhythms Monthly bulan ini serta Majalah Bulanan Tzu Chi bulan lalu dan bulan ini.
Kita juga melihat kekuatan ikrar dan welas asih insan Tzu Chi dalam menjalankan misi amal. Tanah di sana adalah tanah berpasir. Saat basah, tanah menjadi berlumpur. Saat kering, tanah penuh dengan jejak kaki. Di setiap langkah Bodhisatwa, bunga teratai bertumbuh. Ini sungguh sangat menyentuh. Semoga kelak, kita dapat memperbaiki kehidupan warga Afrika. Saya berharap kita dapat membawa berkah ke sana.
Mari kita mengulurkan tangan dan memberikan bantuan semampu kita. Saya berharap orang-orang yang menderita dapat membuka pintu hati dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Kita harus berbagi dengan orang-orang tentang kondisi di Afrika. Kita harus terus berbagi agar orang-orang mengetahuinya. Kita telah tahu tentang bencana ini dan bergerak untuk membantu. Mulai sekarang, teratai akan bertumbuh di setiap langkah Bodhisatwa. Kita berharap teratai bertumbuh di sana agar tempat tersebut tak lagi penuh lumpur dan debu.
Kita berharap Afrika bisa berubah menjadi tempat indah yang penuh dengan teratai yang bermekaran dan membawa dampak besar bagi warga setempat. Inilah harapan kita. Jika bisa demikian, pahala kita sungguh tak terhingga. Saudara sekalian, mari kita bersungguh hati. Inilah kitab sejarah Tzu Chi. Mari kita bersungguh hati mempelajarinya.
Mengenang penyaluran bantuan bencana di
Afrika Timur
Tenaga medis yang penuh kasih sayang tak
tega melihat penderitaan pasien
Misi budaya humanis mengukir sejarah Tzu
Chi
Teratai bermekaran di setiap langkah Bodhisatwa
Ceramah Master
Cheng Yen tanggal 16 Juni 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Juni
2019