Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Misi Kesehatan dengan Welas Asih

Buddha mengajari kita bahwa semua makhluk dilanda penderitaan. Berapa besar penderitaan ini? Sebagai dokter, apakah pasien yang kalian tangani menderita?  Mereka sangat menderita. Apakah kehidupan ini kekal? Tidak kekal.

Banyak di antara kalian yang menyaksikan bagaimana anak-anak bertumbuh dewasa dan bagaimana orang-orang menua. Apakah kita juga menua? (Ya)

Benar, kita juga menua.

Singkat kata, kita semua mengalami perubahan tanpa kita sadari. Seiring berlalunya detik dan menit, wajah kita terus mengalami perubahan. Puluhan tahun yang lalu, kalian masih anak-anak dan saya masih paruh baya.  Kapan saya mulai terlihat tua? Sesungguhnya, seiring berlalunya setiap detik, menit, dan hari, masa muda dan masa paruh baya saya juga ikut berlalu. Karena itulah, belakangan ini, saya mengingatkan kalian untuk menggenggam waktu. Waktu terus berlalu. Janganlah kita melupakan sejarah Tzu Chi. Akumulasi waktu dapat membentuk sejarah. Dalam sejarah kehidupan kita, apa yang telah kita capai? Mengapa kalian berniat untuk menjadi seorang dokter? Apakah kalian juga berniat untuk menjadi penyelamat?


Kalian memiliki niat seperti ini, bukan niat untuk menjadi orang yang bisa menghasilkan banyak uang. Kalian memilih menjadi dokter bukan demi menghasilkan banyak uang, melainkan demi menyelamatkan pasien. Dimulai dari sebersit niat, kalian belajar dengan tekun hingga menjadi seorang dokter dan mendedikasikan diri untuk menyelamatkan kehidupan.

Beberapa hari yang lalu, saya berkata kepada para dokter, “Sebagai Tabib Agung, kalian bukan hanya harus memperlakukan pasien bagai keluarga, melainkan bagai diri sendiri. Kalian hendaknya bisa turut merasakan penderitaan pasien.”

Dalam Empat Misi Tzu Chi, misi kesehatan merupakan misi penuh welas asih. Misi amal merupakan misi penuh cinta kasih dan misi kesehatan merupakan misi penuh welas asih. Semangat misi amal ialah mengasihi tanpa memandang jalinan jodoh. Meski mereka tidak memiliki hubungan apa pun dengan kita, kita juga harus mencari kesempatan untuk menjangkau mereka dan meminta para dokter untuk memberikan pelayanan medis gratis. Setelah menemukan orang yang menderita karena penyakit, para dokter pun bersumbangsih.


Kalian mengingat penderitaan mereka karena kalian memahaminya dan turut merasakan penderitaan mereka. Kalian berusaha mengobati mereka dan mengunjungi mereka bagaikan mengunjungi keluarga sendiri. Jika bisa berpikir di posisi mereka, kalian akan tahu bahwa mereka sangat sakit dan menderita. Saat teringat akan penderitaan dan rasa sakit mereka, kalian akan berusaha untuk melenyapkan rasa sakit dan penderitaan mereka. Ini bagai kita memperlakukan diri sendiri. Bisa turut merasakan kepedihan dan penderitaan orang lain, inilah semangat misi kesehatan kita.

Dalam Empat Misi Tzu Chi, misi kesehatan kita jalankan dengan welas asih. Misi yang penuh welas asih ialah misi kesehatan. Misi yang dipilih oleh para dokter ialah misi penuh welas asih. Yang lebih saya syukuri ialah kalian mengunjungi saudara se-Dharma, yakni murid-murid saya. Mereka telah mengikuti langkah saya dalam membangun Misi Tzu Chi. Tanpa mereka, saya tidak akan bisa duduk di sini dan memberikan ceramah di hadapan kalian. Dengan adanya Tzu Chi, saya baru berkesempatan duduk di sini. Tanpa mereka, tidak akan ada Tzu Chi dan pertemuan kita hari ini. Jadi, saya sangat tersentuh.

 

“Sebagian relawan Tzu Chi yang memiliki guru, jalan, tekad, dan ikrar yang sama dengan kita menghabiskan sebagian besar waktu di rumah karena masalah kesehatan. Karena itu, dalam rute kunjungan medis, kita menambahkan rute pemerhati saudara se-Dharma. Kakak Gao Zhang Ming-zi berusia 81 tahun dan dilantik pada tahun 1993. Pada 19 tahun yang lalu, dia terserang stroke. Sejak saat itu, dia lebih sering berada di rumah dan tidak bisa menjalankan misi Tzu Chi. Kami memberi tahu Kakak Ming-zi bahwa Master sangat memperhatikan para relawan senior dan berharap kami bisa menggantikan Master memperhatikan mereka. Dia berkata bahwa dia setiap hari menonton Lentera Kehidupan dan mendengar ceramah Master dengan harapan bisa lebih dekat dengan hati Master. Saat itu, kami bertanya padanya, Sekarang kesehatan Anda tidak baik. Apa harapan terbesar Anda? Dia berkata, ‘Saya hanya berharap Master selalu sehat’. Mendengar ucapannya, sesungguhnya kami sangat tersentuh. Meski menderita karena penyakit, dia tetap memikirkan kesehatan Master. Kita bisa melihat cinta kasih para relawan senior terhadap Master selamanya tidak berubah,”  kata Lin Jun-jie, seorang dokter.

Setiap kali dokter kita mengunjungi anggota komite senior dan berkata bahwa saya memperhatikan mereka, setiap komite hanya berharap saya selalu sehat. Saat dokter bertanya apa yang ingin mereka katakan, mereka berkata bahwa mereka hanya berharap saya selalu sehat.

 

Lihatlah, jalinan jodoh antara guru dan murid ini telah terbentuk dari kehidupan ke kehidupan. Saya banyak berutang pada kalian. Saya berutang kasih sayang pada kalian karena setiap hari saya sibuk dengan rutinitas saya. Saat kalian kembali ke Griya Jing Si untuk mengobrol dengan saya, lingkungan di sana juga seperti ini, sama dengan aula dan kantor kita di seluruh Taiwan. Begitu bangun setiap pagi, saya beraktivitas di lingkungan seperti ini. Selain waktu makan pagi dan siang, saya tidak bisa meninggalkan ruangan seperti ini. Demikianlah rutinitas saya.

Saat relawan dari luar negeri kembali untuk berbagi tentang berita di seluruh dunia, saya juga duduk di dekat meja seperti ini. Saya tidak bisa pergi ke tempat lain. Jadi, saya tidak punya waktu untuk mengunjungi murid-murid senior saya. Saya tidak bisa mengunjungi siapa pun. Asalkan relawan kita bisa menggantikan saya mengunjungi mereka, saya sudah sangat tersentuh. Terlebih, saat dokter kita mengunjungi mereka, mencari tahu kebutuhan mereka, dan memperhatikan mereka, saya akan semakin tersentuh dan bersyukur. Saya bersyukur pada kalian semua.

Hidup manusia tak lepas dari penderitaan akibat usia tua dan penyakit
Menjalankan misi kesehatan dengan welas asih
Turut merasakan penderitaan pasien bagai penderitaan diri sendiri
Mencurahkan perhatian kepada saudara se-Dharma

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 30 Juni 2019

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -