Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Praktik Nyata Menghimpun Keluhuran dan Semangat
“Kalau tidak salah, pada tahun 2013, mereka bilang ada kesempatan untuk pergi dalam misi bantuan bencana internasional. Saat itu saya sangat tergugah. Orang-orang di sana sangat penuh harapan dan sangat menghormati relawan Tzu Chi. Sekembalinya dari sana, saya merasa Tzu Chi bagus sekali dan mulai bergabung. Saya adalah dokter. Jadi, saya mulai bergabung dengan TIMA. Istri saya tahu saya suka memotret. Dia bilang mereka butuh orang untuk memotret. Saya pun ikut dengan membawa kamera,” kata dr. Chan Boon Huat, relawan Tzu Chi.
“Tim dokumentasi terus mengajaknya untuk mengikuti kegiatan. Dia kemudian bertekad untuk membeli kamera dan perlahan-lahan mulai menjadi relawan dokumentasi dan dipenuhi sukacita dalam Dharma,” kata Chan Sook Min, istri dr. Chan Boon Huat.
“Saya rasa menjadi relawan dokumentasi membuat saya dapat melihat banyak momen. Saat memotret, saya bisa melihat banyak hal. Kadang, saat pembicara sedang berbicara, saya juga mendengarkan di samping. Saya juga bisa mendengar hal-hal yang mengharukan. Jadi, saya merasa dari sana saya bisa belajar lebih banyak,” lanjut dr. Chan Boon Huat.
“Saya bergabung di Tzu Chi untuk beramal. Saat ada kegiatan TIMA, saya juga akan ikut. Saya ingin menerapkan ajaran Buddha dalam kehidupan dan menjadi Bodhisatwa dunia. Saya akan memikul lebih banyak tanggung jawab setelah dilantik kali ini,” tutupnya.
Benar, Bodhisatwa terjun ke masyarakat demi menyelamatkan semua makluk. Kita harus giat untuk berlatih ke dalam diri dan melakukan praktik ke luar. Melatih diri adalah memberi manfaat bagi diri sendiri. Menjalankan praktik di masyarakat adalah memberi manfaat bagi orang lain. Inilah arah pelatihan diri Bodhisatwa.
Kita berpegang pada jalan kebenaran. Setiap orang telah bertekad. Kita bertekad untuk melatih diri. Tujuan pelatihan diri ini adalah membangkitkan pemahaman terhadap kehidupan, baik aspek duniawi maupun nonduniawi.
Setelah mengerti untuk menjalankan hal-hal duniawi dengan semangat nonduniawi, kita dapat memahami bahwa penderitaan disebabkan oleh noda dan kegelapan batin yang terus membelenggu dalam hubungan antarmanusia. Setelah memahami kebenaran ini, kita tahu bahwa penderitaan ini terakumulasi akibat berbagai sebab dan kondisi.
Berhubung sudah memahami kebenaran ini, kita harus berusaha melenyapkan penderitaan. Kita harus meningkatkan kewaspadaan agar tidak lagi terbelenggu oleh berbagai noda dan kegelapan batin. Jadi, kita harus memahami hal ini dengan jelas. Setelah memahaminya dengan jelas, kita bertekad dan berikrar. Lalu, kita harus menjalankan praktik nyata.
Kita bersumbangsih untuk membawa manfaat bagi orang banyak. Dalam hubungan antarmanusia, kita tidak membangun rasa tidak suka atau jalinan jodoh buruk dengan siapa pun. Tidak.
Bodhisatwa datang hanya demi semua makhluk yang masih berada dalam kegelapan batin. Setelah memahami ini, kita harus terjun ke tengah masyarakat untuk membawa manfaat bagi semua makhluk. Setelah membawa manfaat bagi semua makhluk, dalam batin kita tiada kemelekatan. Noda batin semua makhluk juga terkikis. Ini berarti semua saling menyucikan batin.
Hati kita bagaikan wadah bagi Dharma. Hati kita bisa menerima Dharma yang murni. Dharma bagaikan air murni. Jika hati yang adalah wadah ini tidak kotor, air yang kita terima akan tetap jernih. Demikian pula, batin kita sama dengan Dharma yang hakikatnya kosong.
Saat mendengar Dharma dengan telinga, kita menyerap dan mengingatnya sepenuh hati. Kita memutuskan untuk mempraktikkannya. Setelah mempraktikkannya, kita merasa sukacita. Daya atau semangat ini berasal dari pikiran kita. Pikiran kita mengandung daya dan spirit. Makhluk awam selalu berpikir dengan kesadaran pikiran awam yang berubah mengikuti kondisi luar. Seperti apa kondisi di luar, seperti itulah pikiran yang timbul. Namun, praktisi pelatihan diri memiliki spirit atau semangat dalam pikirannya. Semangat ini menghasilkan daya. Semangat ini disebut keberanian atau pendirian.
Setelah sungguh-sungguh bertekad, tekad di hati kita harus teguh. Inilah yang disebut pikiran memiliki semangat. Inilah tekad yang teguh. Ini karena kita memiliki pendirian. Ketetapan hati kita ini sangat teguh. Inilah yang disebut semangat menghasilkan daya. Semangat ini adalah daya pikiran kita yang paling murni.
Karena itu, dikatakan bahwa Bodhisatwa tinggi dalam pahala dan murni dalam praktik. Ini karena pikirannya penuh semangat. Dengan adanya semangat dan daya pikiran yang murni, Bodhisatwa menjalankan praktik nyata. Inilah yang disebut menghimpun keluhuran dan memperoleh semangat.
Kita harus menjalankan praktik nyata dan memusatkan pikiran kita. Dengan keteguhan dan keberanian, barulah keluhuran terhimpun dan mendatangkan semangat.
“Sebelum masuk Tzu Chi, saya banyak membakar kertas sembahyang. Sesungguhnya, jika dihitung-hitung, dalam sebulan saya menghabiskan seribu sampai dua ribu yuan hanya untuk membakar kertas sembahyang. Ini baru kertas sembahyang, belum yang lain. Bayangkan, uang yang seharusnya bisa membantu banyak orang terbuang begitu saja. Saat menghitung jumlahnya, saya sendiri juga merasa ini sangat menakutkan,” kata Li Chijun, relawan Tzu Chi.
“Sesungguhnya, keinginan kita begitu banyak, sampai pada akhirnya kita menemukan bahwa semuanya kosong karena belum tentu semua yang kita inginkan benar-benar kita dapatkan. Kita menemukan bahwa saat kita bersungguh-sungguh melakukan suatu hal, kita akan mendapat banyak penyadaran. Kini saya menyadari bahwa berkah harus kita ciptakan sendiri,” lanjut Li Chi Jun.
“Saat ada ladang berkah untuk digarap, kita harus menggenggam kesempatan. Dahulu, pikiran saya mengembara tanpa arah seperti orang yang kehilangan semangat, kehilangan akal sehat, dan menghadapi jalan buntu. Namun, kini, setelah masuk Tzu Chi, saya merasa hati saya lebih teguh. Kondisi batin saya sudah berbeda. Hati saya lebih tenang dan lebih damai,” pungkasnya.
Dengan tekad dan semangat yang teguh, kondisi luar tidak akan memengaruhi kita. Kita tetap pada jalan yang kita tetapkan.
Melatih diri adalah sesuatu yang mulia. Ini tidak mudah. Tidak semua orang bisa menjalankannya. Melatih diri berarti melampaui diri sendiri. Jadi, segala Dharma pada hakikatnya kosong. Kita sudah memahami ini. Meski segala Dharma pada hakikatnya kosong, ia bagaikan air. Air Dharma yang murni membasahi pikiran kita sehingga batin kita dipenuhi Dharma. Kita bersungguh hati menyucikan pikiran dan bertekad menyelamatkan semua makhluk.
Banyak misi harus kita jalankan dan banyak keterampilan harus kita kerahkan. Semuanya berpulang pada prinsip ini: "Segala Dharma hakikatnya kosong; himpunan keluhuran mendatangkan semangat." Jika memahami prinsip ini dengan jelas, kita akan dapat memahami bahwa meski Dharma dikatakan kosong, tak berwujud, dan tak dapat digenggam, tetapi begitu Dharma meresap ke dalam hati, tekad, dan semangat kita, maka kita akan dapat melangkah maju dengan pasti di jalan pelatihan diri ini.
Bertekad
melatih diri dan membimbing semua makhluk
Membawa
manfaat bagi orang lain dan menjalin jodoh baik
Menyucikan
pikiran dan memahami kekosongan Dharma
Menjalankan
praktik nyata menghimpun keluhuran dan semangat
Ceramah
Master Cheng Yen tanggal 09 November 2019
Sumber:
Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah:
Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 11 November
2019