Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan Upacara Waisak dengan Tulus dan Memahami Maknanya

Hari ini adalah tanggal 8 bulan 4 Imlek yang diperingati sebagai Hari Kelahiran Buddha. Selain itu, menurut kalender Masehi, 14 Mei adalah hari berdirinya Tzu Chi. Dalam sejarah hari ini, di Vihara Pu Ming, tepatnya pada 14 Mei 1966, Badan Amal Tzu Chi didirikan. Singkat kata, waktu sungguh cepat berlalu. Dalam sekejap, 50 tahun sudah berlalu. Hari ini adalah hari ulang tahun Tzu Chi ke-50. Tzu Chi ada seperti hari ini berkat kekuatan cinta kasih dan akumulasi waktu. Semuanya dimulai dari nol, dari kecil hingga meluas ke seluruh dunia.

Kini, kita memperingati Hari Tzu Chi dan Hari Waisak berbarengan dengan Hari Ibu di hari Minggu kedua bulan Mei. Demikian pula dengan insan Tzu Chi di Inggris. Bukan hanya memperingati Hari Kelahiran Buddha dengan upacara pemandian Rupang Buddha, di hari itu mereka juga menyebarkan pentingnya nilai bakti terhadap orang tua. Saya percaya, meski tidak semua yang hadir di sana mengerti bahasa Mandarin, tetapi mereka juga bisa merasakan semangat itu. Karena itu, banyak orang merasa tersentuh. Memanfaatkan momen hari besar ini, relawan setempat menyebarkan pentingnya berbakti dan berbuat kebajikan.

Begitu pula di Australia. Para relawan membangkitkan cinta kasih warga dengan mengadakan acara penuangan celengan bambu. Perbuatan baik ini bagai  tetes demi tetes air yang menyatu di samudra dan dapat membantu banyak orang. Para relawan di Durban juga  mempersiapkan upacara dengan sepenuh hati. Upacara sesi pertama diikuti oleh relawan lokal, sedangkan sesi kedua diikuti oleh warga Tionghoa di Pusat Kebudayaan dan Pendidikan Tionghoa. Upacara itu digelar di dua tempat berbeda.

Belakangan ini, Afrika dilanda kekeringan parah. Namun, di hari persiapan dan hari upacara, turun hujan yang cukup deras. Akibatnya, di jalan tol juga terjadi kemacetan. Jarak yang mulanya dapat ditempuh dalam beberapa puluh menit memakan waktu hingga lebih dari dua jam akibat kemacetan yang ada. Namun, orang-orang tetap berusaha hadir untuk mengikuti upacara. Kita juga bisa melihat banyak relawan lokal yang fisiknya menderita sakit atau memiliki keterbatasan, tetapi tetap hadir di tengah derasnya hujan, dan macetnya lalu lintas. Mereka tetap bersiteguh untuk mengikuti upacara. Kita dapat melihat semangat mereka. Selain itu, mereka juga mementaskan adaptasi Sutra Makna Tanpa Batas Bab Pembabaran Dharma. Penampilan mereka begitu rapi. Dari sini kita bisa melihat bahwa Dharma telah meresap ke dalam hati mereka.

Dari konferensi video kemarin, kita juga melihat Ji Jue yang baru pulang ke Los Angeles melaporkan kondisi di Ekuador. Sebagai bagian dari tim pertama, dia melaporkan proses kerja sama dengan pemerintah setempat dan program bantuan lewat pemberian upah yang telah diikuti oleh lebih dari 8.000 orang. Setiap orang yang berpartisipasi menerima 15 dolar AS per hari. Kita melihat keteraturan mereka. Jumlah partisipan terus bertambah, interaksi relawan dan para warga pun penuh kisah yang menyentuh. Selain itu, tim kedua yang berangkat ke Ekuador, yaitu relawan dari Amerika Serikat, Argentina, Paraguay, dan Brasil juga melaporkan tentang konferensi pers yang diadakan di sana dan disiarkan oleh berbagai media massa setempat.

Perwakilan pemerintah Taiwan di Ekuador,  Ibu Hsie, mengatakan bahwa berita tentang Taiwan sangat jarang disiarkan di Ekuador. Namun, kali ini, seluruh media massa menyiarkan hal positif tentang kontribusi Tzu Chi dari Taiwan dalam membantu korban bencana di Ekuador. Beliau sangat berterima kasih. Tentu, untuk dapat berkontribusi di sana, dibutuhkan matangnya berbagai jalinan jodoh. Selain Bapak Huang yang membantu di sana, kini juga ada seorang teman dari seorang Qingxiushi di Griya Jing Si yang tinggal di Ekuador membantu dalam penerjemahan. Dia juga sangat memahami Tzu Chi. Jadi, dia bisa menyampaikan semangat serta filosofi Tzu Chi dan menjadi jembatan antara Tzu Chi dengan warga setempat. Semua ini adalah jalinan jodoh.

Jalinan jodoh ini perlu dipupuk seiring waktu dan dari berbagai tempat. Bagaimana kita dapat menciptakan berkah dan menjalin jodoh baik di masyarakat? Seperti yang saya utarakan dalam ceramah pagi, kita harus menanam benih untuk dapat memperoleh buah. Setiap orang hendaknya dapat bertekad dan tidak takut kurang kekuatan. Asalkan setiap orang mau bertekad, maka kekuatan akan terhimpun dan dapat menciptakan berkah bagi dunia.

Kita juga melihat kekeringan parah di India yang sudah berdampak pada lebih dari 300 juta orang. Dengan kata lain, sepertiga dari populasi India mengalami kekurangan air. Di sana, perbedaan kasta masih begitu kental. Sulit untuk orang dari kasta rendah untuk mendapatkan air di daerah yang juga dihuni orang-orang berkasta tinggi. Setelah istrinya ditolak saat meminta air, seorang pria bernama Tajne memutuskan untuk menggali sumur sendiri. Dia menggali dengan kedua tangannya sendiri. Untuk bertahan hidup, dia juga harus bekerja setiap hari. Namun, sebelum pergi bekerja, dia menggunakan waktu 4 jam untuk  menggali sumur dengan peralatan sederhana. Selepas bekerja, dia menggali lagi selama 2 jam. Jadi, dia menggunakan waktu 6 jam dalam sehari selama empat puluh hari berturut-turut hingga akhirnya menemukan mata air. Kini semua orang di desa itu memiliki air.

Semua orang di sana sangat gembira. Bapak Tajne ini memiliki batin yang kaya dan mulia. Dia memiliki cinta kasih. Dia mempersilakan orang lain mengambil air dari sumurnya. Dengan cinta kasih, tiada yang tak mungkin. Kita semua memiliki hakikat Kebuddhaan. Hakikat Kebuddhaan ini adalah hakikat sejati kita. Hakikat sejati sama dengan kebenaran. Asalkan kita dapat menerapkan kebenaran ini di dalam kehidupan kita sehari-hari, kita akan mampu berbagi dengan semua orang. Ini adalah kekuatan cinta kasih. Orang yang dapat berpandangan terbuka, berpikiran jernih, dan memahami kebenaran seperti ini adalah orang yang sadar. Karena itu, melihat orang India ini, saya sungguh kagum dan memujinya. Jika setiap orang dapat seperti dirinya maka dunia ini akan damai dan harmonis.

Menjalankan upacara pemandian rupang Buddha dengan tulus

Menciptakan berkah lewat program bantuan di Ekuador

Menggali mata air dan rela berbagi

Mengembangkan cinta kasih dan menyatu dengan kebenaran

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 14 Mei 2016 

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal  16 Mei 2016

Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -