Ceramah Master Cheng Yen: Menjalankan yang Sulit Dijalankan di Jalan Bodhisatwa
Siang hari kemarin, saya mengadakan telekonferensi dengan relawan Tzu Chi di Guangzhou dan Shenzhen. Saya mendengarkan mereka berbagi kisah. Pada masa-masa ini, mereka telah mengerahkan kekuatan yang besar. Saat menerima informasi mengenai kebutuhan bantuan dari negara-negara lain, mereka segera menyiapkannya.
Barang-barang yang dibutuhkan meliputi alat pelindung diri, pelindung wajah, baju isolasi, masker, dan sebagainya. Semua ini dibutuhkan oleh tenaga medis yang akan menolong nyawa manusia. Jadi, para relawan memikirkan cara untuk mengirimkannya sesegera mungkin. Mereka sangat bekerja keras.
Saat wabah berada pada puncaknya, jadwal penerbangan tak dapat dipastikan. Pengambilan barang di bandara juga sangat sulit. Untuk menemukan jadwal penerbangan yang tersedia juga tidak mudah. Mereka harus mengatasi berbagai kesulitan dengan susah payah.
Beruntung, mereka terus menyelami Dharma tanpa henti. Setiap kali bertemu kesulitan, mereka dapat menemukan solusi dari Dharma yang mereka dengar. Mereka segera mempraktikkan Dharma ini untuk mengatasi kesulitan. Mereka mampu menjalankan yang sulit dijalankan.
Ini sungguh berharga. Mereka menggunakan Dharma untuk mengatasi setiap kesulitan. Saat bertemu dengan orang yang bersikap dingin, mereka mempraktikkan kelembutan dan kesabaran. Mereka berkomunikasi dengan penuh kelembutan berkali-kali. Jadi, mereka belajar banyak dari kesulitan yang ada.
Saya mengingatkan mereka bahwa ada pelajaran besar di balik wabah kali ini. Wabah ini adalah kesempatan bagi kita untuk belajar. Kita bertekad untuk mempraktikkan Jalan Bodhisatwa. Kini kita telah memasuki ruang ujian di jalan ini. Soal ujian kali ini adalah soal ujian yang istimewa. Soal-soal yang diajukan sangat sulit. Semua soal ujian ini sangat istimewa. Jadi, kalian yang bisa memecahkan soal yang sulit itu sungguh merupakan murid berprestasi istimewa.
Para relawan ini telah bersumbangsih ke luar. Ini sungguh tidak mudah. Ke dalam, selama beberapa bulan ini, mereka telah mendengar saya berkata bahwa bervegetaris itu harus. Jadi, mereka sungguh-sungguh menyosialisasikan pola hidup vegetaris.
Saya terus memberi tahu mereka bahwa saya berharap orang-orang dapat bervegetaris dalam jangka panjang. Saya berharap insan Tzu Chi memanfaatkan momen saat ini untuk mengedukasi orang banyak.
Wabah seperti kali ini belum pernah ada sebelumnya. Di masa depan, apakah penyakit COVID-19 akan menjadi sesuatu yang lumrah? Ini sulit diprediksi. Masalah belum tentu selesai saat wabah ini berlalu. Umat manusia masih harus melewati ujian dalam jangka waktu yang panjang. Karena itu, kita harus mengubah pola hidup.
Jadi, pada masa wabah kali ini, semua orang menuju pada arah kesadaran yang sama. Wabah kali ini telah membangunkan dunia. Wabah kali ini telah menjadi bencana. Bencana ini harus kita hadapi dalam jangka panjang. Karena itu, kita harus segera sadar.
Setiap orang harus mengubah pola hidup masing-masing dan meluruskan pola pikir. Hanya dengan ketulusan, barulah kita dapat menghadapi wabah ini.
Begitu pula di Shenzhen, berhubung banyaknya bantuan yang dibutuhkan, para relawan terus bersumbangsih. Di saat yang sama, mereka juga sudah mendengar seruan saya untuk menyosialisasikan pola hidup vegetaris. Mereka pun mulai menjalankannya.
Para guru dari Asosiasi Guru Tzu Chi juga mengerahkan kekuatan besar. Banyak anak berusia dini yang orang tuanya merupakan tenaga medis. Orang tua mereka harus merawat pasien sehingga tidak dapat pulang ke rumah. Para guru mendampingi dan menjaga lebih dari 20 orang anak tenaga medis ini. Sebagian anak memiliki hubungan yang kurang baik dengan orang tua mereka. Ada pula anak yang suka melawan orang tua.
Berkat bimbingan dan pendampingan dari para guru di masa-masa ini, kini kita melihat anak-anak itu dapat berinteraksi harmonis dengan orang tua mereka. Jadi, saya juga memberi semangat kepada mereka. Para guru ini memiliki hati Bodhisatwa dan hati orang tua. Semangat mendidik seperti ini harus terus dilanjutkan. Agar Asosiasi Guru Tzu Chi dapat terus berlanjut, insan Tzu Chi harus sepenuh hati menjalankan semangat ini.
Selain itu, pagi hari kemarin, saya juga mengadakan telekonferensi dengan relawan Tzu Chi di Tainan. Mereka juga telah mempraktikkan ketanpaakuan. Mereka terus bersumbangsih bagi masyarakat. Sesulit apa pun masalah yang dihadapi, mereka berusaha mengatasinya. Mereka juga telah memasuki ruang ujian Bodhisatwa dan telah memecahkan berbagai soal yang sulit. Mereka telah lulus ujian Bodhisatwa dan telah mempraktikkan ketanpaakuan.
Untuk lulus ujian, kita harus bebas dari keakuan. Ketanpaakuan berarti memiliki semangat "aku universal" demi kepentingan bersama. "Anda adalah saya, saya adalah Anda." "Kesulitan Anda adalah kesulitan saya." Berbagai kesulitan harus kita atasi bersama.
Dengan memahami hal ini, berarti kita memahami kebenaran alam semesta sehingga dapat bersumbangsih bagi masyarakat dan berwelas asih terhadap penderitaan semua makhluk. Inilah Jalan Bodhisatwa.
Bersumbangsih
tanpa henti dalam menghadapi wabah
Menenangkan
fisik dan batin dengan welas asih dan kebijaksanaan
Melewati
berbagai kesulitan bagai di ruang ujian
Memahami
ketanpaakuan dalam praktik Bodhisatwa
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Stella
Ditayangkan tanggal 19 Mei 2020