Ceramah Master Cheng Yen: Menjalin Jodoh Baik dengan Hati yang Bajik dan Tenang
“Saya akan melihat apakah ada tutup botol yang harus dibuka. Jika tidak ada, saya akan memilah kantong plastik,” kata Li Chang-shou Relawan pelestarian lingkungan.
“Anda selalu khawatir tidak ada orang yang membantu membuka tutup botol-botol ini,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.
“Benar. Saya sudah berusia 82 tahun. Saya hendak menggenggam waktu untuk bersumbangsih,” pungkas Li Chang-shou.
Waktu berlalu detik demi detik. Dalam sehari ada 86.400 detik. Jadi, kalian semua harus ingat bahwa seiring berlalunya detik demi detik, usia kehidupan kita juga terus berkurang. Hidup di dunia ini, yang terpenting ialah nyawa. Jika tidak bernyawa, apa lagi yang perlu kita perhitungkan dan bagaimana kita bisa mencapai tujuan kita? Jadi, hendaklah kita sungguh-sungguh menjaga nyawa atau kehidupan kita.
Belakangan ini, saya sering mengingatkan kalian semua untuk menginventarisasi kehidupan masing-masing. Setiap hari, saya juga berkata bahwa kita harus sungguh-sungguh memperhatikan perbuatan kita setiap detik, termasuk detik yang akan datang.
Setiap kali saya menyampaikan sesuatu dalam ceramah, saya selalu memikirkan apa yang harus saya katakan selanjutnya agar saya tidak mengatakan sesuatu yang keliru. Saya selalu memastikan bahwa kata-kata saya dapat bermanfaat untuk menyemangati semua orang.
Saya juga hendak semua orang memahami bahwa di zaman sekarang, kita harus sungguh-sungguh mengingat apa yang telah kita lakukan dan meningkatkan kewaspadaan. Kita harus menyadari bahwa kehidupan ini tidak kekal dan ketidakkekalan dapat terjadi dalam sekejap. Jadi, terhadap waktu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan.
Di mana pun berada, kita juga harus memperhatikan setiap perbuatan kita. Kelengahan sesaat dapat membawa dampak buruk pada diri sendiri. Mari kita sungguh-sungguh memperhatikan perbuatan kita setiap detiknya. Jika kita melakukan hal yang keliru, kita akan menyesalinya di kemudian hari. Mari kita menggenggam waktu yang ada sekarang.
Seiring bertambahnya usia, kita pun mengalami perubahan fisik tanpa disadari. Demikianlah kehidupan. Waktu akan membawa pergi segalanya. Buddha mengingatkan kita bahwa kehidupan ini penuh dengan penderitaan. Karena belum mengalami penderitaan karena usia tua, sebagian orang tidak mendisiplinkan diri dan hanya menyia-nyiakan kehidupan. Mereka menutup mata terhadap kemiskinan, kelaparan, dan penderitaan. Mereka menjalani kehidupan yang penuh berkah dan menikmati hidup tanpa kerisauan. Meskipun demikian, kehidupan tidaklah kekal.
Mereka tidak sadar bahwa kehidupan mereka dapat berubah dalam sekejap. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di detik berikutnya. Karena itulah, saya sering kali berpesan bahwa kita harus menggenggam waktu yang ada dan menenangkan pikiran kita. Bagaimana agar pikiran kita bisa tenang dan terbebas dari penyesalan?
Dengan menggenggam waktu untuk bersumbangsih, berbuat baik, menuturkan kata-kata baik, dan menjadi orang yang bajik dengan kebijaksanaan yang kita miliki. Dengan demikian, kita tentu dapat memperoleh kebahagiaan dan sukacita terbesar serta terbebas dari kerisauan. Untuk itu, kita harus menggenggam waktu yang ada.
Waktu berlalu dengan sangat cepat. Mari kita bermawas diri. Jangan melakukan hal yang dapat merugikan dunia. Kita harus menuturkan kata-kata baik dan jangan berbuat jahat. Demikianlah kita menjaga kehidupan kita dengan baik.
Kita harus menjaga kehidupan kita dan jangan melakukan hal yang keliru. Namun, begitu pikiran kita menyimpang, terciptalah noda batin dan benih karma yang dapat menimbulkan pertikaian. Bahkan ada yang harus membayar harganya dengan masuk penjara dan kehilangan kebebasan. Akankah mereka sungguh-sungguh memikirkannya dan bertobat di dalam penjara?
Mungkin saja mereka tidak berpikir bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Apakah mereka tahu untuk memikirkannya, bertobat, dan mengingatkan diri sendiri untuk tidak melakukan kesalahan lagi? Apakah mereka berpikir bahwa mereka dipenjara karena kesalahan orang lain?
Jika mereka selalu menyalahkan orang lain tanpa menyadari bahwa itu adalah akibat dari perbuatan diri sendiri, mereka akan terus melakukan kesalahan yang sama. Dengan demikian, selamanya mereka akan sulit untuk menyucikan hati dan pikiran mereka serta sulit untuk menjalani kehidupan yang bahagia. Mereka akan selalu diliputi oleh noda batin. Karena itulah, Buddha mengajari kita untuk sungguh-sungguh memperhatikan setiap perbuatan kita. Jadi, kita harus meneladan orang bajik untuk berbuat baik.
Kebiasaan berbicara bisa dibentuk. Dengan terbiasa bertutur kata baik, kita pun akan terbiasa untuk menjalin jodoh baik dengan semua orang. Dengan adanya jalinan jodoh baik, tentu orang-orang akan bersukacita saat melihat kita dan kita pun akan berbahagia saat melihat mereka.
Jika setiap kali bertemu kita bersukacita dan bahagia, bukankah kita seakan-akan berada di surga atau tanah suci Bodhisatwa? Jadi, di manakah kita bisa menemukan tanah suci itu? Tanah suci ada di antara Anda, saya, dan dia.
Usia kehidupan manusia terus berkurang seiring berjalannya waktu
Menggenggam waktu yang ada dan menyadari ketidakkekalan hidup
Menenangkan pikiran dan meneladan orang bajik
Segera melatih diri dan menjalin jodoh baik
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 24 Maret 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 26 Maret 2022