Ceramah Master Cheng Yen: Menjalin Jodoh yang Dalam dan Menapaki Jalan Kebenaran

Halo, Bodhisatwa lansia. Master Cheng Yen ingin mendengarmu mengatakan sesuatu.”  

“Ingin mendengar saya berbicara? Saya sulit mendengar. Saya tidak mendengarnya,” ucap Wang Geng-zhi, Relawan daur ulang yang berusia 89 tahun.

Katakan apa yang ingin kamu katakan. Coba kamu lafalkan Mantra Avalokitesvara Berjubah Putih untuk Master dengar.”

“Sekarang?” tanya Wang Geng-zhi.

“Untuk apa kamu melafalkan ini? Untuk mendoakan Master, bukan?

Kamu mau saya baca mantra apa lagi? Maha Karuna Dharani? kata Wang Geng zhi.

Saya bilang, “Tadi kamu lafalkan mantra untuk mendoakan Master, bukan?”

“Apakah saya salah baca? tanya Wang Geng-zhi. 

“Tidak. Kamu sudah benar.”

Lihatlah relawan lansia kita yang sudah berusia 80 tahun lebih ini. Kita dapat membayangkan betapa cantiknya beliau ketika masih muda. Namun, sejak kapan beliau berubah menjadi tua? Bahkan saat orang berteriak dengan suara kencang di samping telinganya, jawabannya tetap tidak sesuai pertanyaan.

“Beri salam kepada Master.” (kata seorang relawan) 

“Master. Saya harus bilang apa? Master, semoga Master sehat dan panjang umur,” ucap Wang Geng-zhi, Relawan daur ulang yang berusia 89 tahun.

Lihatlah, dia tak dapat mendengar dengan jelas. Inilah kehidupan. Namun, dia sangat dipenuhi sukacita dan menggemaskan. Dia merupakan relawan daur ulang Tzu Chi. Meski sudah berusia lanjut dan sulit mendengar, tetapi dia tetap sangat menggemaskan. Ada pula seorang relawan lainyang berusia 93 tahun. Dia berkata kepada saya bahwa dia melakukan daur ulang setiap hari dan setiap hari Selasa, dia memasak.

“Saya menjadi relawan konsumsi setiap hari Selasa,” ucap Lin Yue-e, relawan daur ulang yang telah berusia 93 tahun.

"Apa kamu mau memasak untuk saya?" .

"Ya," jawabnya.

"Terima kasih."

“Hari ini saya menghadiri kegiatan bedah buku sehingga berkesempatan bertemu dengan Master,” ucap Lin Yue-e. 

Kalian masih menghadiri kegiatan bedah buku? Kalian lebih tekun dan bersemangat dari saya.

“Saya tidak berpendidikan tinggi. Sekarang Kakak Luo selalu mengajari kami. Kami sangat berterima kasih. Harus belajar dengan giat,” ucap Lin Yue-e.

Di masa kini, ada anak muda yang berkata, “Setelah bekerja belasan tahun, saya akan pensiun. ”Relawan itu sudah bekerja puluhan tahun. Tahun ini dia sudah berusia 93 tahun. Dia sangat menggemaskan. Mereka adalah relawan lansia di Taipei.

Di Yunlin, saya juga bertemu dengan relawan lansia. Kerapian dan kekompakan relawan lansia di Yunlin sangat membuat orang tergugah. Semua itu meninggalkan kesan yang dalam bagi saya. Mengetahui bahwa saya akan berkunjung, relawan lansia di Kaohsiung berkumpul untuk belajar menggambar. Mereka menggambar Gunung Sumeru. Terlebih dahulu mereka menggambar Da Ai TV, lalu menggambar Gunung Sumeru dan pasukan semut yang mendaki gunung. Itulah yang dilakukan relawan lansia di Kaohsiung. Mengapa orang-orang berkata bahwa kaum lansia adalah masalah bagi masyarakat? Mereka sama sekali tidak bermasalah. Setiap hari, mereka mengerahkan tenaga dan pikiran. Waktu mereka tidak berlalu sia-sia. Yang terus mereka pikirkan adalah bagaimana cara berbuat kebaikan. Di dalam seluruh tubuh mereka terus berkembang sel-sel baik. Jiwa kebijaksanaan mereka juga terus bertumbuh. Karena memiliki pikiran yang bajik, secara alami di dalam tubuh mereka juga terus berkembang sel-sel baik. Seiring berlalunya satu hari, usia kehidupan kita juga berkurang satu hari. Meski waktu terus berlalu hari demi hari, kita tetap harus rajin. Semakin bertambahnya usia, kita harus semakin rajin. Semakin banyak melakukan maka semakin banyak memperoleh.

Lihatlah Relawan Liu De-mei di Pingdong. Dia sudah menjadi relawan selama 30 tahun lebih. Dia adalah benih relawan Tzu Chi yang senior di Pingdong. Dia dan suaminya sama-sama bekerja sebagai seniman bangunan. Suaminya bekerja sebagai tukang batu. Dia selalu bekerja bersama suaminya. Suaminya juga sangat mendukungnya. Saat dia ingin menjadi relawan Tzu Chi, suaminya juga mendukungnya dan selalu mendampinginya. Setiap bulan, dia selalu membawa dana amal ke Hualien. Sejak bertemu dengan saya di Hualien dan mengetahui bahwa saya ingin membangun rumah sakit, dia mulai membantu saya menggalang dana. Dia menggenggam waktu untuk berbagi tentang Tzu Chi di lokasi proyek, di pasar, di jalan-jalan, dan di kawasan pertokoan. Setiap bulan, dia dan suaminya akan datang ke Griya Jing Si. Setelah menyetor dana ke staf kita, dia dan suaminya akan turun ke ladang untuk membantu menggali parit, mengairi tanaman, dan lain-lain. Mereka melakukannya dengan sepenuh hati. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu. Meski mereka telah meninggal dunia, tetapi semangat mereka telah diwariskan kepada menantu dan anak-anaknya. Mereka telah mewariskan kekuatan cinta kasih kepada generasi kedua.

Relawan yang terinsipirasi olehnya masih sangat tekun dan bersemangat hingga kini. “Sejak tahun 1990, saya dan Kakak De-mei membeli sebuah becak. Kami berdua menggunakannya untuk mengumpulkan barang daur ulang. Hingga kini 20 tahun sudah berlalu. Saya masih menggunakannya setiap hari. Kini saya sudah berusia lanjut. Salah seorang relawan berkata kepada saya, 'sekarang Anda sudah berusia lanjut. Anda dapat membantu berbelanja sayur dan memasak'. Jadi, kini saya berbelanja sayur dan memasak. Saat memasak, jika ada waktu luang, saya tetap melakukan daur ulang. Saya tidak beristirahat. Seiring bertambahnya usia, kita harus terus belajar. Semoga saya dapat selalu sehat sehingga dapat bersumbangsih hingga sangat tua,” ucap Lin Yu-mei, relawan Tzu Chi.

Selama masih sanggup, kita harus bersumbangsih. Banyak kenangan dan jejak De-mei yang tercatat lewat artikel dan terekam lewat video. Banyak orang di Pingdong yang mengenalnya. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus terjun secara langsung untuk berinteraksi dengan sesama. Jika tidak berinteraksi dengan sesama, siapa yang dapat mengingat kita? Untuk mencapai Kebuddhaan, kita harus memberi manfaat bagi sesama dari kehidupan ke kehidupan. Saat ada orang menyukai kita sejak pertama kali bertemu, itu berarti kita pernah menjalin jodoh yang dalam dengannya. Bukan berarti karena sudah senior di Tzu Chi, kita tinggal memberi perintah dan meminta orang lain untuk mengerjakannya. Ini berarti kita mengasingkan diri dengan orang lain. Jadi, kita harus menjalin jalinan jodoh yang dalam dengan semua makhluk. Kisah yang menyentuh sangat banyak. Ada banyak kisah relawan yang tidak habis saya ceritakan satu per satu. Setiap orang dari mereka sungguh bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Ini semua sungguh menyentuh hati.

Mendedikasikan seumur hidup untuk melindungi bumi

Menumbuhkan kebajikan dan memperoleh kedamaian hati

Mewariskan kebajikan dan ketekunan bagi generasi penerus

Menjalin jodoh yang dalam dan menapaki jalan kebenaran

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan di DAAI TV tanggal 13 Desember 2015

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 11 Desember 2015

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -