Ceramah Master Cheng Yen: Menjauhkan Bencana dengan Kebajikan dan Cinta Kasih
Kehidupan manusia tidaklah kekal dan bumi pun rentan. Berhubung ketidakkekalan bisa datang kapan saja, maka panjang usia kehidupan seseorang tidaklah tentu. Kehidupan bisa berakhir dalam satu tarikan napas. Saat ketidakkekalan datang dan napas kita terhenti, kehidupan ini pun berakhir. Untuk apa kita bersikap perhitungan? Kita harus bisa merelakan.
Janganlah kita bersikap perhitungan. Dalam interaksi antarsesama, manusia terus menciptakan karma buruk sehingga terbelenggu oleh kekuatan karma dan noda batin dari kehidupan ke kehidupan. Jadi, manusia terbelenggu oleh kekuatan karma.
Seiring meningkatnya populasi manusia, karma buruk yang tercipta juga semakin besar. Demi memenuhi nafsu keinginan diri sendiri, sebagian orang bahkan melanggar hati nurani. Akan tetapi, nafsu keinginan tidaklah berujung. Contohnya nafsu makan terhadap daging.
Sebagai seorang vegetarian, saya tentu tidak mengonsumsi daging. Kita mengasihi, menyelamatkan, dan menghargai kehidupan. Karena itu, kita tidak membunuh hewan. Namun, ada banyak orang yang mengonsumsi makanan nonvegetaris dan belum mendengar tentang kebenaran ini.
Mereka mengonsumsi daging dengan tenang dan mengira bahwa itu adalah sesuatu yang wajar. Mereka merasa tenang tanpa menyadari kesalahan mereka. Demikianlah karma buruk kolektif terakumulasi.
Demi memenuhi nafsu makan, banyak orang yang terus menciptakan karma buruk. Karena itulah, Buddha berkata bahwa dunia ini penuh dengan kekeruhan akibat ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Manusia membangkitkan ketamakan dan kebencian serta melakukan hal yang kejam hanya demi mengejar kenikmatan sesaat. Jadi, kebodohanlah yang membuat kita membangkitkan ketamakan.
Pada zaman sekarang, ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan manusia bagaikan bola salju yang terus menggelinding. Akibat ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, manusia telah menciptakan banyak karma buruk. Jadi, Bodhisatwa sekalian, kita harus menenangkan pikiran serta bersungguh-sungguh melihat dan mendengar.
Kita harus berhenti, mendengar, dan melihat. Berhenti berarti menenangkan pikiran dan berhenti mengumbar nafsu keinginan. Kita hendaklah menutup pintu nafsu keinginan dan membuka pintu keyakinan. Sungguh, kita hendaknya segera menutup pintu nafsu keinginan dan membuka pintu keyakinan agar kita bisa mendongak untuk bertobat dan menunduk untuk bersyukur.
Dengan bertobat, barulah kita dapat melenyapkan kekeruhan dan menyucikan dunia ini. Jadi, kita bisa menyucikan dunia dengan bertobat. Kita harus segera menutup pintu nafsu keinginan dan membuka berbagai pintu kebajikan. Lihatlah betapa banyaknya pintu kebajikan yang dibuka oleh relawan kita untuk membimbing lebih banyak orang berbuat baik.
Pada zaman Buddha, ini disebut metode praktis. Berhubung semua makhluk memiliki banyak noda dan kegelapan batin serta nafsu keinginan, maka kita harus menggenggam saat ini untuk menyebarkan kebaikan.
Saat ini, apa obat mujarab bagi pandemi Covid-19?
Kita harus menutup pintu nafsu keinginan dan menenangkan pikiran untuk berpikir. Karena itulah, belakangan ini, saya sering memberi tahu insan Tzu Chi untuk mengurangi aktivitas di luar dan lebih bersungguh hati mendengar Dharma. Dengan demikian, saya akan lebih tenang dan bersukacita.
Untuk meredam pandemi kali ini, dibutuhkan banyak orang untuk membuka pintu kebajikan dan menghimpun tetes demi tetes kebajikan. Saya tetap harus menyerukan hal ini karena kondisi pandemi masih mengkhawatirkan. Saya berharap setiap orang dapat menaati protokol kesehatan dan mengerahkan cinta kasih.
Mengenai pandemi kali ini, saya sangat bersyukur ada banyak orang yang mencurahkan perhatian dan mendedikasikan diri. Akumulasi tetes demi tetes cinta kasih dapat membawa manfaat besar. Jadi, jangan meremehkan dana kecil. Besarnya dana yang terhimpun tidaklah penting. Yang terpenting ialah terus menginspirasi cinta kasih dan membimbing orang-orang untuk berbuat baik. Demikianlah kita menciptakan berkah.
Dengan adanya berkah, bencana akan berkurang. Jadi, saat mendengar ajakan untuk berbuat baik, semua orang hendaknya segera berpartisipasi. Inilah yang disebut orang baik. Kita tidak harus berdonasi dalam jumlah besar, cukup sesuai kerelaan masing-masing.
Bodhisatwa sekalian, kita hendaklah senantiasa menginspirasi cinta kasih dan terus melakukan sosialisasi, terlebih tentang mengasihi dan melindungi kehidupan. Kita harus menghargai kehidupan hewan. Kita hendaknya melindungi hewan, bervegetaris untuk menunjukkan ketulusan dan cinta kasih kita, dan berbuat baik. Demikianlah kita menciptakan berkah. Jika kita dapat memupuk berkah, bencana akan berkurang.
Dengan mengembangkan kebijaksanaan, kita akan memiliki jalinan jodoh untuk menciptakan berkah. Jika kita membangkitkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan, terus mengumbar nafsu keinginan, dan tidak bisa merelakan, maka kekuatan karma buruk akan terus meningkat hingga mengalahkan kekuatan berkah.
Singkat kata, saya berharap setiap orang dapat menciptakan berkah. Saya juga menyarankan agar para staf kita dapat menyisihkan 50 sen atau satu dolar NT ke dalam celengan setiap hari serta mendoakan ketenteraman bagi dunia. Demikianlah kita membina kebajikan sedikit demi sedikit di dalam hati.
Dengan menyisihkan uang ke dalam celengan, berarti kita melakukan satu kebajikan setiap hari. Saat setiap orang melakukan satu kebajikan, kita dapat menjauhkan bencana. Saat setiap orang membangkitkan niat untuk berbuat baik setiap hari, kebajikan akan terakumulasi sedikit demi sedikit. Jika semua orang dapat saling menginspirasi untuk berbuat baik setiap hari, pahala yang tercipta sungguh tak terhingga.
Nafsu keinginan bagai lubang tidak berdasar
Manusia terbelenggu oleh kekuatan karma karena terus menciptakan karma buruk
Menjaga kemurnian tubuh, mulut, dan pikiran dengan bervegetaris
Menjauhkan bencana dengan kebajikan dan cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 18 September 2021
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 20 September 2021