Ceramah Master Cheng Yen: Menjauhkan Diri dari Tiga Racun Batin dan Menghargai Sumber Daya

Kita telah 30 tahun menjalankan misi pelestarian lingkungan. Tiga puluh tahun sudah berlalu. Kini, misi pelestarian lingkungan kita sudah memasuki tahun ke-31. Tiga puluh tahun yang lalu, pada tanggal 23 Agustus, saya memberikan ceramah di Sekolah Menengah Shin Min, Taichung. Berhubung suara tepuk tangan cukup mengganggu, saya berkata pada orang-orang bahwa daripada bertepuk tangan, lebih baik mereka menggunakan kedua tangan yang bertepuk untuk melakukan daur ulang. Sejak tahun itu hingga kini, kita terus melakukan pelestarian lingkungan.

Kita membangkitkan niat untuk melestarikan, mengasihi, dan melindungi Bumi. Kita hendaknya mengurangi pemakaian dan menghargai sumber daya alam. Mengurangi pemakaian sumber daya alam berarti mengurangi konsumsi. Mengurangi konsumsi juga berarti mengurangi volume sampah.

Perlu diketahui bahwa timbunan sampah dapat membuat tanah mengeras. Kini sebagian besar sampah adalah sampah plastik. Meski Tzu Chi memiliki banyak Bodhisatwa daur ulang, tetapi mereka harus sangat bekerja keras. Sebagian barang daur ulang yang dikumpulkan sangatlah kotor, tetapi relawan kita menghargainya. Relawan kita membersihkannya agar dapat dibawa ke pengepul barang bekas dalam kondisi bersih.

 

Contohnya kantong plastik. Relawan kita membersihkannya sebelum didaur ulang. Hasil penjualan kantong plastik tidak seberapa. Relawan kita melakukannya bukan demi uang, melainkan demi mengasihi bumi. Lihatlah para Bodhisatwa daur ulang yang bersumbangsih tanpa pamrih. Setiap relawan tidak memiliki pamrih. Saat mengumpulkan barang daur ulang, mereka bahkan harus merogoh kocek sendiri untuk mengisi bahan bakar kendaraan. Ada pula yang membeli kendaraan sendiri untuk mengangkut barang daur ulang.

Banyak Bodhisatwa di posko daur ulang yang berinisiatif untuk bersumbangsih tanpa pamrih. Sebagian relawan senior telah bersumbangsih 20 hingga 30 tahun. Selama lebih dari 30 tahun, mereka tidak berhenti bersumbangsih. Para Bodhisatwa ini mengasihi bumi dan menjaga lingkungan. Bagaimana kita menjaga lingkungan ini agar tetap bersih? Kita harus membangkitkan kesadaran orang-orang.

Ada banyak cara untuk membangkitkan kesadaran. Salah satunya dengan melenyapkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan. Melenyapkan ketamakan termasuk menekan nafsu keinginan terhadap materi. Dengan menekan nafsu keinginan terhadap materi, secara alami penggunaan plastik akan berkurang. Saat kita membeli sesuatu, baik makanan, pakaian, ataupun barang lainnya, sebagian besar menggunakan kemasan plastik. Jadi, jika ingin mengurangi penggunaan plastik, kita harus mengendalikan nafsu keinginan kita.

Jika dapat mengendalikan nafsu keinginan, barulah kita bisa menjadi orang yang kaya batin. Orang yang tahu berpuas diri adalah orang yang memiliki kekayaan batin. Kita tidak akan merasa bahwa kita kekurangan ini dan itu. Dengan menghargai dan mengasihi semua sumber daya, kita tidak akan merasa kekurangan. Jadi, setiap orang yang tahu berpuas diri adalah orang yang kaya batinnya dan akan merasa berkecukupan. Orang yang tahu untuk mengasihi sumber daya adalah orang yang penuh cinta kasih.

 

Dengan mengasihi semua barang yang dapat digunakan, berarti kita mengasihi sumber daya. Selembar kertas dapat digunakan berkali-kali. Setelah menulis dengan pensil, kita dapat kembali menulis di kertas yang sama dengan pulpen. Meski perbuatan kita hanyalah kontribusi kecil dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mengurangi penggunaan plastik, kita tetap harus turut mengerahkan pikiran dan tenaga.

Posko daur ulang merupakan ladang pelatihan kita. Melakukan daur ulang adalah salah satu cara Bodhisatwa melatih diri. Kita juga melihat orang yang pernah melakukan kesalahan dan memiliki jalinan jodoh untuk tersadarkan.

“Saya masih ingat saat itu, saya melihat seseorang dengan tatapan kosong dan kedua pipi yang cekung berjalan tanpa tujuan di rumah sakit. Begitu melihatnya, saya tahu bahwa dia membutuhkan perhatian. Masalahnya mungkin berkaitan dengan narkoba dan minuman keras. Setiap hari, dia terlihat takut. Dia khawatir akan bertemu dengan polisi karena terlibat banyak kasus yang belum terselesaikan, seperti kasus senjata api. Jadi, dia menjalani hidup dengan rasa takut. Karena itu, saya berkata pada Kakak Ming-huang, "Mari kita berdiskusi dengannya dan memintanya untuk membayar semua kesalahannya sekaligus, lalu bebas dengan bersih." Huang Jing Li sharing tentang pengalamannya.

“Bibi Ming-yue membawa saya ke posko daur ulang dan saya melakukan daur ulang bersama Paman Lü Ming-huang. Dahulu, saya sungguh sangat durhaka. Saya tidak merawat orang tua saya dengan baik. Saya juga tidak patuh pada orang tua. Setiap hari, saya hanya ingin mengonsumsi narkoba dan melakukan hal yang buruk. Saya ingin bertobat di hadapan Master. Saya tahu bahwa semua perbuatan saya dahulu tidak benar. Sejak mendengar ceramah Master tentang hukum sebab akibat, saya tahu konsekuensinya sangat menakutkan. Setelah mempelajari Dharma, saya perlahan-lahan memperbaiki diri. Saya sangat bersyukur kepada Master yang "mendaur ulang" saya sehingga saya kembali berguna. Terima kasih.


Terima kasih, Master. Saya berikrar di hadapan Master untuk bersungguh-sungguh melakukan daur ulang bersama Paman Lü Ming-huang. Saya juga berikrar untuk bergabung dengan tim Paman Cai Tian-sheng guna melakukan kampanye antinarkoba di sekolah-sekolah. Terima kasih,” tutur Liu Bang-zhou, yang kemudian menjadi relawan Tzu Chi.

Saya sering berkata bahwa kehidupan bisa berakhir dalam satu embusan napas. Kita hendaknya bersyukur atas kehidupan kita. Kita juga harus bertanya pada diri sendiri, "Sudahkah saya bersumbangsih bagi dunia?" Jika sudah bersumbangsih bagi dunia, berarti kehidupan kita adalah kehidupan yang bernilai. Jika kita tidak melakukan apa-apa, berarti kehidupan kita adalah kehidupan yang sia-sia.

Kita tidak dapat menentukan bagaimana kita terlahir di dunia ini. Namun, kita bisa memilih untuk menciptakan karma buruk, menciptakan karma baik, atau tidak melakukan apa-apa. Seiring berjalannya waktu, kita akan berbuat baik, berbuat jahat, atau tidak melakukan apa-apa? Hanya ada tiga pilihan ini. Sungguh, dengan berbuat baik hari ini, maka kehidupanmu hari ini adalah kehidupan yang bernilai.

Mari kita bertekad dan berikrar untuk menjadi makhluk berkesadaran, yakni Bodhisatwa yang menjangkau semua makhluk yang menderita dan melenyapkan penderitaan mereka. Inilah tujuan utama Buddha membabarkan Sutra Bunga Teratai di dunia ini. Buddha bisa melakukannya, kita juga pasti bisa melakukannya, benar tidak? (Benar) Bisakah kalian melakukannya? (Bisa) Baik. Saya mendoakan kalian.

Giat melakukan daur ulang demi melindungi bumi
Menjauhkan diri dari tiga racun batin dan menghargai sumber daya
Menggenggam waktu untuk berbuat baik
Memperoleh kesadaran dengan bersumbangsih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Desember 2020 
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Desember 2020
Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -