Ceramah Master Cheng Yen: Menolong dengan Ketulusan dan Cinta Kasih Tanpa Batas
“Saya ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang terdalam atas segala yang Tzu Chi lakukan. Sebelumnya, selama lima tahun ini, kami belum pernah bertemu yang seperti kalian,” ujar Vladimir Cucic, Ketua Komisi Penanganan Pengungsi.
Melihat laporan dari relawan kita di Serbia, saya sangat bersyukur. Sesungguhnya, di penginapan para relawan kita, akses internet sedang diperbaiki sehingga mereka tidak bisa mengirimkan laporan. Beruntung, di sana sudah ada relawan lokal. Seorang relawan lokal mengajak mereka ke rumahnya sehingga mereka dapat mengirimkan laporan lewat internet di rumahnya.
Pada pukul enam pagi, kita sudah menerima laporan mereka. Lewat laporan kemarin, kita tahu bahwa Komisi Penanganan Pengungsi Serbia mengundang belasan organisasi nonpemerintah untuk mengadakan rapat. Ketua Komisi Penanganan Pengungsi Serbia menyatakan bahwa beliau bersyukur dalam jangka waktu yang cukup panjang, ada banyak organisasi nonpemerintah yang menjangkau negara mereka dan menolong para pengungsi. Beliau berterima kasih kepada setiap organisasi.
Dengan penuh ketulusan, beliau mengungkapkan rasa terima kasih sebanyak tiga kali kepada insan Tzu Chi yang segera bersumbangih dan menjangkau para pengungsi dengan cinta kasih yang tulus. Beliau berkata bahwa saat dibutuhkan, insan Tzu Chi selalu segera memberikan bantuan dengan penuh ketulusan dan kehangatan. Beliau berterima kasih sebanyak tiga kali.
Setiap kali, beliau selalu menjelaskan hal-hal yang dilakukan insan Tzu Chi di sana. Penjelasannya menunjukkan pemahamannya terhadap kekuatan cinta kasih Tzu Chi. Beliau juga mengulas tentang insan Tzu Chi yang menyediakan makanan hangat bagi pengungsi.
Berhubung bahan pangan di Serbia agak terbatas, maka insan Tzu Chi segera menunjukkan nasi Jing Si dan cara penyajiannya kepada Komisi Penanganan Pengungsi. Mereka juga berbagi bahwa nasi Jing Si dirancang untuk digunakan dalam penyaluran bantuan internasional agar orang-orang tidak kelaparan saat berada di lingkungan yang sulit.
Selain itu, nasi Jing Si juga lezat, higienis, bergizi, dan terdiri atas berbagai rasa. Saya sangat bersyukur relawan kita selalu membawa nasi Jing Si. Karena itu, mereka bisa menunjukkan berbagai rasa nasi Jing Si yang mereka bawa kepada Komisi Penanganan Pengungsi. Relawan kita juga menyeduhnya di sana agar orang-orang bisa mencicipinya. Mereka yang mencicipinya sangat gembira. Yang paling digemari adalah nasi Jing Si rasa tomat.
Kemarin, saya meminta Chor-siong, Qingxiushi divisi kerohanian kita, untuk mempelajari bagaimana cara menyajikan nasi Jing Si. Berhubung tidak diizinkan memasak di Serbia, kita tidak memasak di sana. Kita cukup memasukkan air panas dan nasi Jing Si ke dalam panci besar, lalu mengaduk dan menutup pancinya agar nasi Jing Si tetap hangat. Pukul 11 siang kemarin, Chor-siong mulai menyiapkan nasi Jing Si. Pada pukul tiga sore, dia memperlihatkan nasi dan bubur kepada saya dan meminta saya mencicipinya. Makanannya masih hangat dan sangat lezat. Sungguh, baik bubur maupun nasi, semuanya sangat lezat dan masih hangat. Dari pukul 11 siang hingga pukul tiga sore, sudah hampir empat jam berlalu dan makanannya masih hangat. Saya merasa ini sangat bagus.
Pagi ini, kita menerima laporan baru. Ketua Komisi Penanganan Pengungsi berkata bahwa para pengungsi mungkin akan berada di Serbia hingga bulan November atau awal tahun depan. Beliau berencana untuk mendirikan fasilitas yang dapat membantu pendidikan anak-anak dan kelangsungan hidup para pengungsi. Beliau juga ingin para pengungsi yang tinggal di kamp pengungsi memiliki kualitas hidup yang baik. Serbia sungguh merupakan negara yang penuh semangat kemanusiaan.
Beliau memberitahukan berbagai fasilitas yang akan mereka dirikan bagi para pengungsi kepada organisasi-organisasi nonpemerintah. Kita juga sudah mengetahui hal ini. Saat ini, kita telah mempersiapkan bahan pangan selama 10 hari bagi pengungsi yang beratnya sekitar dua ton.
“Kita sudah mulai mempersiapkan nasi Jing Si di Griya Jing Si. Kita berencana menyediakan 2.000 porsi nasi Jing Si per hari. Kita akan mengirimkannya lewat udara karena harus dikirimkan dengan cepat,” Tan Chor-siong, Qingxiushi Divisi Kerohanian Tzu Chi.
Qingxiushi yang akan pergi ke Serbia ini mempelajari cara penyajian nasi Jing Si untuk mengajarkannya kepada orang lain. Selain akan mengajari orang lain, dia juga akan membawa rasa syukur dan perhatian saya terhadap setiap orang di Serbia. Dia merupakan Bodhisatwa yang bertekad untuk menuntaskan misi.
Kita juga melihat bencana banjir di Bandung, Indonesia. Meluapnya air sungai mengakibatkan banjir setinggi tiga meter. Selama beberapa hari ini, insan Tzu Chi di Bandung bekerja sama dengan kekuatan cinta kasih. Setiap orang sibuk menyalurkan bantuan bencana dan bersumbangsih dengan sepenuh hati. Kita bisa melihat mereka segera bergerak untuk menolong para korban.
Namun, yang terpenting adalah menjaga kelestarian lingkungan. Dengan mengurangi volume sampah dan menjaga kebersihan mulai dari sumbernya, barulah kita bisa melindungi bumi dari pencemaran dan mengurangi emisi karbon. Jika tidak, bencana akan terus terjadi.
Di Shanghai, kita juga bisa melihat insan Tzu Chi terjun ke jalan di wilayah perkotaan yang ramai untuk menyosialisasikan konsep daur ulang. Jadi, tiada hal yang tidak bisa dicapai. Asalkan berniat dan bertindak secara nyata, maka tidak ada yang mustahil. Polusi udara yang merusak bumi ditimbulkan oleh pikiran dan tindakan manusia. Jadi, untuk melindungi bumi, kita harus memulainya dari pikiran dan tindakan. Kita harus menumbuhkan kesadaran lingkungan, mengulurkan sepasang tangan dan membungkukkan badan untuk mengumpulkan dan memilah barang daur ulang, dan menyosialisasikan konsep daur ulang.
Dalam ceramah pagi ini, saya juga mengulas bahwa murid-murid Buddha mempelajari Dharma dengan harapan dapat mewariskan Dharma. Sesungguhnya, dengan bersumbangsih, kita sendiri akan memperoleh manfaat. Setelah bersumbangsih, hati kita akan merasa damai dan tenang. Saat kita memberikan barang bantuan, penerima bantuan mendapatkan materi, sedangkan kita mendapatkan pahala. Setelah bersumbangsih, kedamaian dan ketenangan yang kita peroleh berbeda dari biasanya.
Singkat kata, orang yang bersumbangsih memperoleh pahala. Intinya, kita harus sepenuh hati memahami bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Kita membutuhkan lebih banyak Bodhisatwa yang bekerja sama dan bersatu hati untuk terus bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih.
Mengingat kebaikan relawan lokal yang membantu mengirimkan laporan ke Taiwan
Memberikan bantuan dengan ketulusan dan cinta kasih yang tak terbatas
Menyediakan nasi Jing Si sesuai selera pengungsi
Menyebarluaskan konsep pelestarian lingkungan demi mengantisipasi bencana
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 18 Maret 2016