Ceramah Master Cheng Yen: Menolong Orang yang Menderita dengan Cinta Kasih
Dunia dilanda masalah
bertubi-tubi dan sungguh membuat kita tak dapat bernapas lega. Bayangkan,
begitu banyak hal yang terjadi, tentu diperlukan banyak orang untuk memikul
tanggung jawab atas dunia ini. Dalam dua sampai tiga tahun ini, saya terus
menyerukan bahwa kita harus "memikul bakul beras bagi dunia". Inilah
yang saya rasakan dan saya harapkan.
Bumi adalah milik kita
bersama. Kita tinggal di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Jadi, semua
orang di dunia hendaknya lebih peduli atas hal-hal yang terjadi. Bumi ini sudah
terluka, apakah kita tidak merasakannya? Jadi, pada saat-saat ini, semua orang
harus merasakannya.
Bencana di Texas sudah
berlalu dua minggu penuh atau setengah bulan. Kemarin, saya mengadakan
telekonferensi dengan relawan Tzu Chi di Amerika Serikat. Para penanggung jawab
cabang Tzu Chi di AS juga telah berkumpul di Texas. Kini, tenaga manusia sangat
dibutuhkan. Saya juga terus mengingatkan mereka bahwa hal yang harus dilakukan
sangat banyak dan daerah cakupannya begitu luas.
Berpusat di Aula Jing Si, relawan
membagi diri ke dalam kelompok untuk meninjau lokasi
bencana dan harus menempuh jarak lebih dari 100 km. Bayangkan, pekerjaan ini
sangat sulit. Di daerah bencana, banyak rumah rusak total. Ada pula korban yang
merupakan imigran ilegal. Segala kondisi ini harus dipilah dengan saksama agar
kita dapat memberi bantuan yang tepat.
Dalam proses ini, begitu
banyak kisah yang mengharukan. Saat para relawan terjun ke lokasi bencana,
masyarakat umum yang melihat kesungguhan hati mereka juga turut terharu dan
tergugah. Sebagian dari warga adalah keturunan Tionghoa, Vietnam, dan
sebagainya. Para relawan perlahan-lahan membimbing warga untuk turut membantu. Di
antaranya, ada pula pejabat pemerintah yang tersentuh melihat ketulusan dan
kesungguhan insan Tzu Chi dalam bersumbangsih.
Insan Tzu Chi menyaring
informasi dengan saksama sehingga memperoleh data warga yang benar-benar
membutuhkan bantuan, terutama para imigran illegal yang tak mendapat bantuan
dari pemerintah dan khawatir akan dideportasi. Mereka berada dalam kondisi yang
paling sulit dan tidak memiliki tempat untuk mengadu. Wali kota dan para
pejabat setempat juga menyampaikan bahwa mereka terharu karena Tzu Chi dapat
membantu orang-orang yang berada dalam kesulitan ini.
Saya mengatakan bahwa orang-orang
ini adalah warga yang benar-benar membutuhkan bantuan kita. Jadi, proses
penyaluran bantuan di sana perlahan-lahan menjadi semakin lancar dan terarah. Dari
sini, semoga semua orang dapat turut memahami dan merasakan ajaran Buddha
tentang penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan mengakhiri
penderitaan.
Setelah menyadari hal ini, kita
harus bersatu hati menghadapi masa-masa penuh bencana ini. Jadi, setelah menyadarinya, semua orang berkumpul. Setelah
menyadari dan memahami hal ini, semua orang berkumpul di Texas. Kemarin kita
juga mendengar beberapa anak muda juga turut membantu membersihkan lingkungan saat
dibutuhkan.
Para alumni Tzu Ching juga
turut bergerak. Mereka mengumpulkan orang lewat internet. Mendengar kabar ini, saya
mendorong mereka untuk pantang menyerah, segera menjangkau berbagai lapisan
masyarakat guna mengajak orang-orang untuk turut mengulurkan tangan. Kini di
Amerika Serikat, semua orang sungguh harus bergerak. Saat ini tenaga manusia
sangat dibutuhkan, terlebih lagi ketulusan harus ada.
Kita harus mengembangkan cinta
kasih tanpa pamrih dan ketulusan hati. Kita harus aktif menyucikan hati
manusia. Kini, yang paling mendesak adalah kita harus mengurangi ketamakan,
kebencian, dan kebodohan. Perlahan-lahan, kita harus mengikis kebiasaan hidup
boros dan mengejar kenikmatan baik dalam hal makan maupun yang lainnya.
Jika ketamakan, kebencian,
dan kebodohan dalam hati manusia bisa berkurang, maka temperatur dunia kita yang
terus meningkat bagai orang terkena demam bisa menurun. Kita juga melihat kerusakan
daerah yang terkena badai tornado. Kini, berkat himpunan tetes-tetes cinta
kasih dari banyak orang, desa di Tiongkok tersebut dapat dibangun kembali.
Desa Kongdang ini dihuni
oleh keturunan Konfusius. Desa ini telah dibangun kembali. Kuil peringatan
Konfusius juga sudah dibangun. Hari ini para warga akan menempati rumah baru. Di
masa-masa penuh kesulitan, dibutuhkan kepedulian dari banyak orang untuk
membangun kembali kehidupan warga. Tzu Chi menghimpun kekuatan daerah setempat untuk
menyelesaikan pembangunan desa tersebut.
Dalam prosesnya, insan Tzu
Chi berinteraksi dengan warga dengan semangat budaya humanis. Kini warga
setempat sudah dibimbing untuk berhenti merokok dan minum minuman keras. Sudah
lebih dari setahun insan Tzu Chi berinteraksi dengan warga sehingga arah
kehidupan warga dapat menuju jalan yang rata dan lapang. Di masa depan, kita
berharap desa ini dapat menjadi desa yang sejahtera. Ini membutuhkan sumbangsih
yang tulus.
Kini, di AS terjadi bencana
alam. Harus ada orang yang mengingatkan dan mendorong semua orang untuk
menghimpun kekuatan bersama guna membantu warga korban bencana. Jadi, kini saya
sangat berterima kasih karena insan Tzu Chi di seluruh dunia sudah bergerak untuk
menghimpun tetes-tetes cinta kasih.
Seperti Desa Kongdang di
Tiongkok yang kita lihat tadi, setelah mengalami bencana, warga setempat dapat
mengerahkan kekuatan untuk membangun kembali kampung halaman mereka hingga
menjadi lebih indah dari sebelumnya. Kali ini kita juga harus tulus berdoa bagi
Texas. Kini insan Tzu Chi di seluruh AS telah memahami apa yang dibutuhkan dan
telah berkumpul di daerah itu.
Semoga kita dapat
benar-benar memberi bantuan yang bermanfaat bagi Houston. Banyak hal yang ingin
saya katakan. Semoga semua orang dapat memahami apa yang tengah terjadi di
dunia dan dapat memikul tanggung jawab untuk turut mengulurkan tangan tak
peduli besar atau kecilnya bantuan kita. Asalkan ada niat, maka akan ada
kekuatan. Terima kasih.
Mengemban misi memikul bakul beras bagi dunia
Menolong orang yang menderita dengan cinta kasih
Desa Kongdang telah dibangun kembali
Terjun langsung ke daerah bencana untuk membantu
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 September 2017
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Agustus 2017