Ceramah Master Cheng Yen: Menolong Orang yang Menderita dengan Kekuatan Cinta Kasih
“Setiap 50 meter, ada papan baru yang memberi tahu kita bahwa dahulu ada gletser di sini. Saya pernah melihatnya di sini. Namun, kini tempat ini menjadi padang yang hijau,” ucap Guenther Baldauf, Wisatawan.
“Sudah bertahun-tahun saya menyaksikan penyusutan itu. Itu sungguh menakjubkan dan mengkhawatirkan,” ucap Ursula Reis, Wisatawan
Kini banyak orang yang membahas tentang fenomena El Nino yang mengakibatkan cuaca menjadi tidak bersahabat. Berhubung gletser terus mencair, maka para ilmuwan menggunakan kain untuk menutupinya. Namun, apakah semua gletser bisa ditutup? Apakah cara ini akan membuahkan hasil? Sesungguhnya, ini seperti hanya mengatasi gejalanya saja. Apakah cara ini berguna? Cara ini memang dapat memperlambat laju pencairan gletser, tetapi tidak dapat mengatasi masalah hingga ke akarnya. Untuk mengatasi masalah hingga ke akarnya, cara terbaik adalah mengubah pola hidup kita. Kini populasi manusia di seluruh dunia sangatlah banyak. Banyak orang yang hidup konsumtif sehingga menimbulkan polusi udara. Selain itu, masih ada banyak faktor lain yang mendatangkan dampak buruk bagi semua makhluk di dunia ini. Jadi, bagaimana cara mencegah pencairan gletser? Bagaimana cara membuat unsur alam selaras? Semua itu bergantung pada umat manusia. Namun, banyak orang yang tidak menyadari hal ini. Namun, banyak orang yang tidak menyadari hal ini.
Kini kita juga harus sangat memperhatikan dua topan yang berada di atas lautan. Entah kedua topan ini akan bergerak ke mana. Kita harus meningkatkan kewaspadaan. Hanya dengan memperlakukan sesama dengan penuh cinta kasih, barulah kita bisa melenyapkan bencana di dunia ini, termasuk iklim yang tidak bersahabat. Satu-satunya cara adalah bersumbangsih dengan penuh cinta kasih. Kita bisa melihat di Taiwan, ada sekelompok insan Tzu Chi yang bersumbangsih dengan sukarela. Lihatlah, para relawan kita bersedia menjangkau keluarga seperti ini untuk membantu mereka membersihkan rumah. Rumah tersebut penuh dengan tumpukan sampah dan atap rumah juga bocor. Insan Tzu Chi dengan sukarela membantu mereka memperbaiki atap rumah dan membersihkan rumah. Para relawan kita membawa peralatan sendiri. Setiap relawan bersumbangsih dengan sukarela. Ini sungguh membuat orang tersentuh.
Kita juga bisa melihat hal yang sama di Tainan. Seorang ibu berusia 80 tahun lebih hidup bersama putranya yang kakinya telah diamputasi. Keluarga seperti ini juga membutuhkan bantuan. Mereka bertahan hidup dengan mengumpulkan barang daur ulang. Namun, jika mereka jatuh sakit, siapa yang akan merawat dan membantu mereka? Insan Tzu Chi khawatir virus demam berdarah akan berkembang di lingkungan seperti ini. Ini sangat berbahaya. Karena itu, demi keselamatan seluruh komunitas, insan Tzu Chi membantu membersihkan rumah mereka. Kini insan Tzu Chi di berbagai provinsi di Tiongkok juga mulai mempersiapkan pembagian bantuan musim dingin. Mereka mulai mengunjungi setiap keluarga untuk melakukan survei. Setelah meminta daftar nama dari pemerintah, insan Tzu Chi juga harus mengunjungi rumah demi rumah di wilayah pedesaan dan pegunungan untuk memahami kondisi kehidupan mereka. Relawan kita mengumpulkan data untuk mempersiapkan pembagian bantuan musim dingin.
Kita juga bisa melihat Afrika Selatan. Insan Tzu Chi di Afrika Selatan sungguh sangat mengagumkan. Tidak mudah bagi mereka untuk naik dan turun mobil. Meski demikian, mereka tetap rela naik mobil menuju wilayah lain untuk bersumbangsih dengan gembira. Mereka mendengar, membabarkan, dan mewariskan Dharma di sana. Mereka juga mempraktikkan Dharma secara nyata. Saat cinta kasih Tzu Chi menyebar ke Afrika, nama Tzu Chi dalam aksara Mandarin juga ditunjukkan lewat spanduk sehingga setiap orang tahu bahwa benih cinta kasih tersebut berasal dari Taiwan. Melihat mereka bersumbangsih di Afrika Selatan tanpa melupakan asal mula Tzu Chi, saya sangat tersentuh. Mereka telah menggunakan kata “Amitabha” untuk menyapa satu sama lain. Mereka selalu berusaha membalas budi Tzu Chi dengan penuh ketulusan dan memberi persembahan berupa tindakan nyata. Meski kita memberi mereka banyak cinta kasih, tetapi yang mereka lakukan untuk membalas budi jauh lebih banyak.
Kita bisa melihat mereka sungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya dalam keseharian. Dharma telah menumbuhkan jiwa kebijaksanaan mereka. Mereka mewariskan Dharma dengan tulus serta menolong orang yang kesulitan dan menderita. Mereka melakukan hal yang sama dengan kita. Bersumbangsih dengan penuh cinta kasih merupakan persembahan yang sesungguhnya. Lihatlah, dengan membangkitkan cinta kasih, mereka dapat memperhatikan banyak orang, baik lansia, anak-anak, orang sakit, maupun orang yang mengalami keterbatasan fisik. Mereka bisa bersumbangsih bagi semua orang. Jadi, inilah kekuatan cinta kasih. Meski banyak orang yang hidup menderita, tetapi ada Bodhisatwa dunia yang akan menjangkau mereka. Ini membuktikan ajaran Buddha tentang hukum karma. Tidak ada satu orang pun yang bisa menentukan negara kelahiran dan orang tua mereka. Selain itu, buah karma langsung juga membuat sebagian orang terlahir dengan penyakit bawaan. Semua itu berada di luar kendali mereka. Setiap orang terlahir dengan membawa karma masing-masing.
Kita bisa melihat insan Tzu Chi memperlakukan setiap orang dengan penuh hormat seakan-akan setiap orang adalah Buddha. Lihatlah para relawan lokal di Afrika. Mereka bisa dibimbing dengan sangat mudah. Setelah mengenal Dharma, mereka bisa menyerapnya ke dalam hati. Sumbangsih mereka sungguh menyentuh. Pikiran mereka sangat murni. Mereka terus bersumbangsih selama belasan tahun. Kekuatan cinta kasih sungguh mengagumkan. Selain memberikan bantuan, mereka juga berusaha membangkitkan cinta kasih orang-orang. Lihatlah, meski hanya sebuah koin yang disumbangkan, tetapi relawan ini juga menerimanya dengan sepasang tangan dan penuh rasa hormat. Dengan cara inilah mereka membangkitkan niat baik orang-orang yang hidup menderita. Menyebarkan benih cinta kasih dengan tulus sungguh tidak mudah. Melihat pemandangan seperti ini, saya merasa dunia ini masih memiliki harapan. Ini membuktikan ajaran Buddha bahwa setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan berpotensi untuk bersumbangsih dan membantu sesama.
Segala sesuatu bergantung pada pikiran kita. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu bergantung pada pikiran kita. Kita jangan hanya duduk dan menunggu kedatangan orang lain untuk membimbing dan menolong kita. Manusia pada dasarnya mampu menolong sesama. Satu-satunya cara untuk menolong sesama adalah membangkitkan sebersit niat baik dan berinisiatif untuk bersumbangsih. Semua itu berawal dari sebersit niat.
Fenomena El Nino mengakibatkan pencairan gletser
Mewariskan Dharma dengan tulus dan membangkitkan hakikat kebuddhaan
Menolong orang yang menderita dan kesulitan dengan kekuatan cinta kasih
Mengatasi pencairan gletser hingga ke akarnya dengan berpola hidup sederhana
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, MarlinaCeramah Master Cheng Yen tanggal 14 Oktober 2015
Ditayangkan tanggal 16 Oktober 2015