Ceramah Master Cheng Yen: Menolong Semua Makhluk dan Melakukan Kebajikan

Di seluruh dunia, kita bisa melihat ketidakselarasan empat unsur alam. Kekeringan telah membuat tanaman pangan sulit untuk bertumbuh. Ketidakselarasan unsur airlah yang mengakibatkan kekeringan. Selain kekeringan, ketidakselarasan unsur air juga dapat menimbulkan bencana lain. Jika turun hujan deras maka terjadi banjir yang dapat mengakibatkan kerugian besar serta menimbulkan korban jiwa dan luka-luka. Karena itu, kita berharap kekeringan tidak terjadi secara terus-menerus. Kita juga berharap unsur air dapat selaras. Bumi ini membutuhkan air, tetapi harus dalam jumlah yang pas. Inilah yang disebut cuaca yang bersahabat. Jika bisa demikian, barulah dunia ini bisa aman dan tenteram.

Saya sungguh bersyukur atas kondisi cuaca di Taiwan yang termasuk bersahabat. Setiap tahun, Kementerian Pertanian Taiwan memberikan beras yang berlebih kepada kita sehingga kita dapat menyalurkannya ke negara-negara lain yang membutuhkan. Kita bisa melihat pembagian beras bantuan di Afrika Selatan berlangsung dengan sangat tertib dan penuh budaya humanis. Lihatlah, relawan di Afrika Selatan juga telah membangkitkan cinta kasih tanpa pamrih untuk bersumbangsih. Mereka menolong orang lain dengan penuh sukacita dan kegembiraan.

Sesungguhnya, relawan-relawan di sana bukanlah orang-orang berada, tetapi mereka memiliki batin yang kaya. Kekayaan batin dapat melampaui segala kekurangan materi dan membuat mereka menjadi orang yang kaya spiritual. Mereka merupakan orang miskin yang kaya batin, penuh dengan cinta kasih, dan senantiasa bersumbangsih dengan gembira. Ini sungguh tidak mudah. Mereka semakin maju dari tahun ke tahun. Melihat wujud cinta kasih mereka, saya sungguh sangat tersentuh.

Kita juga bisa melihat pembagian beras bantuan di Filipina. Sekelompok warga setempat yang dahulu terkena dampak Topan Haiyan, kini membangkitkan tekad untuk bergabung menjadi relawan. Kini mereka tengah mengikuti pelatihan. Para relawan dari Kota Marikina mengemban tanggung jawab untuk membimbing mereka mengadakan pembagian barang bantuan. Para relawan lokal mengunjungi rumah demi rumah untuk memahami kondisi kehidupan setiap keluarga. Mereka telah menjangkau 138 kelurahan. Ini sungguh tidak mudah. Mereka mengunjungi rumah demi rumah untuk memastikan bahwa para penerima bantuan adalah orang yang benar-benar membutuhkan.

Setelah menerima beras dari Kementerian Pertanian Taiwan, Tzu Chi mengirimkannya ke tempat yang paling membutuhkan. Kita juga menyerahkannya secara langsung ke tangan orang yang membutuhkan tanpa menyia-nyiakan sebutir beras pun. Para penerima bantuan tahu bahwa beras itu berasal dari Taiwan. Setiap orang merasa sangat bersyukur.

Dedikasi lebih dari 100 relawan di sana juga membuat orang sangat tersentuh. pembagian beras bantuan seperti ini bagaikan upacara persembahan yang selalu dilakukan orang-orang pada bulan tujuh Imlek. Dengan membagikan beras kepada orang yang membutuhkan, bukankah juga berarti kita memberikan persembahan kepada mereka? Saat mereka dilanda kelaparan, kita mengantarkan beras ke tangan mereka sehingga setiap keluarga dapat menikmati nasi. Bukankah ini merupakan persembahan yang sesungguhnya? Jadi, pada bulan tujuh penuh berkah ini, kita seharusnya melakukan tindakan nyata untuk menolong semua makhluk dengan hati yang lebih tulus. Inilah yang harus sungguh-sungguh kita lakukan.

Pada saat seperti ini, kita harus menggunakan hati yang tulus serta cara yang ramah lingkungan dan edukatif untuk menolong semua makhluk. Kita harus membasuh batin manusia dengan Dharma. Jika kita memahami kebenaran, kita akan terbebas dari keraguan dan takhayul. Batin kita juga akan tenang dan damai. Inilah yang disebut menolong semua makhluk.

Selain itu, kita juga membebaskan orang-orang dari keraguan dan noda batin serta membuat mereka memahami pentingnya berbakti dan berbuat kebajikan. Ini semua harus sungguh-sungguh kita galakkan di tengah masyarakat. Bukan hanya pada bulan tujuh Imlek, kita hendaknya menolong semua makhluk, mawas diri, dan berhati tulus setiap hari.

Kita juga bisa melihat di Nanzhuang, Miaoli, warga di wilayah pegunungan sulit untuk berobat dan kondisi kehidupan mereka juga tidak baik. Tidak peduli betapa sulitnya perjalanan yang harus ditempuh, relawan Tzu Chi tetap pergi ke sana untuk mencurahkan perhatian selama belasan tahun ini. Para anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA) juga memberikan pelayanan kesehatan secara rutin ke rumah warga. Selain meminjam gedung sekolah untuk mengadakan baksos kesehatan berskala besar, mereka juga memberikan penyuluhan sanitasi dan berusaha memahami kondisi kehidupan warga. Jadi, mereka mengemban misi amal dan kesehatan secara bersamaan.

Di tengah baksos kesehatan, melihat anak-anak berlari kesana- kemari, sekelompok relawan Tzu Chi yang terdiri atas ibu-ibu lalu mengumpulkan anak-anak itu untuk memberikan pendidikan budi pekerti kepada mereka. Saat para orang tua menerima pengobatan, anak-anak mereka juga dapat menerima pendidikan yang sangat sehat. Setelah mengetahui bahwa anak-anak di sebuah keluarga membutuhkan perhatian dan bantuan, relawan kita pun menjalin jodoh dengan mereka dari saat mereka masih duduk di bangku SD hingga kini sudah berkuliah. Kini anak-anak itu sudah mulai dewasa. Berkat bimbingan para relawan Tzu Chi, anak-anak itu bisa berbakti kepada kakek mereka, merawat nenek buyut mereka, dan membantu melakukan pekerjaan rumah tangga.

Intinya, sejak belasan tahun yang lalu, relawan kita terus pergi ke wilayah pegunungan untuk memperhatikan, merawat, mendampingi, dan mendidik warga setempat serta melihat anak-anak di sana bertumbuh besar. Lihatlah, waktu yang berlalu telah menjadi sejarah. Setiap sejarah merupakan sejarah yang sangat menyentuh hati. Sungguh, anak-anak di sana bagaikan pohon kecil yang bertumbuh menjadi pohon besar.

Jadi, selama kita menggenggam setiap waktu untuk bersumbangsih, kita pasti akan melihat hasilnya. Anak-anak itu tumbuh menjadi anak yang patuh dan tahu untuk berbakti. Setelah tumbuh besar, banyak anak yang memilih jurusan yang berkaitan dengan pengobatan. Ini merupakan hal yang sangat menggembirakan. Setelah membajak sawah dan menabur benih, kita bisa melihat benih-benih itu bertunas dan perlahan-lahan bertumbuh. Saya sungguh sangat tersentuh.

Berdoa semoga kondisi cuaca dapat bersahabatdan kehidupan manusia dapat aman dan tenteram

Bodhisatwaa dunia mengantarkan beras bantuan

Membebaskan semua makhluk dari keraguan

Melihat harapan setelah membajak sawah dan menabur benih

Sumber: Lentera Kehidupan  - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Karlena, Marlina

Ceramah Master Cheng Yen:  tanggal 25 Agustus 2015

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -