Ceramah Master Cheng Yen: Menolong Semua Makhluk dengan Berbagai Cara
Di belahan dunia yang lain, kita dapat melihat bunga asli Cile tiba-tiba tumbuh dan mekar di gurun pasir. Bunga-bunga itu tiba-tiba tumbuh dan bergoyang-goyang tertiup angin. Kehidupan sungguh penuh perubahan dan tidak kekal.
Kita harus sungguh-sungguh menggenggam setiap kesempatan untuk menolong mereka yang menderita. Terlebih lagi, kita harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia.
Kemarin para relawan dari Filipina datang untuk melaporkan baksos kesehatan tiga hari yang diadakan di Tacloban. Tenaga medis yang datang dari Singapura saja mencapai lebih dari 140 orang, sedangkan dari Manila juga ada lebih dari 100 orang tenaga medis. Secara keseluruhan, ada lebih dari 400 relawan yang datang membantu di Tacloban. Mulanya, perkiraan jumlah pasien adalah 3.500 orang. Di luar dugaan, mereka akhirnya melayani lebih dari 5.000 pasien.
Bagi pasien yang perlu dioperasi, relawan meminjam peralatan bedah mayor dari rumah sakit setempat. Singkat kata, cinta kasih tak memandang jauhnya jarak. Meski jarak yang harus ditempuh sangat jauh, para relawan tetap bersedia untuk membantu.
Di Tacloban, sikap mental para warga telah berubah. Kini para warga setempat telah belajar untuk saling peduli dan saling mengasihi. Jika relawan Tzu Chi yang datang dari luar dapat mengasihi mereka, maka sudah sepatutnya mereka saling mengasihi antarsesama warga. Karena itu, banyak pula warga setempat yang berinisiatif untuk membantu. Namun, saat mereka sedang menjalankan baksos kesehatan tersebut, Topan Koppu menerjang wilayah utara Manila di Pulau Luzon.
Setelah memasuki daratan, topan ini bergerak perlahan selama dua hari dan membuat utara Pulau Luzon porak-poranda. Daerah itu mulanya dikenal sebagai lumbung padi, tetapi kini sawah-sawah telah tergenang banjir. Para petani kecil di sana sungguh menderita.
Setelah menyelesaikan baksos di Tacloban pada tanggal 24 Oktober, insan Tzu Chi Filipina segera kembali ke Manila pada tanggal 25 Oktober. Keesokan harinya, tepatnya tanggal 26, mereka memulai empat jam perjalanan untuk tiba di daerah bencana di wilayah utara Pulau Luzon. Mereka sudah berpengalaman. Setibanya di sana, mereka segera membagi kelompok untuk survei. Kerusakan terlihat di mana-mana.
Para petani setempat sungguh menderita. Bagaimana mereka melanjutkan hidup? Tentu, insan Tzu Chi segera membantu lewat pemberian upah kepada warga yang turut dalam program pembersihan. Tentu, banyak yang mereka lakukan. Pembersihan diutamakan bagi sekolah-sekolah. Para relawan berhasil menghimpun hampir 4.000 orang untuk berpartisipasi dalam pembersihan.
Para relawan tidak berhenti bersumbangsih. Setelah menyelesaikan bantuan darurat tahap awal, mereka kembali ke Hualien untuk melaporkan rencana program bantuan lanjutan. Saya merasa rencana mereka sudah tepat. Mereka sudah berpengalaman dan telah memahami arah yang benar. Mereka akan segera memulai pembagian bibit bagi para petani dan juga mulai merencanakan pembangunan tempat tinggal bagi warga. Selain itu, pembagian makanan juga telah direncanakan. Inilah rencana program bantuan yang akan segera mereka jalankan.
Singkat kata, setiap hari kita dapat melihat banyak orang dilanda penderitaan di berbagai negara. Kini, di Myanmar, relawan Tzu Chi juga tengah membagikan bibit padi. Insan Tzu Chi di berbagai negara serentak bersumbangsih dengan berbagai cara bagi orang-orang yang menderita di dunia ini.
Baksos kesehatan berkala di Thailand melibatkan relawan berbagai negara
Penerjemahan berlapis diperlukan demi menolong pasien
Berbagai cara ditempuh relawan Tzu Chi untuk meringankan penderitaan manusia
Relawan Tzu Chi Filipina membantu warga lewat pemberian upah
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 November 2015
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 31 Oktober 2015