Ceramah Master Cheng Yen: Menolong Semua Makhluk dengan Keyakinan, Ikrar, dan Praktik


“Sejak bencana gempa terjadi, semuanya terus memberikan doa dan menggalang cinta kasih di dalam grup obrolan untuk membantu Taiwan melewati hal ini. Tentu saja, mereka tidak memiliki begitu banyak uang, tetapi mereka memiliki ketulusan. Di dalam grup obrolan, terdapat lebih dari 2.700 orang dan pesan ini terus menyebar. Begitu pula, mereka terus menyebarkannya kepada para penumpang. Melalui pesan tersebut, mereka telah menghimpun cinta kasih mulai dari 100 dolar, 50 dolar, 300 dolar, bahkan 500 dolar. Ini semua menunjukkan niat baik setiap orang,”
kata Zhang Hui-zhen wakil ketua Tzu Chi Thailand.

“Meski hidup dalam kesulitan, mereka memiliki hati yang murni. Oleh karena kita telah membantu mereka, mereka juga membantu kita dengan secara inisiatif menggalang cinta kasih. Master, lihatlah, donasi terus berdatangan. Orang-orang terus memberikan donasi,” kata Lin Chun-ling ketua Tzu Chi Thailand.

“Mereka berkata bahwa mereka akan terus menyerukan hal ini,” kata Zhang Hui-zhen.

“Mereka akan terus memberikan donasi,” kata Lin Chun-ling.

Uang bukanlah yang utama. Yang terpenting ialah kasih sayang mereka terhadap kita. Kasih sayang mereka begitu langgeng.

“Sumbangan terus masuk,” pungkas Zhang Hui-zhen.

Kepedulian dan cinta kasih kalian terhadap mereka sangat berarti. Para sopir taksi di Thailand membuat saya merasa tersentuh. Sebanyak lebih dari 2 ribu taksi yang ada di jalan, ketika mendengar bahwa Taiwan terkena gempa, mulai menyerukan hal ini dan para penumpang merespons dengan baik. Mereka menaruh celengan di dalam taksi dan mulai berbagi cerita tentang bencana ini. Ketika penumpang mendengarnya, mereka membangkitkan cinta kasih dan memasukkan koin ke dalam celengan.

“Kita semua hidup di Bumi yang sama. Kami dapat turut merasakan gempa dahsyat yang dialami oleh Taiwan. Oleh karena itu, saya terus memikirkan cara untuk turut membantu,” kata Kriangkrai Ketua Asosiasi Sopir Taksi.


Sesungguhnya, kita telah menjalin jodoh baik dengan para sopir taksi dalam waktu yang lama. Para sopir taksi adalah orang yang kurang mampu. Taksi yang mereka gunakan adalah sewaan. Ketika tidak mendapatkan penumpang, mereka tetap harus membayar biaya sewa hari itu. Jadi, sulit bagi mereka untuk menghidupi keluarga mereka. Oleh karena itu, terkadang, kita membagikan beras untuk mereka bawa pulang. Ada juga yang menjadi penerima bantuan jangka panjang. Kita telah menyebarkan cinta kasih di sana.

Ketika Taiwan diguncang gempa, mereka ternyata dapat melakukan hal ini. Lebih dari 2 ribu sopir taksi di Bangkok menghimpun kepedulian dalam waktu 3 hari. Saat mendengar hal ini, saya merasa bahwa kepedulian kita terhadap mereka sangatlah bernilai. Kita telah mengasihi mereka dengan cinta kasih dan itu tidaklah sia-sia. Ketika mendengar laporan dari para relawan, saya langsung berkata bahwa cinta kasih yang kita berikan sangatlah bernilai. Inilah yang disebut dengan cinta kasih.

Hendaknya kita terus memelihara cinta kasih ini. Oleh karena kita telah bersumbangsih tanpa pamrih, ketika suatu hal terjadi, kita mendapatkan respons yang baik. Cinta kasih yang dihimpun oleh para sopir ini bukanlah hal yang mudah. Biasanya, kita terus memikirkan cara dalam misi bantuan. Seperti dalam bencana gempa yang terjadi kali ini, kita dengan cepat menyediakan tempat tidur lipat dan partisi.

Dengan hati yang penuh cinta kasih, saya berkata bahwa ketika terjadi sesuatu pada semua orang, kita harus segera memberikan ketenangan bagi mereka dan membuat ruang untuk mereka dapat beristirahat secara privat. Untuk itu, partisi ini dirancang. Kita telah melakukannya dengan cinta kasih yang tulus dan menempatkan diri dalam posisi para korban.


Saya telah melihat bagaimana sumbangsih para relawan yang membuat semuanya dapat terpenuhi, termasuk penyediaan makanan hangat. Tempat tinggal dan makanan, semuanya telah tersedia. Kali ini, kita tidak menyediakan pakaian, tetapi kita menyediakan selimut, kursi, dan meja. Semuanya telah diatur dengan sangat baik, terutama tempat tidur lipat yang sangat praktis dan dapat dibawa ke mana-mana.

Saya telah melihat bagaimana relawan menyiapkan tempat tidur dengan cepat. Pergerakan kita sangatlah cepat. Ketika berbicara dengan Tzu Ching, saya pasti berkata, "Kalian adalah anak-anak muda. Kalian harus memikul tanggung jawab di masa depan. Hendaknya kalian memikul bakul beras bagi dunia."

Anggota Tzu Ching sekalian, saat ini saya akan mengatakannya kembali bahwa anak-anak muda harus memikul bakul beras bagi dunia. Tentu saja, insan Tzu Chi harus ingat akan kisah 50 sen dan terus menyebarkannya untuk membantu banyak orang. Semangat dan niat yang kita miliki akan terus sama. Kita terus membagikan semangat ini dan berinteraksi dengan semua orang dalam berbagai bahasa. Niat dan tekad kita selamanya sama. Namun, seiring perubahan zaman, kita harus menggunakan metode terampil yang tepat dan sesuai.

Bodhisatwa Avalokitesvara muncul di mana pun saat mendengar suara penderitaan. Pada saat Tahun Baru, Jepang diguncang gempa yang dahsyat. Ketika melihat banyak orang yang membutuhkan, kita segera pergi ke sana. Setelah pergi dan melihat kondisi mereka, A-gui memberikan laporan bahwa para korban sungguh berada dalam kesulitan. Jadi, kita memutuskan untuk membawa bantuan ke sana.

Kemudian, Taiwan juga terkena gempa. Mereka di Jepang berkata bahwa Tzu Chi di Taiwan tidak perlu melanjutkan bantuan karena Taiwan juga dilanda bencana. Namun, saya merasa bahwa kita tetap harus memberikan bantuan kepada mereka. Keyakinan adalah ibu dari segala pahala.


Kita telah menyaksikan penderitaan di sana. Setelah melihat kondisi di sana, kita tahu orang-orang sangat menderita dan kita berjanji untuk membantu. Ketika pertama kali relawan berkunjung ke sana dan melihat kondisi mereka, mereka sungguh-sungguh menderita. Kita pun sempat menyalurkan bantuan.

Meski Taiwan dilanda bencana dan mereka meminta kita untuk tidak melanjutkan bantuan, saya merasa kita harus tetap menjunjung tinggi keyakinan, ikrar, dan praktik Tzu Chi. Jika sudah pergi ke sana, itu berarti kita akan kembali untuk membawa bantuan. Inilah keyakinan. Oleh karena memiliki kekuatan ikrar, barulah kita dapat pergi ke sana.

Dengan keyakinan dan ikrar, kita telah siap untuk membantu mereka. Ketika kita telah membangun ikrar, jangan karena Taiwan dilanda bencana, kita kemudian membatalkan bantuan tersebut. Hendaknya kita terus menjaga keyakinan, ikrar, dan praktik kita. Jika kita pergi ke sana, mereka yang menderita akan terbantu. Jika kita tidak pergi ke sana, mereka tidak dapat dibantu.

Tentu saja, kita perlu memberikan bantuan yang setara dan adil. Sebanyak apa bantuan yang kita berikan kepada setiap keluarga di Taiwan, sebanyak itu pula bantuan yang kita berikan kepada mereka yang ada di Jepang. Apa yang kita berikan harus membuat mereka merasa terbantu.

Hendaknya kita menjalankan misi kita sesuai dengan ikrar yang telah kita bangun. Inilah keyakinan, ikrar, dan praktik. Jadi, saya merasa kita harus terus bertahan pada rencana awal. Kita harus memberi tahu mereka bahwa kita semua sangat tulus. Jadi, menciptakan berkah juga merupakan edukasi. Melalui misi amal, kita mengajarkan kepada setiap orang tentang keyakinan, ikrar, dan praktik. 

Memberikan cinta kasih dengan menempatkan diri di posisi orang lain
Memikul bakul beras untuk membawa manfaat bagi semua makhluk
Menyebarkan kebajikan melalui semangat celengan bambu
Memiliki keyakinan dan ikrar Bodhisatwa serta mempraktikkannya dengan teguh

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 26 April 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet
Ditayangkan Tanggal 28 April 2024
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -