Ceramah Master Cheng Yen: Menuju Arah yang Benar dengan Keyakinan dan Pemahaman yang Mendalam
Kita bisa melihat acara Pemberkahan Akhir Tahun di Indonesia. Kita tahu bahwa mayoritas orang Indonesia beragama Islam. Kita telah mencari cara untuk menyebarkan Dharma di negara itu sehingga orang-orang dapat menerimanya. Dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun, para relawan juga berpartisipasi dalam formasi lautan Dharma. Mereka mengasihi dan melindungi Tzu Chi serta melakukan tindakan nyata, ini sangat tidak mudah.
Lihatlah formasi lautan Dharma mereka dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun. Sekitar seribu orang ikut berpartisipasi dan setiap gerakan tangan mereka sangat kompak. Kebanyakan dari mereka tak mengerti bahasa Mandarin, bagaimana mereka bisa melantunkan Sutra dan memperagakan isyarat tangan dengan begitu baik? Itu karena mereka telah sangat bersungguh hati melakukan persiapan selama satu tahun. Pertama-tama mereka mengunduh aplikasi bahasa Mandarin, lalu menyalin, membaca, dan berusaha memahami arti dari setiap kata di dalam Sutra. Mereka sungguh-sungguh menyalin dan mempelajarinya agar familier terhadap kata-kata tersebut dan bisa memahami artinya, ini sangat tidak mudah.
Mereka menyalin Sutra Makna Tanpa Batas untuk memahaminya secara menyeluruh. Mereka mendengar ceramah pagi saya dengan sungguh-sungguh dan mencatat pemahaman yang diperoleh. Saya sangat tersentuh. Apa yang dibagikan Susi, seorang relawan di Tanjung Balai Karimun, membuat saya merasa bahwa hatinya sangat dekat dengan saya dan pantas dipuji. Dia tekun dan bersemangat untuk membuat saya gembira.
Di Indonesia, mayoritas warga adalah umat muslim. Mereka mendedikasikan diri di Tzu Chi, saya tidak meminta mereka untuk berpindah keyakinan. Mereka dapat mempertahankan keyakinan mereka, tetapi harus memahami semangat Tzu Chi dan mempraktikkannya. Semua agama berpedoman pada cinta kasih. Dalam agama apa pun, yang diajarkan ialah cinta kasih yang murni dan tanpa pamrih. Inilah prinsip kebenaran di dunia ini. Setiap agama membimbing orang-orang ke arah cinta kasih tanpa pamrih.
Jadi, relawan kita di Indonesia dapat berpegang pada keyakinan mereka dengan tenang. Mereka juga bersama-sama mendengar Dharma dan menyalin Sutra. Untuk pementasan adaptasi Sutra, mereka harus menghafal, melantunkan, dan memperagakannya. Sekitar seribu orang bersatu hati. Kesatuan hati mereka tidak tergoyahkan meski hanya sekejap. Semua orang sangat bersatu hati. Ini sangatlah menyentuh.
Saya memuji mereka karena mereka memahami prinsip kebenaran. Meski berbeda agama, tetapi tidak ada halangan bagi mereka dalam menjalankan Tzu Chi. Berhubung mereka telah benar-benar memahami prinsip kebenaran, maka mereka dapat berjalan di jalan Tzu Chi dengan mantap dan tanpa halangan. Jadi, terdapat banyak kisah yang menyentuh di sana. Selama setahun terakhir, mereka menyalin dan mempelajari Sutra; mendengar ceramah saya setiap hari, memahami arti Sutra, dll.
Mereka berharap isyarat tangan dan lantunan Sutra mereka dapat menyatu dengan Dharma. Pementasan mereka sangat indah. Dengan memperagakan isyarat tangan dan melantunkan Sutra, mereka dapat menyelami Sutra dan semakin memahaminya. Saya sangat memuji para Bodhisatwa di Indonesia, mereka sangat luar biasa.
Di Taiwan, kita juga bisa melihat insan Tzu Chi terjun ke lapas untuk membimbing dan memberi perhatian kepada para narapidana. Di saat yang sama, mereka juga mencari tahu tentang kebutuhan keluarga mereka. Misalnya, seorang narapidana memiliki ibu yang sudah lanjut usia dan anaknya masih kecil. Dia berbuat salah dan masuk lapas. Dia menangis setiap hari karena ingin bertobat kepada ibunya dan merasa bersalah pada anaknya.
Setelah mengetahui tentang hal ini, insan Tzu Chi pergi ke rumahnya untuk mencari tahu kondisi keluarganya dan membawa keluarganya ke lapas. Ketika melihat keluarga yang paling dia khawatirkan muncul di hadapannya, dia sangat terkejut. Seperti inilah kesungguhan hati dan cinta kasih insan Tzu Chi. Selain membimbing mereka, relawan kita juga mengajak mereka menyelami Dharma lewat pementasan adaptasi Sutra. Inilah yang dilakukan relawan kita di lapas wanita di Yilan.
Kita memiliki banyak relawan Tzu Chi yang merupakan Bodhisatwa dunia. Dalam sehari-hari, mereka sudah sangat sibuk, tetapi masih pergi ke lapas guna membimbing sekelompok orang yang telah salah jalan untuk kembali ke jalan yang benar agar setelah keluar nanti, mereka bisa menjadi seorang ibu dan putri yang baik serta menjaga keluarga dengan baik. Ini sangat luar biasa.
Singkat kata, Bodhisatwa selalu bersumbangsih demi semua makhluk. Walaupun seseorang pernah melakukan kesalahan, insan Tzu Chi tetap membimbing mereka dengan hati Bodhisatwa dan sesuai dengan ajaran Buddha. Bodhisatwa datang ke dunia ini untuk membimbing semua makhluk yang berjalan menyimpang kembali ke jalan yang benar. Inilah Bodhisatwa dunia.
Saya sangat bersyukur. Kisah yang menyentuh sangat banyak. Relawan kita juga menggalakkan pola makan vegetaris, pelestarian lingkungan, dan mengajarkan kerajinan tangan di lapas. Singkat kata, saya sangat berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi. Semua anggota Tzu Cheng dan komite telah menjalankan Tzu Chi dengan sepenuh hati dan tenaga. Mereka benar-benar adalah Bodhisatwa dunia.
Semua agama berpedoman pada cinta kasih
Giat melatih diri untuk memahami prinsip kebenaran
Berjalan di jalan yang benar sesuai ajaran Buddha
Mempraktikkan Jalan Bodhisatwa dengan keyakinan dan pemahaman yang mendalam
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 22 Januari 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 24 Januari 2019