Ceramah Master Cheng Yen: Menulis Naskah Kehidupan

“Minum obat tepat waktu. Insulin juga harus disuntikkan tepat waktu. Jangan terlalu lelah. Jaga kesehatan baik-baik.” kata Chen Haoqing, relawan Tzu Chi.

“Kehangatan telapak tangan dapat memperlancar peredaran darahnya. Ini bermanfaat untuk kesehatannya. Anda merawatnya juga akan lebih mudah,” kata Liao Mingren, relawan Tzu Chi.

“Ya,” jawab seorang penerima bantuan.

Kita melihat sekelompok lansia. Saat mereka jatuh sakit ataupun menderita penyakit kronis, anak cucu mereka tidak bisa pulang untuk merawat mereka. Bayangkanlah, mereka hidup di pegunungan atau pedesaan. Berhubung anak mereka tidak pulang, hidup mereka semakin tidak leluasa. Rumah mereka juga telantar dan mengalami kerusakan.

Kesehatan para lansia juga terus mengalami kemunduran. Selain itu, mereka juga harus mengkhawatirkan kurangnya kebutuhan sehari-hari. Jika tidak ada yang memperhatikan mereka, mereka akan kehabisan barang kebutuhan sehari-hari. Di tengah cuaca yang begitu dingin, apa yang bisa mereka lakukan? Mereka sangat tidak berdaya. Mereka membutuhkan interaksi antarmanusia yang didasari cinta kasih berkesadaran.

Ada sekelompok orang yang menyadari bahwa di dunia ini, semua makhluk hidup adalah setara. Saat ada orang yang menderita, Bodhisatwa selalu menjangkau mereka untuk melenyapkan penderitaan. Kita melihat di berbagai provinsi dan kabupaten di Tiongkok, insan Tzu Chi berkunjung dari rumah ke rumah untuk memahami kebutuhan setiap keluarga. Mereka juga menjangkau pegunungan    dengan mengemudi selama berjam-jam.


Berhubung jalan yang harus ditempuh penuh rintangan dan bahaya, mereka berangkat sebelum matahari terbit dan hampir tengah malam baru pulang ke rumah. Belakangan ini, mereka terus mengunjungi penerima bantuan. Mereka menggunakan cinta kasih dan ketulusan dalam berinteraksi dengan penerima bantuan hingga cinta kasih dan ketulusan mereka dapat dirasakan oleh para lansia dan orang-orang yang menderita.

Karena itu, pada kunjungan kedua, relawan kita bisa berkata, “Kali ini, kami datang untuk membantu membersihkan rumah dan melakukan sedikit perbaikan agar rumah Anda terlindung dari tiupan angin.” “Kami juga akan mengganti perabot yang sudah tidak bisa dipakai.” Setelah penerima bantuan setuju, relawan kita pun mulai membersihkan rumahnya.

“Coba kakek pegang,” kata Tang Meixia Relawan Tzu Chi.

“Hangat,” jawab Kakek Tu, seorang penerima bantuan.

“Hangat, bukan? Anda suka tidak?” tanya Tang Meixia.

“Suka.”

“Suka, ya? Lain kali, kami akan menggantinya. Kami akan mengganti kelambunya, ya? Handuk tadi jangan digunakan lagi. Itu sudah kumal.”

“Ini handuk?”

“Ya.”

“Ini masih baru. Terima kasih.”

“Tidak perlu berterima kasih. Kami sudah seperti anak-anakmu.”

Ini sangat menyentuh. Saat mendengar suara insan Tzu Chi, keluarga ini dipenuhi sukacita dan ketenangan. Melihat insan Tzu Chi, mereka membentangkan tangan untuk merangkul insan Tzu Chi. Sebelumnya, relawan kita yang terus-menerus mempererat hubungan dengan mereka. Kini, saat relawan kita berkunjung, baik para lansia maupun orang yang berketerbatasan fisik, semuanya menyambut dengan ramah. Inilah cinta kasih.


Dengan membangkitkan cinta kasih, membangun tekad yang sama, dan mengakumulasi tetes demi tetes air Dharma, kita bisa saling menyemangati untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Jadi, tidak peduli sejauh dan sesulit apa perjalanannya, relawan kita pasti bisa menjangkau orang yang membutuhkan. Tetes demi tetes cinta kasih bagaikan air Dharma. Selain bermanfaat bagi diri sendiri, air Dharma ini juga bisa membawa manfaat bagi orang-orang yang menderita sehingga mereka memiliki kekuatan untuk bertahan hidup.

Relawan kita juga menyemangati mereka untuk bersumbangsih. Relawan kita mengimbau mereka untuk menyisihkan uang ke dalam celengan bambu setiap hari. Relawan kita berkata pada mereka, “Setiap hari, kita harus berpikir untuk membantu sesama.” Dengan berbuat demikian, relawan kita telah menabur benih kebajikan di dalam hati mereka. Mereka bisa melapangkan hati dan memahami Dharma.

Lahir dan mati adalah hukum alam dan sebab penderitaan adalah akumulasi karma buruk di kehidupan sekarang dan masa lampau. Setelah memahami prinsip ini, kita bisa menerima segala kondisi dengan tenang. Mereka pun telah memahaminya. Jadi, selain menenangkan hati mereka, relawan kita juga membagikan pakaian musim dingin dan membantu memperbaiki rumah mereka agar mereka terlindung dari angin dan hujan. Demikianlah interaksi antara insan Tzu Chi dan penerima bantuan.

Jadi, kisah yang menyentuh sangatlah banyak. Saya pernah berkata bahwa naskah kehidupan sekarang ditulis oleh diri sendiri di kehidupan lampau. Di kehidupan sekarang, kita menyutradarai dan memainkannya sendiri. Setelah memainkan naskah kehidupan sekarang, kita menanti naskah kehidupan berikutnya yang kita tulis di kehidupan sekarang. Menulis naskah bukan dengan ucapan saja. Butuh tindakan nyata untuk meninggalkan jejak langkah.

Kita bukan hanya mendengar Dharma, tetapi juga meninggalkan catatan. Setiap langkah kita dalam mempraktikkan Dharma merupakan catatan. Lewat tindakan di kehidupan sekarang, kita menulis naskah kehidupan berikutnya. Kita harus menulis naskah yang baik. Saat meninggal dunia, tidak ada yang bisa dibawa pergi selain naskah yang kita tulis ini. Jadi, kita harus bersungguh-sungguh.


Berhubung kita menulis naskah dan menyutradarainya sendiri, kita harus memainkannya dengan sukarela dan memastikan bahwa kita menulis naskah yang pantas dipuji. Meski di kehidupan sekarang, kita pernah tersesat, tetapi kita telah menerima basuhan air Dharma. Kita juga telah mempraktikkan Dharma di tengah masyarakat dan menggunakan tetes demi tetes air Dharma untuk membasahi pohon yang sudah layu sehingga dapat kembali bertunas. Inilah yang harus kita lakukan. Demikianlah kita menapaki Jalan Bodhisatwa.


Mengantarkan bantuan musim dingin dan membangkitkan niat baik

Memperoleh ketenangan setelah memahami prinsip kebenaran

Naskah kehidupan ditulis oleh diri sendiri

Membasahi batin dengan tetesan air Dharma dan menjalankan praktik Bodhisatwa

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 19 Desember 2018

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina

Ditayangkan tanggal 21 Desember 2018

Editor: Khusnul Kotimah

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -