Ceramah Master Cheng Yen: Menumbuhkan Benih Bodhi dan Membina Insan Berbakat


“Saya sungguh berterima kasih kepada Dr. Tsung-ying karena tujuh tahun yang lalu telah mendorong kami para kaum muda untuk belajar dengan giat dan pergi melihat dunia. Berkat jalinan jodoh baik, saya dapat melakukan penelitian di RS Umum Massachusetts. Saya juga sungguh berterima kasih kepada Master atas kesempatan yang telah diberikan. Beruntung, saya mendapatkan bantuan beasiswa saat kuliah. Jika tidak, saya akan sulit untuk belajar. Oleh karena itu, saya belajar dengan sangat fokus pada saat itu,”
kata Cai Sheng-zong Profesor Fakultas Kedokteran Universitas Tzu Chi.

“Hari ini, saya ada di sini karena Dr. Tsung-ying mengundang saya untuk membagikan pengalaman karena kebetulan saya adalah orang pertama yang dipromosikan menjadi profesor. Saya dapat lulus dari Universitas Tzu Chi dan menerima pelatihan di RS Tzu Chi Hualien berkat dedikasi tanpa pamrih dan bimbingan dari para guru. Berkat mereka, saya dapat mencapai posisi ini dengan lancar,” lanjut Cai Sheng-zong.

“Sejak dahulu mempelajari penelitian, sesungguhnya ialah Dr. Tseng Guo-fang yang telah membuka dunia ilmu saraf bagi saya. Saat itu, setiap pukul tiga hingga empat, saya sering melihat beliau mengendarai sepeda dari asrama ke ruang laboratorium. Sejak saat itu, saya merasa bahwa sebuah penelitian harus dilakukan dengan giat dan sepenuh hati. Kemudian, setelah saya lulus dan mulai bekerja di rumah sakit, tentunya para guru dan Dr. Lin berkata bahwa tujuan penelitian bukan hanya untuk menulis makalah. Tentu saja, makalah adalah sebuah persyaratan dasar, tetapi kita berharap bahwa hasil dari penelitian tersebut sungguh-sungguh dapat membantu banyak orang yang menderita,” pungkas Cai Sheng-zong.


Saya merasa penuh dengan harapan. Ketika saya mendengarkan laporan setiap minggunya, hati saya merasa dipenuhi dengan harapan yang tak terbatas. Saya sungguh bersyukur. Saya percaya bahwa membuat sebuah penelitian akan menghabiskan banyak waktu dan kerja keras.

Setelah menghabiskan banyak waktu, kalian akan menyadari bahwa kalian merasakan kegembiraan. Kegembiraan ini mungkin terlihat sementara, tetapi sesungguhnya itu abadi. Bagi kita, ini adalah sebuah bentuk pelatihan diri. Melatih diri tidak hanya untuk satu kehidupan ini saja, melainkan terakumulasi hingga masa depan.

Setiap kali saya mengunjungi RS Tzu Chi Dalin, ketika saya turun dari mobil, orang-orang akan mendekat pada saya. Orang yang pertama kali mendekat adalah orang-orang yang membawa anak, baik yang menggendong bayi maupun yang merangkul balita. Mereka akan mendekat dan meminta saya membelai kepala anak-anak mereka.

Saya membelai kepala mereka satu per satu bagaikan memainkan tangga nada. Setiap anak akan mengangkat kepalanya dan melihat saya. Mereka sungguh polos dan menggemaskan. Mereka berada dalam tahap pertumbuhan menuju remaja. Setengah tahun kemudian, saya kembali berkunjung dan mereka semua terlihat berbeda. Anak-anak akan tumbuh menjadi remaja, memasuki usia paruh baya hingga lansia. Begitulah waktu yang akan terus berjalan.

Waktu yang telah berlalu menunjukkan kekosongan sejati. Ia tidak meninggalkan jejak, tetapi kita dapat melihat keberadaan yang menakjubkan di baliknya. Namun, ketika sesuatu menjadi ada, ia akan terus mengalami perubahan. Semua hal akan berubah karena tidak ada yang tetap. Anak-anak akan tumbuh dewasa dan orang dewasa akan menua. Begitulah manusia. Ini juga berlaku untuk semua hal. Begitulah hukum alam.


Ketika kita lahir ke dunia, semuanya berada dalam proses perubahan. Kita pasti akan mengalami berbagai hal yang bersifat semu dan pada hakikatnya kosong. Inilah prinsip dalam ajaran Buddha. Ada kebenaran tentang kekosongan dan kebenaran tentang keberadaan semu. Kebenaran tentang keberadaan semu tetaplah kebenaran. Di mana letak kebenarannya? Kebenarannya terletak pada keberadaan yang menakjubkan. Ini disebut keberadaan menakjubkan di balik kekosongan.

Sesungguhnya, ajaran Buddha sungguh menarik dan pantas untuk dijadikan referensi dalam misi pendidikan dan kesehatan kita. Di dalamnya terdapat prinsip-prinsip mengenai tubuh fisik. Tubuh mengalami fase lahir, tua, sakit, mati. Setelah mendengarkan penelitian dari semuanya, saya merasa ini sangat menarik. Namun, saya merasa saya tidak punya cukup waktu lagi untuk mempelajarinya lebih lanjut walaupun ini sangat menarik. Saya berharap ketertarikan saya ini akan terus berlanjut hingga kehidupan selanjutnya. Minat saya pada kehidupan kali ini harus dicapai hingga menjadi sesuatu yang ada. Inilah hal yang saya fokuskan pada saat ini.

Dokter, guru, dan profesor sekalian, kalian semua berawal dari murid hingga menjadi dokter dan berawal dari murid hingga menjadi pengajar dan profesor. Hendaklah kalian semua tetap bekerja dengan giat dan aktif. Sama seperti saya saat ini, saya juga terus membabarkan Dharma dengan giat dan aktif. Kita telah memperoleh banyak hal. Saya merasa saya telah mencapai banyak hal, begitu pula dengan kalian.


Pencapaian saya dimulai dari ketidaktahuan dan dari tidak ada apa-apa. Saya mengandalkan himpunan jalinan jodoh. Hendaklah kita menggenggam jalinan jodoh. Kalian memiliki segala hal. Sejak kecil, kalian telah menerima pendidikan hingga memiliki pengetahuan dan wawasan. Saat ini, kalian harus memasuki tahap yang lebih jauh, yaitu memperoleh kebijaksanaan. Ini disebut keberadaan yang menakjubkan.

Hendaklah kita menggunakan pengetahuan, kecerdasan, dan wawasan untuk melenyapkan kegelapan batin. Inilah yang disebut dengan kebijaksanaan. Sebagai contoh, pandemi Covid-19 terjadi karena ketidakmurnian. Banyak virus yang menciptakan ketidakmurnian. Penyakit dan virus ini terus menular. Ketidakmurnian ini bermula dari kondisi yang murni dan bebas dari noda apa pun, tetapi tercemar oleh kegelapan batin manusia.

Kita tidak tahu dari mana virus ini muncul, tetapi kita dapat melakukan penelitian. Jika kita tidak meneliti hal ini, kita akan selamanya hidup dalam ketakutan karena virus terus bermutasi tanpa henti. Setiap orang yang memiliki tubuh pasti akan mengalami sakit. Penyakit datang dari infeksi dan banyak faktor lainnya. Jadi, tidak ada akhir untuk penelitian ini. Karena itu, kita harus terus melakukan penelitian tanpa henti.

Ada sebuah ungkapan berbunyi, "Meski alam semesta memiliki batas, ikrarku tidak terbatas." Usia kehidupan kita hanya puluhan tahun. Kita harus mengurangi sikap perhitungan dan menumbuhkan kesungguhan hati. Hendaklah kita menumbuhkan kebijaksanaan melalui kebenaran, waktu, ruang, dan interaksi antarmanusia. Kita masih memiliki banyak hal untuk diteliti.

Mewariskan tekad, ikrar, dan harapan
Memahami keberadaan menakjubkan dan kekosongan sejati
Melenyapkan noda batin dan membangkitkan hakikat sejati
Menumbuhkan benih Bodhi dan membina insan berbakat

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 12 Agustus 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Shinta, Janet, Heryanto
Ditayangkan tanggal 14 Agustus 2022
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -