Ceramah Master Cheng Yen: Menumbuhkan Hutan Kebajikan demi Semua Makhluk

Setelah pergi menuju Republik Sierra Leone, barulah kita dapat merasakan kemiskinan dan kesakitan mereka. Negara ini menghadapi  masalah kekurangan dokter. Kini, hanya ada kurang dari 300 dokter untuk melayani lebih dari 7 juta penduduk. Setelah saya hitung perbandingannya, 1 dokter perlu melayani 30.000 penduduk. Jumlah dokter sangat sedikit.

Mereka hanya memiliki 4 alat cuci darah di negara mereka. Keempat alat tersebut merupakan sumbangan dari Israel. Israel juga memberikan perawatan berkala untuk alat itu setiap tahunnya. Sayangnya, sejak ada wabah Ebola, banyak teknisi dari Israel  takut untuk pergi ke Sierra Lione.  Jadi, banyak orang meninggal pada masa itu.

Tidak hanya pengidap Ebola yang meninggal, banyak juga pasien  yang tidak dapat menjalani cuci darah ikut meninggal. Menurut data terbaru, karena tidak ada teknisi  yang merawat alat cuci darah, tiga dari empat alat cuci darah yang ada rusak dan tidak dapat digunakan. Jadi, kini hanya ada 1 alat cuci darah bagi 7 juta penuduk di sana.

“Kami mengunjungi salah satu SD  di komunitas. Kami melihat seorang anak perempuan yang kesulitan berjalan. Saya bertanya kepada kepala sekolah, “Berapa jauh tempat tinggalnya?” Kepala sekolah menjawab,  “Lebih dari 2km.” Saya bertanya, “Bagaimana dia datang ke sekolah?” Kepala sekolah menjawab, “Berjalan kaki.” Lalu saya berkata, “Apa dia tidak memiliki tongkat  atau alat bantu lainnya?” Kepala sekolah menjawab, “Tidak ada, dia berjalan untuk masuk dan pulang sekolah.” Kepala sekolah memberi tahu saya bahwa anak perempuan itu  belum makan sejak sehari sebelumnya sehingga tidak memiliki energi untuk datang,” kata Xiao Yao-hua, Koordinator kamerawan Tzu Chi Monthly.

 

Tanpa berkata apa-apa, kepala sekolah langsung menggendongnya dan menyampaikan bahwa Tzu Chi akan datang. Jadi, kepala sekolah menggendongnya. Ini adalah salah satu komunitas tempat kita memberikan bantuan. Di sebelah kanan ada tumpukan sampah dan banyak orang  yang mencari nafkah sebagai pemulung.

Lihatlah rumah ini, satu keluarga tinggal di sana. Rumah itu sangat sederhana. Rumah itu terbuat dari bata lumpur tanpa besi beton, hanya menggunakan bambu. Permukiman kumuh disana sebagian besar dibangun di tepi laut atau di muara sungai. Saat hujan deras turun, air akan mengalir ke dataran rendah dan menuju ke laut, sedangkan mereka tinggal di dekat laut. Jadi, setiap tahunnya, mereka dilanda banjir.

“Kami mengunjungi banyak institusi. Salah satunya, intitusi tunanetra St.Paul. Anak-anak disana sangat mengharapkan kedatangan Tzu Chi. Penanggung jawab disana mengatakan, ‘Dunia kita gelap. Cinta kasih yang kalian bawa telah memberi kami cahaya.’,” tutur Zhang Ru-rong, relawan Tzu Chi.

Kita adalah cinta kasih Tzu Chi yang menerangi Sierra Leone. Anak-anak di sana tidak dapat melihat dan kita memiliki kendala bahasa. Sebenarnya,  tidak dibutuhkan bahasa saat itu. Dengan menggenggam erat tangan mereka dan menyalurkan kehangatan ke hati mereka, mereka akan duduk dengan kita dan menggenggam tangan erat kita. Mereka akan merasa tenang.

Melihat penderitaan di Sierra Leone, saya sungguh tidak tega. Saya menyadari bahwa sungguh ada penderitaan seperti itu. Kita melihat kerasnya kehidupan mereka dan fasilitas medis yang tidak memadai. Begitulah kondisi mereka. Tzu Chi telah melihat kondisi fasilitas medis di sana. Para relawan melihat kondisi tempat tidur di sana.

Seorang relawan Tzu Chi dari Malaysia mendengar ada yang membutuhkan tempat tidur dan segera berniat untuk menyediakannya. Saya berkata bahwa mereka tidak mengerti cara menggunakan tempat tidur yang kita gunakan sekarang. Kita harus membuat tempat tidur manual seperti yang kita gunakan 50-60 tahun lalu sehingga mereka dapat menggunakannya. Saya sangat berterima kasih kepada relawan pengusaha dari berbagai negara yang bersama-sama memberikan bantuan materi.


Saat mendengar anak-anak di Sierra Leone membutuhkan sepatu, relawan dari Malaysia dan Filipina segera mengirimkan sepatu. Para relawan menyanggupinya dengan sangat cepat. Ini sungguh merupakan kebaikan hati dalam kehidupan. Buddha mengatakan bahwa manusia memiliki hakikat kebuddhaan. Hakikat kebuddhaan adalah kebajikan yang tidak tega  melihat penderitaan semua makhluk.

Buddha juga mengatakan bahwa kita tidak dapat melawan hukum karma. Kita tidak dapat memilih untuk lahir di mana. Mereka yang lahir di keluarga berada juga tidak punya kuasa untuk memilih dilahirkan di keluarga mana. Kita tidak memiliki pilihan atas itu. Hanya berkah dari kebajikan yang kita buat di masa lampau yang membuat kita memiliki jalinan jodoh baik untuk terlahir di keluarga yang berada.

Meski berjodoh untuk lahir di keluarga yang kekurangan, bukan berarti kita tidak dapat mengubah keadaan. Kita bisa mengubah keadaan dari kekurangan menjadi berada. Orang kaya juga belum tentu selamanya kaya. Semua bergantung pada berapa banyak berkah yang kita bawa. Apabila kita tidak membawa berkah, walaupun lahir di keluarga kaya, saat ketidakkekalan terjadi dengan berbagai sebab, kita tidak dapat menghindar darinya.

Jadi, kita harus menggenggam masa kini, seperti saat kita mengambil foto, dengan cepat kita mengabadikan momen berisi orang serta benda-benda di suatu negara. Foto tersebut membuktikan bahwa kita telah mengunjungi daerah tersebut. Ini merupakan nilai kehidupan yang sering saya bahas belakangan ini. Mereka yang bersumbangsih memiliki kehidupan yang bernilai.

 

Saat mengenang kembali perjalanan kita  selama puluhan tahun ini, kita dapat melihat benih yang kita tabur. Besar kecilnya pohon bergantung pada gen bawaan benih tersebut. Pohon memiliki gen bawaannya sendiri, juga membutuhkan kondisi pendukung. Pohon membutuhkan tanah, air, sinar matahari, dan udara. Pohon memerlukan empat unsur tersebut untuk tumbuh dari sebutir benih, bertunas, menjadi pohon kecil, pohon besar, berbunga, berbuah, dan berkembang menjadi tak terhingga.

Kita perlu menginspirasi banyak orang, bagai pohon besar yang tumbuh menjadi tak terhingga. Untuk itu, kita perlu menggenggam waktu dan membuat kehidupan kita bernilai. Relawan Tzu Chi telah menjalaninya dengan sumbangsih nyata. Dunia ini indah berkat insan Tzu Chi. Relawan Tzu Chi indah karena kemurnian hatinya. Mereka terjun ke tengah masyarakat. Saat melihat penderitaan semua makhluk, mereka akan memikirkan cara  untuk membantu. Jadi, banyak hal yang perlu disyukuri.

Waktu terus berlalu, berbagai hal juga dicapai detik demi detik. Tzu chi telah ada sejak lebih dari 50 tahun lalu dan harus terus diwariskan hingga masa yang tak terhingga. Semua ini bergantung pada  pemahaman kalian saat ini. Selain itu, saya harap kalian dapat mempraktikkannya bersama-sama.

Staf ini berusia 24 tahun. Dia saja dapat mengubah kehidupan orang, terlebih kita. Jadi, diantara kita, tidak ada yang tidak berdaya. Kita semua memiliki kekuatan cinta kasih. Terima kasih kepada relawan yang banyak membantu, tetapi sedikit bicara. Namun, yang terpenting,  “Jangan lupakan tahun itu. Jangan lupakan orang-orang saat itu. Jangan lupakan tekad itu.”

Saat satu orang berseru, ratusan orang menghimpun cinta kasih
Turut merasakan penderitaan orang dan memberikan bantuan
Genggamlah masa kini untuk giat menyebar benih kebajikan
Perpaduan berbagai sebab dan kondisi menghasilkan buah kebajikan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 1 Desember 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 3 Desember 2019

Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -