Ceramah Master Cheng Yen: Menumbuhkan Jiwa Kebijaksanaan dan Menabur Benih Kebajikan

Setiap hari, banyak hal terjadi di dunia ini. Setiap kali melihat bencana alam atau ulah manusia yang datang silih berganti, hati saya merasa sangat tidak tenang. Bagaikan anak-anak yang masih asyik bermain di dalam rumah yang tengah terbakar, bagaimanapun ayah mereka terus memanggil dan mengingatkan dari luar bahwa kondisi di dalam sangat bahaya karena sekeliling rumah sudah terbakar dan mereka harus segera keluar, anak-anak ini tetap asyik bermain dan sangat nakal.

Mereka mendengar, tetapi tak menghiraukan; menghiraukan, tetapi tidak paham. Mereka tidak mengerti apa yang disebut bahaya. Mereka hanya memandangi ayah mereka, tetapi tidak tahu kekhawatiran di dalam hatinya. Kadang, mengapa saya suka mengulang perumpamaan dari Sutra Bunga Teratai ini?

Karena bagian ini sangat berkesan bagi saya. Saya sendiri juga bertanya pada diri sendiri apakah saya juga berada dalam rumah itu dan menjadi anak yang nakal. Saya juga bertanya pada diri sendiri sudahkah saya terus mengingatkan diri sendiri bahwa dunia ini bagai rumah yang tengah terbakar. Sudahkah saya mengingatkan diri sendiri? Sudahkah saya menggenggam kesempatan untuk keluar dari rumah yang terbakar ini? Setiap hari saya bertanya pada diri sendiri. Entah apakah saat mendengar ini, kalian menjadi lebih waspada.

Bencana akibat ulah manusia berawal dari pikiran. Jadi, kita harus terlebih dahulu mengendalikan pikiran kita. Setelah pikiran sendiri terkendali, kita harus segera bertekad dan berikrar untuk berbuat baik kepada orang-orang yang kita kenal, kerabat di sekitar kita atau teman dan kerabat dari teman kita. Dari sini, kita menjalin jodoh baik.

 

Berbuat baik berarti menciptakan berkah. Untuk menjalin jodoh baik secara luas, tidak cukup jika kita hanya mengandalkan jaringan yang kita miliki sendiri. Kita juga harus mengandalkan jaringan orang-orang di sekitar kita. Ini bagai bola kristal dengan satu titik pusat; bagaikan setetes air yang riaknya terus meluas. Inilah cara menggalang Bodhisatwa dunia.

Setiap orang bertekad menjadi Bodhisatwa. Jika dipenuhi Bodhisatwa, barulah dunia ini akan damai. Jika orang-orang tidak membangkitkan cinta kasih, kondisi dunia akan sangat mengkhawatirkan. Jadi, Bodhisatwa sekalian, semoga semua orang dapat sungguh-sungguh mempraktikkan Dharma dan membimbing semua makhluk.

Kita semua harus memanfaatkan waktu yang ada untuk menerima siraman Dharma serta membimbing orang yang berjodoh. Kita harus membimbing diri sendiri dan menyucikan diri sendiri, baru bisa menyucikan orang lain. Selain menyucikan pikiran sendiri, kita juga berusaha menyucikan pikiran orang lain. Saat hati semua orang tersucikan, barulah kita semua dapat memasuki Jalan Bodhi.

Untuk memasuki Jalan Bodhi, kita harus terlebih dahulu membangkitkan Bodhicitta. Kita harus terlebih dahulu membangkitkan kesadaran di dalam hati dan menyucikan hati kita sendiri. Dengan demikian, barulah kita dapat memiliki batin yang cemerlang, mengembangkan tiga kebijaksanaan, dan memahami Empat Kebenaran Mulia, barulah hati kita akan cemerlang.

 

Tiga sumber kebijaksanaan ialah mendengar, merenungkan, dan praktik. Setelah mendengarkan Sutra, kita harus merenungkannya di dalam hati. Jangan hanya mendengarnya sambil lalu. Kita harus memasukkannya ke dalam hati dan merenungkannya, lalu mempraktikkannya. Jadi, Dharma harus meresap ke dalam hati dan tindakan kita harus sesuai Dharma.

Berjalan di Jalan Bodhisatwa, kita juga harus mempraktikkan tiga latihan tanpa celah, yakni Sila, Samadhi, dan Kebijaksanaan. Setelah menyerap Dharma lewat mendengar, merenungkan, dan praktik, kita harus mengembangkan sila, samadhi, dan kebijaksanaan.

Semua orang juga harus bersatu hati. Dengan melatih Sila, Samadhi, dan Kebijaksanaan, batin kita akan cemerlang dan kita akan mampu melihat hakikat sejati. Semua ini dimulai dari menyucikan batin sendiri, lalu menyucikan batin orang lain sehingga masyarakat harmonis dan damai. Semua ini dimulai dari tekad awal untuk mempraktikkan Dharma dan membimbing semua makhluk.

Waktu berlalu dengan cepat. Saya selalu bertanya kepada diri sendiri, seiring menuanya usia saya, apakah jiwa kebijaksanaan saya bertumbuh. Inilah yang menjadi perhatian saya. Demikianlah diri saya. Saya juga berharap murid-murid saya juga mengingatkan diri masing-masing. Seiring berlalunya satu hari, usia kita juga berkurang sehari. Kapan ketidakkekalan datang, kita tidak tahu. Namun, ini tidak penting.

 

Semua orang pasti menghadapi hukum alam ini. Yang terpenting adalah jiwa kebijaksanaan kita. Sudahkah kita bertemu Dharma, menerimanya, dan menyerapnya ke dalam hati? Sudahkah kita senantiasa mengingat Dharma sehingga batin kita bertumbuh?

Saudara sekalian, ajaran Jing Si bagaikan air jernih. Untuk menyirami jiwa kebijaksanaan dan menabur benih kebajikan, kita membutuhkan air kebijaksanaan. Tanpa air ini, benih yang ditabur tidak akan bertunas. Jadi, kita harus memiliki Dharma yang bagai air untuk menyirami jiwa kebijaksanaan kita. Dengan begitu, benih Bodhi yang kita tabur baru bisa tumbuh menjadi hutan. Harap semua orang memiliki tekad di hati.

Semoga semua orang sungguh-sungguh memanfaatkan waktu yang ada saat ini untuk mempraktikkan Dharma dalam keseharian dan menjadi Bodhisatwa di dunia ini. Dalam mempelajari ajaran Buddha, kita harus mempraktikkan ajaran dalam kehidupan dan menjadi Bodhisatwa di dunia ini. Setiap orang hendaknya memiliki tekad untuk menjaga bumi ini dan sepenuh hati menerima Dharma. Kita harus tahu bahwa kita semua tinggal di atas bumi dan di kolong langit yang sama. Hidup di alam yang sama sebagai manusia, berkah setiap orang juga merupakan berkah bagi diri kita.

Mengingatkan diri bahwa dunia bagai rumah yang terbakar
Bertekad untuk berbuat baik dan menjalin jodoh baik
Menyucikan pikiran dan menumbuhkan jiwa kebijaksanaan
Menaburkan benih Bodhi hingga bertunas menjadi hutan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 04 Oktober 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, 
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 06 Oktober 2019
Mengonsumsi minuman keras, dapat melukai orang lain dan mengganggu kesehatan, juga merusak citra diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -