Ceramah Master Cheng Yen: Menumbuhkan Kembali Nilai Kekeluargaan dan Moralitas
Kemarin, Afganistan tiba-tiba diguncang gempa dahsyat berkekuatan 7,5 skala Richter. Getaran gempa juga terasa di Pakistan dan India. Selain banyak bangunan yang runtuh, juga terjadi tanah longsor. Ada lebih dari 1.000 korban luka-luka yang dilarikan ke rumah sakit. Ini sungguh mengerikan. Dalam sekejap, rumah para warga menjadi puing-puing bangunan dan banyak orang yang kehilangan orang yang paling dikasihi.
Selain itu, entah luka para korban ringan atau berat. Apakah sarana pengobatan setempat dapat menangani begitu banyak pasien? Saat memikirkan hal ini, saya merasa sangat khawatir. Belakangan ini, kita sering mendengar tentang masalah lansia di masyarakat. Setelah mendengar tentang hal ini, saya terus berpikir, apakah lansia benar-benar menjadi sebuah masalah di masyarakat?
Perlu kita ketahui bahwa masyarakat bisa hidup sejahtera dan setiap keluarga bisa hidup bahagia dan tenteram berkat para lansia yang mendedikasikan hidup mereka selama puluhan tahun. Meski sebagian dari mereka hidup kekurangan, mereka tetap gigih berjuang untuk menopang keluarga dan membesarkan anak-anak mereka. Mereka mengatasi segala kesulitan agar anak-anak mereka dapat menerima pendidikan dan meniti karier. Kemajuan perindustrian dan perdagangan sekarang ini juga berkat para lansia yang berkontribusi pada masa-masa tersulit untuk membangun fondasi yang kukuh bagi keluarga dan masyarakat. Hingga kini, para lansia ini masih terus berkontribusi.
Lihatlah para relawan di posko daur ulang, anggota Tzu Cheng, dan anggota komite kita. Bukankah sebagian besar dari mereka sudah berusia di atas 60 tahun? Meski demikian, mereka tetap bersumbangsih tanpa pamrih demi masyarakat dan bumi kita. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu. Sesungguhnya, menghormati para lansia juga harus masuk dalam pendidikan. Kita hendaknya berterima kasih kepada para lansia yang telah bekerja keras di masa lalu untuk membangun fondasi yang kukuh sehingga hidup masyarakat bisa begitu sejahtera. Jadi, kita hendaknya berterima kasih dan menghormati para lansia.
Pendidikan harus dimulai dari sekarang. Ini bukan hanya tentang pendidikan di sekolah, tetapi juga tentang moralitas dan nilai-nilai kekeluargaan di tengah masyarakat. Inilah pendidikan yang dibutuhkan oleh setiap orang. Jika dalam satu keluarga, empat atau lima generasi bisa tinggal bersama, Alangkah baiknya jika dalam satu keluarga,empat atau lima generasi bisa tinggal bersama sehingga setiap lansia dapat hidup bersama keluarga mereka.Saat orang tua mereka masih bisa membantu,banyak orang yang berkata, “Ibu, bantulah saya merawat anak saya.”
“Ibu, rumah saya tidak ada yang jaga.”
“Ibu masih sangat sehat, tinggallah di rumah saya.”
Namun, begitu orang tua mereka jatuh sakit, mereka berkata, “Ini merupakan tanggung jawab Kakak.” Namun, sang kakak berkata, “Kakak iparmu merasa ini bukan ide yang bagus. Kami berdua sangat sibuk.”
“Dahulu Ibu selalu membantu merawat anak dan mendukung bisnismu, seharusnya kamu yang merawat Ibu.”
Tidak ada yang ingin merawat orang tua mereka. Lalu, ke mana orang tua mereka harus pergi? Akhirnya, mereka diantarkan ke panti wreda. Banyak lansia yang mengalami hal yang sangat memilukan ini. Mereka sungguh menderita. Kini banyak orang yang membicarakan perhatian jangka panjang. Para lansia membutuhkan perhatian jangka panjang dari organisasi-organisasi di masyarakat.
Sesungguhnya, setiap orang di masyarakat hendaknya menghormati semua lansia. Seluruh masyarakat hendaknya menghormati para lansia. Namun, yang terpenting adalah nilai-nilai kekeluargaan. Jika kita dapat merawat orang tua di rumah kita sendiri, bukankah itu yang terbaik?
Akan tetapi, banyak orang yang mengantarkan orang tua mereka ke tempat lain atau meninggalkan mereka di kampung halaman yang terpencil. Saat anak-anak mereka hidup di perkotaan yang jauh, mereka hidup sebatang kara di kampung halaman. Inilah kondisi yang kita lihat saat ini. Kita harus sungguh-sungguh mengintrospeksi diri dan mencari cara untuk memberikan pendidikan.
Apakah kita harus kembali pada praktik zaman dahulu di mana beberapa generasi tinggal dalam satu atap? Pada zaman dahulu, lima generasi,
empat generasi, atau tiga generasi bisa hidup bersama dan menikmati kebahagiaan keluarga. Bukankah sangat baik jika bisa demikian? Di Shanghai, Tiongkok, kita bisa melihat sekelompok besar lansia dan anak muda. Relawan kita mengimbau mereka untuk turut melakukan daur ulang.
Imbauan para relawan kita membuat banyak orang mengubah pola hidup dan turut melakukan daur ulang. Kegiatan daur ulang ini telah membawa perubahan bagi orang-orang yang beraktivitas di sebuah taman.
Selain itu, para relawan kita juga mengunjungi para lansia secara rutin dengan penuh kesabaran dan cinta kasih. Para relawan Tzu Chi membentuk tim untuk mengunjungi para lansia. Lewat interaksi mereka, bisa diketahui bahwa insan Tzu Chi telah mencurahkan perhatian kepadanya dalam jangka panjang. Relawan kita berkata, “Kakek, relawan yang datang hari ini lebih banyak. Bagaimana kalau sebagian dari kami mengobrol dengan Kakek dan yang lainnya membantu Kakek membersihkan rumah?”
Kakek itu berkata, “Baik.” Sekelompok besar relawan kita memperhatikan kakek yang hidup sebatang kara itu bagai keluarga sendiri. Setiap bulan, dia selalu menantikan kedatangan insan Tzu Chi.
Dari sini bisa diketahui bahwa kasih sayang ini sudah lama terjalin. Jadi, kita harus terus menyebarkan kasih sayang dan cinta kasih di dunia ini. Tentu saja, saya berharap setiap orang dapat kembali pada nilai-nilai kekeluargaan dan moralitas masa lalu. Jika bisa demikian, bukankah dunia akan tenteram? Inilah yang harus segera kita usahakan sekarang.
Melihat ketidakkekalan akibat ketidakselarasan unsur tanah
Para lansia bekerja keras untuk membuka jalan bagi keluarga dan masyarakat
Menunaikan kewajiban untuk membalas budi dan menghormati orang tua
Semoga para lansia dapat melewati masa tua dengan tenang bersama keluarga mereka
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 27 Oktober 2015