Ceramah Master Cheng Yen: Menunaikan Kewajiban dan Mendoakan Kedamaian Dunia
Melihat bencana alam yang terjadi, saya sungguh merasa bahwa sebesar apa pun kekuatan seseorang, tetap tidak bisa mengalahkan kekuatan alam. Lihatlah, guncangan yang terjadi dalam sekejap bisa sangat berbahaya. Buddha berkata bahwa bumi sangatlah rentan. Dalam Sutra Delapan Kesadaran Manusia Agung, Buddha berkata bahwa bumi sangatlah rentan. Bukankah ini telah sepenuhnya menjelaskan bahwa dunia ini sangat rentan? Itu bagaikan gelembung di permukaan air. Air yang digoyang akan bergejolak.
Saat permukaan air tenang kembali, kita bisa melihat gelembung yang tipis dan ringan. Kita juga bisa melihat beragam warna di permukaan gelembung itu. Jika mengamatinya dengan lebih cermat, kita bisa melihat gelembung-gelembung itu merefleksikan pemandangan alam. Sungguh indah dan menakjubkan. Namun, bagaikan mimpi dan bayangan, semua itu semu dan bisa lenyap seketika. Demikianlah kondisi dunia ini.
Orang-orang sering kali bersikap perhitungan hingga menimbulkan bencana alam dan bencana akibat ulah manusia. Bencana alam berasal dari akumulasi karma buruk manusia. Meski kita mengatakan bahwa tanah longsor adalah bencana alam, tetapi sesungguhnya, itu merupakan akibat dari akumulasi karma buruk manusia dan aktivitas manusia dalam keseharian yang telah merusak dan mencemari alam.

Belakangan ini, saya sering mengulas hal ini. Meski tidak bisa dilihat ataupun diraba, kekuatan karma terus terakumulasi sedikit demi sedikit. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan dan kebijaksanaan. Hanya saja, manusia diliputi ketidaktahuan sehingga tidak bisa melihat prinsip kebenaran. Karena itulah, orang-orang terus bertikai. Dengan pemikiran yang dangkal, orang-orang hanya bertikai satu sama lain tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sejati adalah ketenteraman.
Antarmanusia hendaknya saling menghormati, bahkan lebih menghormati orang lain. Orang yang memiliki kekuasaan tinggi bisa saja menimbulkan peperangan. Bagi orang biasa yang diliputi kegelapan batin yang tebal, mereka mungkin bertikai demi menarik perhatian. Karena itulah, saya mengulas hukum sebab akibat setiap hari.
Kita hendaknya menenangkan hati dan pikiran untuk memahami bahwa mundur berarti maju. Ketika kita berpapasan dengan orang lain di jalan yang sempit, tetapi tidak ada yang mau mengalah, maka tidak ada satu pun yang bisa melangkah maju. Demikianlah hati yang sempit. Orang yang hatinya sempit tidak akan memahami kebenaran. Untuk memahami kebenaran, kita harus terlebih dahulu melapangkan hati. Jika semua orang memiliki hati yang lapang, dunia akan damai dan tenteram. Pertikaian pun bisa dihindari. Satu pihak enggan mengalah dan pihak lainnya ingin menunjukkan bahwa mereka lebih kuat, inilah yang membuat dunia ini tidak damai.

Saya sering berkata bahwa saat memiliki satu, orang-orang merasa kurang sembilan. "Mengapa saya baru memiliki satu dolar? Jika saya diberikan sembilan dolar lagi, berarti saya memiliki sepuluh dolar." Setelah memiliki sepuluh dolar, mereka berpikir, "Jika memperoleh 90 dolar lagi, saya akan memiliki 100 dolar. Lalu, jika memperoleh 900 dolar lagi, saya akan memiliki seribu dolar." Setelah itu, mereka mungkin menginginkan 10 ribu, bahkan 100 juta dolar. Intinya, mereka selalu menginginkan lebih.
Orang-orang yang selalu menginginkan lebih ini, apakah mereka menderita? Karena selalu menginginkan lebih, orang-orang pun bertikai demi kekuasaan dan keuntungan. Pertikaian demi kekuasaan dan keuntungan bisa berkembang dari individu ke masyarakat, kota, kabupaten, bahkan negara. Demikianlah ini terjadi, bagaikan riak air. Setetes air yang jatuh ke permukaan air dapat menimbulkan riak air yang terus meluas. Inilah riak air yang bisa ditimbulkan oleh setetes air. Orang-orang selalu menginginkan lebih. Saat melihat seguci air, mereka berharap semuanya menjadi milik mereka.

Saat kita menjatuhkan setetes air ke dalam guci, riak-riak air akan terbentuk di permukaan air. Namun, perlu kita ketahui bahwa sesuatu yang kecil juga dapat menimbulkan kerusakan. Ketika setetes air terjatuh ke dalam sebaskom tepung, kita dapat segera menyingkirkannya karena akan terbentuk gumpalan. Tetesan air yang terjatuh ke dalam sebaskom tepung akan membentuk gumpalan. Kita harus segera mengangkat gumpalan itu agar tepung dalam baskom tetap terjaga.
Jika kita menuangkan tepung ke dalam seguci air, semua tepung akan menggumpal. Makin banyak tepung, makin besar pula gumpalannya. Tepung yang dituang ke dalam air akan membuat air itu keruh. Bagaimana cara kita mempertahankan kejernihan air ini agar ia dapat terus menopang kehidupan? Jika kita mengaduknya, air itu pasti akan keruh.
Kita hendaknya senantiasa menjaga kemurnian hati kita, seperti menjaga kejernihan air untuk menopang kehidupan dan menjaga vitalitas Bumi ini. Jadi, kita harus mempelajari prinsip kebenaran dari hal-hal yang kecil hingga besar dan sungguh-sungguh menunaikan kewajiban kita. Kelembapan tidak perlu berlebihan karena berlebihan bisa menimbulkan bencana. Intinya, saat segala sesuatu pas pada tempatnya, itulah kondisi yang damai dan tenteram.
Kehidupan tidak kekal dan bumi pun rentan
Akumulasi karma buruk menimbulkan bencana
Menunaikan kewajiban dan saling menghormati
Melapangkan hati dan mendoakan kedamaian dunia
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 03 April 2025
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 05 April 2025