Ceramah Master Cheng Yen: Menunaikan Kewajiban untuk Melenyapkan Penderitaan
Setibanya di Rumah Sakit Tzu Chi, saya melihat para dokter yang berdedikasi sesuai ikrar dan profesi mereka tanpa menyimpang sedikit pun. Mereka berusaha menyelamatkan kehidupan dengan bantuan teknologi tinggi. Dengan kehidupannya, mereka menyelamatkan kehidupan orang lain. Saya sungguh terharu dan bersyukur. Sungguh banyak hal yang patut disyukuri.
Para perawat juga bagaikan Bodhisatwa Avalokitesvara berjubah putih yang berlengan dan bermata seribu. Setelah para dokter memeriksa pasien, para perawatlah yang akan membantu merawat pasien. Ini adalah wujud kerja sama yang harmonis. Demikianlah seharusnya manusia menunaikan kewajibannya. Inilah dedikasi yang tertinggi dan tidak dapat dibeli dengan uang.
Terima kasih atas kesungguhan para dokter. Saat menapakkan kaki di badan misi kesehatan kita, saya selalu merasa bahagia. Para staf bekerja sama dengan harmonis. Ini merupakan sebuah hadiah besar bagi saya. Sepanjang hari, hati saya penuh rasa syukur. Terima kasih atas sumbangsih para relawan, dokter, serta para staf di rumah sakit kita. Melihat dan mendengar sumbangsih kalian, saya sungguh bahagia.
Saya pun teringat suatu kejadian lebih dari dua bulan yang lalu. Saat itu insan Tzu Chi dari seluruh dunia kembali untuk menghadiri rapat. Saya berkata kepada insan Tzu Chi Amerika bahwa dalam kehidupan ini tiada penyesalan bagi saya. Dalam misi amal, jejak Tzu Chi telah sampai ke-99 negara, diawali dari bantuan bencana. Saya juga berterima kasih kepada para relawan atas uluran tangan semua orang bagi Afrika Timur. Saya juga berterima kasih kepada empat kepala Rumah Sakit Tzu Chi yang turut pergi ke Afrika Timur. Tentu, saya juga berterima kasih kepada TIMA (Tzu Chi International Medical Association –red).
Warga di sana sungguh menderita. Penderitaannya tak dapat diungkapkan lewat kata-kata. Namun, kita semua memiliki harapan untuk mengubah kondisi Afrika Timur. Kita berharap dapat mengubah penderitaan dan kemiskinan menjadi ketenteraman. Semoga kelak hal ini dapat terwujud dan warga di sana dapat segera hidup sejahtera. Orang-orang dapat memahami tujuan ini. Jadi, setelah menerima bantuan dari kita, semoga kelak para warga juga memiliki kekuatan untuk membantu negara lain. Ini adalah hal yang pasti.
Insan Tzu Chi telah mengemban misi di sana dan pulang dengan penuh rasa sukacita. Dengan adanya jalinan jodoh, benih relawan setempat pun berkembang. Banyak relawan yang dilantik di Taiwan dan kembali mengembangkan benih Tzu Chi di negara masing-masing sampai tak terhingga.
Kini, kantor Tzu Chi sudah tersebar di 59 negara dan terus bertambah. Ini membuat saya terharu. Belakangan ini, saya sering mengingatkan agar kita tidak melupakan tahun-tahun sejarah Tzu Chi, tidak melupakan setiap orang, dan tidak melupakan tekad yang dibangun. Tentu, orang yang dimaksud adalah sekelompok besar orang, yaitu insan Tzu Chi yang bersama-sama mewujudkan misi Tzu Chi. Saya merasa bersyukur dan tiada penyesalan. Saya tidak menyesal memulai misi amal meski harus bersusah payah.
Di dalam perjalanan misi amal, kita menemukan banyak orang yang sakit karena hidup kekurangan. Mereka membutuhkan pertolongan. Ada pula yang hidup kekurangan karena sakit. Kita menolong orang yang sakit karena kekurangan dan sebaliknya. Kemiskinan dan penyakit bagai anak kembar. Jadi, setelah 10 tahun misi amal berjalan, kita mulai berencana untuk membangun rumah sakit. Pada awal dasawarsa kedua Tzu Chi, kita mulai merencanakan pembangunan rumah sakit. Proyek pertama misi kesehatan Tzu Chi ialah rumah sakit di Hualien. Kini Pusat Medis Tzu Chi Hualien telah berusia 33 tahun. Misi amal Tzu Chi telah berjalan 53 tahun, dimulai dari himpunan uang 50 sen hingga saat ini. Misi kesehatan diawali oleh misi amal. Misi pendidikan diawali oleh misi kesehatan. Misi budaya humanis diawali oleh misi pendidikan, misi kesehatan, dan misi amal.
Dibutuhkan suatu kesatuan yang benar, bajik, dan indah sebagai arah yang diwujudkan di dunia. Inilah fungsi misi budaya humanis. Kita juga melihat Kepala Rumah Sakit Chien telah menggarap ladang berkah di berbagai bidang. Selain misi kesehatan, beliau juga berkecimpung dalam misi budaya humanis. Beliau telah mengisi lima ribu episode program acara di Da Ai TV dan memperoleh penghargaan pada Golden Bell Awards.
Singkat kata, ini semua tercapai seiring waktu. Segalanya terpupuk seiring waktu. Belakangan ini saya sering berpesan agar kita tidak menyia-nyiakan waktu sedetik pun dan terus bersumbangsih selangkah demi selangkah. Kata-kata ini sangat sederhana. Sungguh, setiap detik terakumulasi menjadi bulan dan tahun. Satu menit atau satu jam sangatlah berharga. Segala sesuatu terakumulasi seiring waktu. Segala pencapaian dalam Misi Amal Tzu Chi merupakan akumulasi dari tetes-tetes sumbangsih setiap orang dalam setiap detik.
Direktur pelaksana misi amal Tzu Chi pernah mengonversi waktu sumbangsih para relawan dalam satu tahun ke dalam nilai uang. Nilainya lebih dari 10 miliar dolar NT. Para relawan bersumbangsih tanpa pamrih. Perhitungan itu baru dari segi waktu, belum mencakup biaya transportasi. Para relawan mengeluarkan sendiri biaya transportasi mereka. Saat akan melakukan survei atau kunjungan kasih kepada pasien, para anggota Komite Tzu Chi selalu membawa buah tangan. Ini tentu belum masuk dalam perhitungan. Perhitungan jam pelayanan saja sudah mencapai 10 miliar dolar NT. Demikianlah insan Tzu Chi bersumbangsih.
Setiap hari, di Taiwan saja, akumulasi jam kerelawanan Tzu Chi sudah begitu banyak. Dalam setahun, nilainya mencapai 10 miliar dolar NT. Para relawan bersumbangsih bagi Taiwan. Selain itu, ada pula relawan Tzu Chi di negara lain yang juga sungguh-sungguh menjalankan misi. Bukan hanya menyelamatkan kehidupan, mereka juga menggenggam waktu yang ada untuk menyelamatkan Bumi dan mengurangi polusi udara. Untuk meredam pemanasan global, dibutuhkan partisipasi kita semua untuk terlebih dahulu menyucikan hati manusia dan menunaikan kewajiban dalam bersumbangsih.
Menunaikan
kewajiban untuk menyelamatkan kehidupan
Mengubah
kondisi Afrika dengan cinta kasih
Tiada
penyesalan di jalan Tzu Chi
Memanfaatkan
setiap waktu untuk memupuk cinta kasih
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 30 Juni 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Li Lie, Marlina
Ditayangkan tanggal 2 Juli 2019