Ceramah Master Cheng Yen: Menunjukkan Dharma lewat Perbuatan


Di dunia yang penuh dengan penderitaan ini, Bodhisatwa dunia makin dibutuhkan. Kita hendaknya menggalang lebih banyak Bodhisatwa untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Makin banyak Bodhisatwa, makin banyak berkah yang diciptakan.

Untuk menghalau bencana dan mewujudkan ketenteraman, satu-satunya cara ialah menciptakan berkah bagi dunia dengan tulus. Kita bisa melihat para insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih di tengah masyarakat selama bertahun-tahun. Di mana pun berada, para insan Tzu Chi selalu bekerja sama untuk bersumbangsih secara sistematis.

Semua relawan dapat melatih diri dan berbagi pengalaman. Inilah ajaran Tzu Chi. Kita terus mewariskan ajaran Tzu Chi. Sesungguhnya, apa yang diajarkan oleh Tzu Chi? Bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih dan terjun ke komunitas untuk mencurahkan perhatian. Di mana pun orang yang membutuhkan berada, setelah menerima laporan, kita akan segera pergi untuk mencari tahu apa yang mereka butuhkan dan memberikan bantuan sesuai kebutuhan mereka.

Dengan cinta kasih yang tulus, relawan kita membersihkan setiap sudut rumah mereka serta membantu memandikan mereka. Kita juga meminta para tetangga untuk memperhatikan dan menjaga mereka. Demikianlah insan Tzu Chi. Kita mengasihi dan menyayangi semua orang seperti keluarga sendiri. Inilah yang disebut Bodhisatwa.

Bodhisatwa tidak tega melihat makhluk lain menderita. Namun, kita tidak bisa mengunjungi orang yang menderita setiap hari. Karena itu, kita meminta tetangga mereka untuk memperhatikan kondisi mereka dan menghubungi kita jika ada keperluan. Inilah kekuatan cinta kasih insan Tzu Chi. Semoga makin banyak orang yang membangkitkan cinta kasih.


Saya bersyukur kepada para insan Tzu Chi yang menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Saya harus menggenggam waktu yang ada. Kini, jalinan jodoh telah matang. Yang perlu dilakukan sekarang ialah mewariskan Dharma. Untuk mewariskan Dharma, insan Tzu Chi harus mempraktikkan Dharma. Kalian dapat menunjukkan Dharma lewat perbuatan kalian. Kalian juga hendaknya menunjukkan cinta kasih yang tulus serta bertekad dan berikrar untuk menjadi Bodhisatwa.

Kini, kalian tengah menapaki Jalan Bodhisatwa. Di Jalan Bodhisatwa ini, janganlah kalian tersesat. Setelah bertahun-tahun mengikuti pelatihan dan bersumbangsih, barulah kalian dapat dilantik menjadi relawan oleh saya. Kalian hendaknya memikul tanggung jawab atas semua makhluk. Kini, saat melantik relawan muda, saya selalu menepuk-nepuk bahu mereka dan berpesan pada mereka untuk memikul bakul beras bagi dunia.

Ada banyak orang yang menderita akibat kelaparan, kemiskinan, dan penyakit. Mereka semua membutuhkan Bodhisatwa. Setelah terjun ke tengah masyarakat dan melihat penderitaan, bandingkanlah dengan kondisi diri sendiri. Melihat penderitaan orang-orang, kita pun menyadari bahwa diri sendiri sangat beruntung sehingga kita dapat menyadari berkah.


Saya menyadari berkah setiap hari. Saat mengangkat semangkuk nasi, saya bersyukur atas nasi dan sayur di atas meja yang lezat serta lengkap dalam warna, aroma, dan cita rasa. Jadi, saya merasa bahwa diri sendiri dipenuhi berkah. Karena itu, saya beranjali dengan hati yang tulus. Sebelum makan, kita selalu beranjali terlebih dahulu. Kita bukan melihat makanannya lezat atau tidak, melainkan beranjali untuk bersyukur dan merenungkan dari mana makanan itu berasal.

Para petani mencangkul tanah, meratakan tanah, dan menaburkan benih demi benih. Mereka juga harus rutin menyiramnya dan merawatnya dengan baik. Puluhan hari kemudian, sebutir benih dapat bertumbuh menjadi sebatang tanaman sayur. Jadi, sebutir benih dapat bertumbuh dan menopang kehidupan banyak orang. Bisakah kita tidak bersyukur? Karena itulah, saya sering mengingatkan insan Tzu Chi untuk merenungkan dari mana makanan kita berasal.

Mengenai pakaian, melihat kalian berpakaian rapi, orang-orang langsung tahu bahwa kalian adalah insan Tzu Chi yang menapaki Jalan Bodhisatwa di dunia. Orang-orang dapat langsung mengenali kalian karena kalian berpakaian rapi dan perilaku kalian penuh tata krama. Demikianlah insan Tzu Chi. Jadi, Bodhisatwa sekalian, inilah yang disebut mewariskan Dharma.


Dahulu, saya bersusah payah melatih diri di pondok kayu. Setelah meninggalkan pondok kayu itu, saya bertekad dan berikrar untuk terjun ke tengah masyarakat. Demikianlah saya memulai Tzu Chi selangkah demi selangkah. Pada masa-masa awal, kita membuat kantong semen, menjahit, dan sebagainya untuk bertahan hidup. Kita sangat bersusah payah, tetapi kita selalu berpegang pada prinsip kita untuk hidup mandiri dan tidak menerima persembahan. Namun, kini saya ingin berkata bahwa saya telah menerima persembahan besar. Bukankah para Bodhisatwa di seluruh dunia telah memberikan persembahan kepada saya?

Dengan melakukan apa yang ingin saya lakukan dan mewujudkan harapan saya, bukankah kalian telah memberikan persembahan tertinggi pada saya? Karena itu, saya beranjali dan bersyukur kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia yang bersumbangsih dengan cinta kasih. Selain itu, saya juga berharap semua orang dapat menyatukan hati. Dalam melatih diri dan menjalankan misi Tzu Chi, semua orang hendaknya menyatukan hati untuk berjuang demi ajaran Buddha dan semua makhluk. 

Menyayangi semua makhluk bagai keluarga sendiri
Memberi bantuan sesuai kebutuhan dan mengimbau warga saling memperhatikan
Menunjukkan cinta kasih dalam perbuatan
Menjalankan ikrar dengan hati Buddha dan tekad guru

Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 13 Juli 2023
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Felicia
Ditayangkan Tanggal 15 Juli 2023
Dalam berhubungan dengan sesama hendaknya melepas ego, berjiwa besar, bersikap santun, saling mengalah, dan saling mengasihi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -