Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Berkah dan Mempraktikkan Cinta Kasih Universal

Dunia ini penuh dengan bencana. Kita bisa melihat Cile telah dilanda kebakaran selama sebulan lebih. Wilayah Cile sangat sempit dan panjang. Di wilayah selatan, kebakaran hutan terus merambat hingga ke wilayah pemukiman. Kini kita juga melihat banjir di wilayah utara. Hujan deras di wilayah utara memicu terjadinya tanah longsor yang mengakibatkan akses jalan terputus.

Kebakaran di wilayah selatan belum dipadamkan, di wilayah utara sudah terjadi banjir. Jadi, wilayah selatan dilanda kebakaran, sedangkan wilayah utara dilanda banjir. Meski panjang wilayah Cile 4.000 kilometer lebih, tetapi sanggupkah negara ini menghadapi bencana seperti ini? Ini sungguh membuat orang merasa khawatir.

Meski insan Tzu Chi di Cile tidak banyak, tetapi saya sangat mengkhawatirkan mereka. Karena itu, saya segera berpesan untuk menanyakan keselamatan para relawan kita di sana. Jika insan Tzu Chi tidak selamat, bagaimana kita bisa memberikan bantuan kepada para korban bencana? Kita juga harus memperhatikan relawan kita.

doc tzu chi

Kebakaran hutan di Argentina juga sudah berlangsung selama hampir sebulan. Kini Argentina berada dalam musim panas. Cuaca yang panas menjadi semakin panas akibat kebakaran. Kebakaran ini telah berlangsung hampir sebulan. Inilah yang terjadi di Bumi tempat tinggal kita. Kita hidup di atas bumi yang sama dan di kolong langit yang sama. Karena itu, antarmanusia harus saling memperhatikan.

Tahun lalu, gempa bumi mengguncang Meinong, Kaohsiung dan meruntuhkan sebuah gedung. Kini satu tahun telah berlalu. Gempa bumi tersebut terjadi dua hari sebelum Tahun Baru Imlek, yakni tanggal 28 bulan 12 Imlek. Pada umumnya, disebut sebagai malam sebelum malam Tahun Baru Imlek. Hari itu, orang-orang seharusnya merayakannya.

Namun, sebelum matahari terbit, terjadi gempa bumi. Akibat gempa bumi tersebut, banyak orang yang terpisah dengan keluarga mereka tewas, terluka, dan menderita. Insan Tzu Chi segera bergerak memberi bantuan. Saat itu, insan Tzu Chi terus berada di lokasi gempa untuk mendampingi para korban gempa dan petugas pemadam kebakaran. Ada petugas pemadam kebakaran dari wilayah utara, selatan, dan tengah Taiwan yang pergi ke sana untuk membantu.

doc tzu chi

Insan Tzu Chi tidak pernah meninggalkan lokasi gempa bumi serta terus memperhatikan para korban gempa dan anggota tim penyelamat. Mereka tidak merayakan Tahun Baru Imlek. Insan Tzu Chi terus memberi pendampingan di lokasi gempa bumi, rumah sakit, dan rumah duka. Mereka sudah melupakan perayaan Tahun Baru Imlek.

Sumbangsih mereka sungguh membuat orang tersentuh. Satu tahun pascagempa, pemerintah Kota Tainan mengadakan sebuah acara bagi para korban gempa bumi untuk mengenang kembali masa lalu. Acara itu diadakan untuk mengenang lebih dari 100 orang yang tewas dalam gempa bumi tersebut. Karena itulah, para korban gempa bumi diundang dalam acara makan bersama menjelang Tahun Baru Imlek. Tzu Chi juga diundang.

Pemerintah berharap Tzu Chi dapat berkumpul lagi dengan korban gempa bumi dan petugas pemadam kebakaran untuk memberi cinta kasih dan penghiburan. Setelah menerima kabar ini, para bhiksuni di Griya Jing Si segera menyiapkan kue mangkuk. Setelah dikemas, kue-kue itu dikirimkan dengan kereta api. Taiwan Railways Administration membantu kita mengantarkannya secara gratis sehingga kue-kue itu bisa sampai di Tainan.

doc tzu chi

Setelah menerima kue-kue itu, relawan di Kantor Cabang Tzu Chi Tainan segera mengemas bingkisan. Bukan hanya kue mangkuk, mereka juga menyiapkan apel dan barang lainnya. Mereka mengemasnya satu per satu hingga terlihat penuh kehangatan. Setiap paket mewakili doa kita yang penuh kehangatan. Penderitaan telah berlalu.

Sekarang, kita akan merayakan Tahun Baru Imlek dengan gembira. Kita memberikan bingkisan kepada para korban gempa bumi dan petugas pemadam kebakaran yang hadir dalam acara tersebut sebagai wujud doa kita bagi mereka. Pemandangan itu sungguh penuh kehangatan. Inilah yang terjadi di Tainan.

Di dunia ini, jika setiap orang membangkitkan sebersit niat baik, maka masyarakat akan sangat harmonis. Meski gempa bumi merupakan bencana alam, tetapi jika kita segera menggunakan cinta kasih untuk menenangkan para korban bencana, maka mereka akan lebih cepat bangkit kembali. Inilah kekuatan cinta kasih.

Dalam pembagian bantuan musim dingin di Tiongkok, kita bisa melihat bagaimana insan Tzu Chi mengasihi lansia dan orang yang menderita. Ada seorang lansia yang tidak bisa berbicara sehingga tidak bisa menyampaikan penderitaannya. Dia tidak bisa berbicara dan tidak bisa mendengar. Insan Tzu Chi mendampinginya pulang ke rumah dan mengantarkan barang bantuan untuknya.

Hidupnya sungguh sangat menderita. Banyak relawan yang meneteskan air mata setelah mengetahui kondisi kehidupannya. Relawan kita membentangkan sehelai selimut di ranjangnya dan membantunya mengenakan jaket. Inilah cinta kasih manusia yang memiliki hati Buddha dan Bodhisatwa.

Menjadi Buddha tidaklah sulit, menjadi Bodhisatwa juga sangat mudah. Asalkan bisa membangkitkan niat baik dan bertindak secara nyata, kita bisa membawa banyak manfaat bagi dunia ini. Sungguh, wilayah yang dijangkau oleh insan Tzu Chi untuk bersumbangsih sangat luas. Tema kita tahun ini adalah “memupuk berkah: dalam sebutir beras terhimpun cinta kasih sepanjang masa”, “membina kebijaksanaan: dalam hal terkecil pun terkandung Dharma yang mengubah kehidupan”. Makna tema ini sangat dalam, tetapi mempraktikkannya sangatlah mudah.

Lihatlah seorang relawan kita yang penuh welas asih. Melihat nenek itu begitu menderita, dia tidak bisa menahan air matanya. Dia berlutut di hadapan nenek itu untuk membantunya mengenakan sarung tangan agar tangan nenek itu lebih hangat. Lihatlah, saat bersumbangsih dengan kekuatan cinta kasih, kita bisa merasakan penderitaan orang lain.

Kita harus menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan senantiasa bersyukur. Bersumbangsih tidaklah sulit, sangat mudah. Inilah yang disebut Bodhisatwa dunia. Kita semua bisa melihatnya.

Wilayah yang terus dilanda kebakaran hutan membutuhkan bantuan

Berkumpul untuk mengenang korban jiwa satu tahun pascagempa

Mengantarkan bingkisan yang penuh kehangatan sebagai wujud doa yang tulus

Menyadari berkah setelah melihat penderitaan dan mempraktikkan cinta kasih universal

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 25 Januari 2017

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,

Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -