Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Empat Kebenaran Mulia dan Bertekad Menuju Bodhi


Buddha datang ke dunia untuk mengajari dan memberi kita semua sebuah arah yang sama. Namun, ini tidak dapat ditempuh hanya pada satu kehidupan. Kita harus terus memupuk jalinan jodoh dengan sukacita. Terhadap orang yang hubungannya kurang baik dengan kita, kita harus bersabar dan menjalin jodoh baik dengannya selama satu masa kehidupan ini. Dengan demikian, jalinan jodoh baik akan bertambah dan jalinan jodoh buruk akan berkurang hingga akhirnya kita memiliki jalinan jodoh baik yang cukup dan jalinan jodoh buruk kita termurnikan.

Sering kali, ketika selesai melantunkan atau mendengarkan Sutra, kita akan melafalkan bait-bait pelimpahan jasa. "Semoga tiga rintangan dan noda batin lenyap adanya. Semoga memperoleh kebijaksanaan dan pemahaman yang benar. Semoga semua rintangan karma terkikis habis. Dari kehidupan ke kehidupan selalu berada di Jalan Bodhisatwa." Syair pelimpahan jasa ini mendeskripsikan bagaimana kita seharusnya melatih diri di alam manusia ini.

Prinsip kebenaran yang harus kita pahami tak lepas dari Empat Kebenaran Mulia. Dari mana datangnya penderitaan? Dari hasil akumulasi sebab penderitaan. Apakah sebab penderitaan yang terakumulasi itu? Berbagai noda batin. Seiring waktu, noda batin pun bertambah. Berbagai jalinan jodoh buruk, kebencian, dan rasa dendam terus terakumulai dan bertambah seiring kelahiran kembali kita di enam alam kehidupan.

Makhluk awam selalu mengulangi hal yang sama. Mudah bagi kita untuk melupakan nasihat baik yang diberikan orang lain kepada kita. Sebaliknya, saat seseorang mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaan kita, meskipun hanya sekali, kita bisa menyimpan kebencian di dalam hati kita dalam jangka waktu yang sangat lama. Kita tidak hanya menyimpannya dalam hati, tetapi juga terus mengulangi dan memupuknya.


Seseorang datang untuk memberi tahu kita bahwa ada orang tertentu yang berprasangka buruk terhadap kita. Setelah itu, setiap kali kita melihat orang itu, bahkan sebelum dia mengatakan apa-apa, kita sudah berprasangka buruk terhadapnya, membencinya, atau mengucilkannya. Demikianlah makhluk awam.

Sebelum mengenal atau bertemu orang itu pun, kita sudah berprasangka terhadap orang itu. Kita tidak menyukainya, mengucilkannya, dan mengeluh tentangnya. Kita terus mengulanginya sehingga membuat diri sendiri sulit untuk berinteraksi dengannya.

Kita bisa menerima perkataan orang lain dengan sukacita. Namun, sekalipun orang-orang yang kita benci mengatakan sesuatu yang baik, kita tetap salah menafsirkannya. Itu hanya akan menambah noda batin kita sendiri, membuat jalinan hubungan makin jauh, dan menimbulkan makin banyak kebencian. Demikianlah makhluk awam terus menjalin jodoh buruk antarsesama lewat tubuh, ucapan, dan pikiran.

Ketika melihat seseorang, kita berpikir dalam hati, "Orang ini tidak baik. Hal-hal yang dia lakukan tidaklah benar." Kita telah berprasangka buruk padanya sehingga kita pun mengucilkannya. Karma lewat tubuh, ucapan, dan pikiran ini berlipat ganda. Terlebih lagi, perbuatan tidak bersahabat itu telah merugikan orang lain.


Karma buruk yang diciptakan lewat tubuh, ucapan, dan pikiran itu bermula dari kegelapan dan noda batin kita. Manusia merupakan makhluk awam yang diliputi kegelapan dan noda batin sehingga banyak menciptakan karma buruk kolektif. Jika kita menciptakan banyak karma buruk, pada kehidupan mendatang, kita tentu akan terlahir kembali di negara atau di lingkungan yang tidak kita inginkan, bahkan harus menghadapi berbagai kesulitan dan penderitaan.

Kehidupan dan lingkungan kita akan penuh dengan penderitaan karena negara tempat kita tinggal tidak tenteram, dipenuhi dengan orang-orang yang saling bertikai, berebut, bersaing, dan memendam kebencian dalam hati. Kita tidak bisa menjalani kehidupan yang tenteram.

Bukan hanya kita sendiri yang mengalami hal ini, melainkan juga mereka yang menciptakan karma buruk serupa bersama-sama dengan kita. Di tempat dan waktu yang sama, orang-orang ini akan hidup saling membenci dan memupuk rasa dendam. Demikianlah karma buruk kolektif semua makhluk. Itulah sebabnya, ada begitu banyak negara yang penuh penderitaan di seluruh dunia.

Di tengah kehidupan yang tidak tenteram, sulit bagi masyarakatnya untuk mendapatkan edukasi ataupun bimbingan ke arah kebajikan. Jadi, penderitaan yang dialami makin bertambah karena mereka kurang berkesempatan menciptakan berkah. Di tengah penderitaan besar ini, Buddha datang ke dunia yang diliputi lima kekeruhan ini dengan harapan dapat membimbing manusia.


Di alam manusia, kebaikan dan keburukan bercampur. Manusia masih ada kesempatan untuk dibimbing dan masih dapat melakukan kebajikan. Namun, tanpa jalinan jodoh baik, manusia akan terus berbuat jahat. Jadi, manusia dapat menciptakan surga ataupun neraka di alam manusia ini.

Orang yang berkah menciptakan surga di dunia dan mereka seakan-akan hidup di surga. Tentu saja, orang baik yang berbuat baik akan mendapatkan balasan yang baik. Mereka membawa jalinan jodoh baik ini ke kehidupan mendatang. Dengan demikian, mereka dapat terlahir kembali di lingkungan yang sesuai harapan untuk melatih diri dari kehidupan ke kehidupan.

Sekalipun terlahir di negara yang penuh penderitaan, mereka tidak akan kehilangan niat baik mereka. Mereka akan menyelamatkan orang-orang yang menderita dengan jalinan jodoh yang dimiliki. Inilah tujuan utama Buddha datang ke dunia.  

Memurnikan keburukan dan meningkatkan kebaikan
Menyadari Empat Kebenaran Mulia dan giat melatih diri
Mengikis karma buruk dan melenyapkan kegelapan batin
Memiliki kebijaksanaan dan pemahaman yang benar untuk menuju Bodhi

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 09 April 2022
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina, Devi
Ditayangkan tanggal 11 April 2022
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -