Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Ketidakkekalan dan Melenyapkan Penderitaan

Hidup manusia tidak kekal dan bumi pun rentan. Inilah yang terdapat dalam pembukaan Sutra Delapan Kesadaran Manusia Agung. Sesungguhnya, orang-orang melewati hari demi hari tanpa menyadari bahwa hidup ini tidak kekal. Meski hari demi hari terus berlalu, tetapi dari kecil hingga dewasa, berusia paruh baya, dan berusia lanjut, yang kita hadapi hanyalah kehidupan manusiawi.

Apa pun yang kita sukai, kita akan berusaha mendapatkannya. Apa pun yang tidak kita sukai, kita akan berusaha menghindarinya.  Seperti inilah manusia. Kita berusaha mendapatkan yang kita sukai dan berusaha menghindari yang tidak kita sukai. Akan tetapi, apakah kita bisa menghindarinya?

Kita harus memahami di dunia ini, apa yang harus kita lakukan agar hidup kita bermakna. Apa pun yang terjadi, jangan menghindar. Hadapilah dengan berani. Kita juga tidak perlu bersusah payah mengejar sesuatu yang bukan milik kita yang membuat kita sibuk seumur hidup. Tidak ada seorang pun yang tahu kapan ketidakkekalan akan datang.

Buddha datang ke dunia ini untuk memberi tahu kita bahwa hidup manusia penuh dengan penderitaan. Penderitaan berasal dari akumulasi berbagai sebab dan kondisi. Mengapa saya terlahir di dunia ini? Mengapa kondisi kehidupan orang lain begitu baik, sedangkan kondisi kehidupan saya begitu buruk? Buddha mengajari kita bahwa jawabannya terdapat pada kehidupan lampau kita. Di kehidupan lampau, orang lain mungkin menciptakan berkah, sedangkan kita menciptakan karma buruk. Jika bisa memahami hal ini, kita telah mendapatkan jawabannya.

Berhubung karma yang kita ciptakan di kehidupan lampau tidak bisa diubah, maka kita hanya bisa menerima buah karma kita di kehidupan sekarang. Namun, setelah memahami kebenaran, kita harus membentangkan jalan bagi kehidupan berikutnya. Kita hendaknya bisa memahami hal ini. Jika bisa lebih memahami Dharma, maka saat menghadapi manusia, hal, dan materi, pikiran kita akan lebih terbuka dan lebih tenang. Dengan demikian, saat menghadapi kesulitan, kita dapat menenangkan pikiran kita dan mengembangkan potensi kita untuk melakukan apa yang harus dilakukan.

Lihatlah kondisi di Taitung, terutama Taimali. Terjangan topan kali ini menimbulkan kerusakan parah. Tahukah kalian betapa khawatirnya saya selama beberapa hari itu? Saya sungguh sangat khawatir. Karena itulah, saya terus mengimbau orang-orang untuk mawas diri, berhati tulus, serta membangkitkan tekad dan ikrar. Saat ini, hanya ketulusan hati semua oranglah  yang bisa menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa.

Saya juga sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh Taiwan. Lihatlah, pascatopan kali ini, insan Tzu Chi dari wilayah utara, selatan, dan tengah Taiwan berinisiatif berkata, “Master, izinkanlah kami pergi ke Taitung”. Setelah saya menganggukkan kepala, mereka pun datang secara bergilir. Tolong teruskan barang-barangnya ke dalam.

Relawan yang datang berjumlah 28 orang. Di antara mereka, terdapat tukang kayu, tukang besi, tukang leding, dan teknisi listrik. Setelah tiba di lokasi bencana, kita akan langsung memberikan bantuan sesuai kebutuhan warga. Mereka memanfaatkan pengalaman mereka dalam melakukan survei bencana dan menjalin jodoh baik dengan warga setempat selama berhari-hari. Awalnya, saya khawatir kedatangan mereka akan menambah beban relawan setempat. Namun, mereka berkata kepada saya bahwa mereka bisa menjaga diri sendiri. Jadi, semua orang bagaikan satu keluarga.

Saat dibutuhkan, kita bisa melihat insan Tzu Chi dari wilayah yang berbeda-beda bersatu hati. Semua relawan dari wilayah utara, tengah, selatan, dan timur Taiwan memiliki kesatuan hati.

“Saya berasal dari Nepal,”kata  Maniram Pradhan, seorang Relawan Tzu Chi.

“Mengapa Anda berada di sini?,” tanya Cai Ming-hong, Relawan Tzu Chi.

“Karena Tzu Chi juga membantu Nepal. Saya yang berada di Taiwan tentu harus membantu di sini. Selain itu, saya juga merupakan insan Tzu Chi. Setelah menolong orang yang membutuhkan bantuan, saya merasa sangat bahagia. Kebahagiaan ini tidak bisa dibeli dengan uang. Menolong sesama merupakan hal yang sangat membahagiakan. Saya sangat tersentuh. Begitu banyak relawan yang jauh-jauh datang ke sini untuk memperhatikan dan menghibur kami,” kata Maniram Pradhan.

“Kalian juga membantu memperbaiki rumah kami. Saya tersentuh sekali,” ujar Cai Ming-hong, Relawan Tzu Chi.

Sesungguhnya, melakukan survei sangat melelahkan. Adakalanya, mereka harus melakukannya di bawah guyuran hujan deras ataupun di bawah panas terik matahari. Mereka membutuhkan banyak waktu karena harus mengunjungi lebih dari 1.000 keluarga. Awalnya, mereka berencana mengunjungi puluhan ribu keluarga. Bagaimana mereka mengatur rute dan membagi tugas? Ini sungguh sangat sulit. Mereka sangat bekerja keras.

Awalnya, saya ingin segera datang untuk melihat kondisi di sini. Namun, saya merasa bahwa saya tidak dapat membantu, hanya akan membebani para relawan kita. Jika datang ke sini, saya akan merepotkan relawan kita. Semua relawan memiliki tugasnya masing-masing. Karena itu, saya berpikir bahwa para relawan yang dapat membantu harus segera bergerak untuk memberikan bantuan.

Saya tetap berada di Griya Jing Si untuk berdoa dengan tulus semoga semua orang aman dan tenteram. Hari ini, saat datang ke sini, saya ingin berkunjung ke Taimali, tetapi jadwal saya sudah sangat padat. Saya sangat gembira kalian bisa datang menemui saya. Melihat kalian semua selamat, saya bisa merasa tenang. Saat saudara se-Dharma kita hidup stabil, barulah saya bisa merasa tenang. Saya datang ke sini kali ini untuk mengunjungi kalian semua. Melihat kalian semua hidup aman dan tenteram, saya bisa merasa tenang. Saat menghadapi kesulitan, kalian harus menyampaikannya karena kalian merupakan murid saya dan kita harus bersumbangsih bagi semua orang di seluruh dunia.

Jika kondisi kehidupan kita tidak stabil, bagaimana kita bisa besumbangsih bagi sesama? Kali ini, saya datang ke sini untuk melihat kondisi kalian dan yang terpenting adalah berterima kasih kepada kalian. Saya berharap lewat bencana kali ini, kita dapat menyadari ketidakkekalan di dunia dan memahami bahwa orang yang menderita membutuhkan bantuan Bodhisatwa.

Untuk membina sekelompok Bodhisatwa dunia, kita harus membimbing dan menginspirasi setiap orang menjadi orang yang bisa menolong sesama. Inilah berkah yang sesungguhnya. Karena itu, kita harus bersungguh hati memahami hal-hal yang terjadi di dunia. Yang terpenting adalah merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia.

Ada banyak orang di seluruh dunia yang membutuhkan bantuan kita. Jadi, kita harus merekrut lebih banyak Bodhisatwa. Jika ada orang yang bersedia, maka kita harus mengajak mereka melakukan survei kasus. Kita bisa memulainya dari sekarang. Untuk melakukan survei bencana saat ini, kita bukan hanya bisa mengajak insan Tzu Chi, tetapi juga bisa mengajak orang-orang yang bertekad untuk memberikan bantuan. Jika mereka bersedia, maka kita bisa mengajak mereka untuk bersama-sama melakukan survei. Ini merupakan proses membina Bodhisatwa dunia. Apakah kalian paham? (Paham) Baik, terima kasih.

Memahami Empat Kebenaran Mulia setelah mengalami ketidakkekalan

Mencurahkan perhatian pascabencana sekaligus meringankan penderitaan

Insan Tzu Chi di seluruh dunia memiliki kesatuan hati

Merekrut lebih banyak Bodhisatwa dunia dan memperluas cinta kasih

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 28 Agustus 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 30 Agustus 2016

Meski sebutir tetesan air nampak tidak berarti, lambat laun akan memenuhi tempat penampungan besar.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -