Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Ketidakkekalan dan Membangkitkan Kesadaran

Kita bisa melihat bencana akibat ulah manusia kerap terjadi. Ini sungguh memprihatinkan. Buddha mengingatkan kita untuk mengamati alam semesta dan mengingat ketidakkekalan.

Kehidupan kita bukan bersifat abadi. Meski hari ini hidup tenteram, kita tidak tahu apakah besok kita masih hidup tenteram. Kita harus sungguh-sungguh berintrospeksi dan mengamati kesadaran batin kita untuk mencapai Bodhi.

Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Bodhi ialah hakikat kesadaran yang dimiliki oleh semua orang. Namun, mengapa orang-orang masih hidup di tengah delusi dan tidak tersadarkan sehingga menimbulkan banyak bencana akibat ulah manusia dan merusak bumi?

Perilaku manusia sulit dijelaskan. Karena itu, Buddha menggunakan kebijaksanaan-Nya untuk membimbing kita dengan harapan kita dapat memahami ajaran-Nya dan menjaga pikiran kita. Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang berwujud, termasuk gunung, sungai, dan bumi, mengalami fase terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur. Kita harus memahami bahwa sesungguhnya, segala sesuatu tidaklah kekal.

Akibat ulah manusia yang terus merusak dan menghancurkan bumi, ketidakkekalan akan semakin cepat terjadi. Mengapa bisa demikian? Karena pikiran manusia.

 

Belakangan ini, saya terus berkata bahwa jangan melupakan tekad awal kita. Tekad dapat mendukung segala pencapaian. Dengan membangun tekad, kita bisa melakukan hal-hal mulia yang tidak bisa dilakukan orang lain. Bukankah insan Tzu Chi seperti itu?

Mendengar saya berkata bahwa kita sudah tidak punya cukup waktu, sepasang suami istri bersatu hati untuk segera melakukan hal yang benar.

“Saya kurang bisa berbagi tentang ajaran Master, tetapi saya menyerapnya ke dalam hati. Pendidikan saya tidak tinggi sehingga kalah dari orang lain dalam banyak hal. Namun, kami bisa bersumbangsih secara nyata. Sejak mulai melakukan daur ulang sampai sekarang, tekad saya tidak pernah mundur,” kata Kakak Huang Rui-zhen.

Mereka sudah puluhan tahun melakukan daur ulang. Dimulai dari usia paruh baya, kini mereka sudah hampir berusia 80 tahun. Bukankah tindakan mereka merupakan suatu peringatan bagi umat manusia?

Selain berkontribusi bagi lingkungan, mereka juga mengingatkan kita tentang masalah lingkungan yang serius. Meski kekuatan mereka kecil, tetapi dedikasi mereka telah menyentuh hati banyak orang.

 

Di samping Aula Jing Si Kaohsiung, terdapat sebuah posko daur ulang. Begitu menginjakkan kaki ke dalam, kita akan tercengang melihat begitu banyak barang daur ulang yang entah relawan kita kumpulkan dari berapa banyak tempat. Sebelum dirapikan, barang-barang itu sangat kotor dan berantakan. Setelah dirapikan oleh relawan kita, barang-barang itu menjadi bersih dan rapi. Setiap hari, para relawan yang bagaikan semut kecil di Gunung Sumeru ini melakukan hal besar.

Di Kaohsiung terdapat banyak posko daur ulang besar seperti ini. Di salah satu posko daur ulang saja sudah terdapat begitu banyak barang daur ulang. Bayangkanlah, berapa sampah yang tercipta setiap hari?

Para relawan ini terlihat biasa saja, tetapi melakukan hal-hal yang sangat mulia. Sesuai ajaran Buddha, semua orang bersumbangsih tanpa pamrih. Mereka telah mengamati hakikat kesadaran mereka dan bersumbangsih secara nyata. Sepaham dan sepakat saja tidak cukup, kita harus bertindak secara nyata. Lewat tindakan nyata kita, orang-orang bisa memahami bahwa barang daur ulang bukan hanya bisa dikumpulkan dan dijual, tetapi juga bisa dibersihkan dan diolah menjadi kain atau barang-barang lainnya.

Sampah juga bisa diolah menjadi konblok yang berkualitas tinggi. Demikianlah kita mengolah barang yang tidak bisa digunakan lagi menjadi barang yang berguna. Kita bisa melakukan daur ulang berkat kecanggihan teknologi. Ini membutuhkan kesungguhan hati. Dengan menunjukkan produk hasil daur ulang, kita dapat mengimbau orang-orang untuk melakukan daur ulang agar sampah tidak tertimbun di dalam tanah dan permukaan bumi tidak mengeras. Inilah tujuan yang harus kita capai. Kita harus membangkitkan kesadaran batin untuk mencapai Bodhi. Kita harus membina kebijaksanaan agar bisa menyadari dan memahami pentingnya melakukan daur ulang. Tentu saja, yang terbaik ialah bersih dari sumbernya.

 

Kita hendaknya jangan membangkitkan ketamakan. Ada orang yang membeli banyak barang, lalu membuangnya begitu saja. Ini merupakan pemborosan. Untuk itu, kita sangat tidak berdaya. Kita harus bersih dari sumbernya, jangan hanya mengejar kepuasan sesaat. Manusia hendaknya sungguh-sungguh mengamati kesadaran batin untuk mencapai Bodhi dan menerapkan pola hidup sederhana.

Jika sudah sepaham dan sepakat, kita harus bertindak secara nyata. Jangan terus membeli dan membuang barang lagi. Jika bisa berbuat demikian, berarti kita telah membangkitkan kesadaran dan memasuki Jalan Bodhi.

Semoga setiap orang dapat memahami kebenaran ini agar bencana alam dan ulah manusia dapat berkurang. Ketamakan membuat orang menginginkan materi, bahkan menimbulkan pertikaian. Pertikaian antarmanusia telah menimbulkan arus pengungsi. Ini berawal dari ketamakan manusia. Ada banyak orang yang menderita karena mengungsi, masalah ekonomi, masalah politik, dan bencana alam. Sungguh, banyak bencana yang mendatangkan penderitaan.

Menyadari ketidakkekalan dan membangkitkan kesadaran
Menghapus ketamakan dan menjaga kebersihan dari sumbernya
Kekuatan satu orang sangat kecil
Himpunan kebajikan banyak orang dapat mewujudkan harapan

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 21 Agustus 2019
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia,
Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 23 Agustus 2019

Semua manusia berkeinginan untuk "memiliki", padahal "memiliki" adalah sumber dari kerisauan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -