Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Ketidakkekalan dan Mencurahkan Cinta Kasih
Hal-hal di dunia ini tidak bisa diprediksi. Ketidakkekalan bisa datang dalam sekejap. Kemarin, pagi-pagi sekali, saya merasa sangat sedih. Saya bahkan tidak bisa mengungkapkan apa yang saya pikirkan. Sungguh, kesedihan saya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata karena hati saya terasa hampa. Sekitar pukul 10 pagi, saya meninjau kondisi di luar. Pemandangan yang terlihat sebelum tiba di lokasi yang terkena dampak serius perlahan-lahan membuat saya tenang. Di dalam hati, saya sangat bersyukur karena setiap rumah yang terlihat baik-baik saja. Saya terus bersyukur di dalam hati. Kemudian, saya tiba di lokasi yang terkena dampak serius. Dari jauh, saya melihat bahwa gedung yang besar itu sudah miring. Itu sangat berbahaya. Warga hendaknya tidak mendekati gedung tersebut. Saya sungguh sedih melihatnya.
Saya juga merasakan bahwa kekuatan alam sangat besar. Dalam sekejap, gedung sebesar itu mengalami kerusakan parah. Upaya penyelamatan juga penuh bahaya. Bagi orang yang terperangkap di dalam, waktu terasa berjalan sangat lambat. Mereka sangat panik dan menderita. Anggota tim penyelamat juga harus menerjang bahaya. Para pahlawan penyelamat sungguh pantas mendapat apresiasi. Kita hendaknya kagum pada mereka. Mereka rela membahayakan diri sendiri demi menjalankan tugas. Ini sungguh membuat orang tersentuh.
Kemarin, cuaca sungguh sangat dingin. Di lokasi bencana, hujan rintik-rintik dan bangunan yang rusak membuat suasana terasa suram dan menyedihkan. Saya merasakan kesedihan yang tidak bisa dideskripsikan. Hidup manusia tidaklah kekal. Bangunan-bangunan juga tidak sanggup menghadapi guncangan gempa bumi dan bisa roboh dalam sekejap. Jadi, baik kehidupan maupun bangunan sekukuh apa pun, semuanya tidak sanggup melawan kekuatan alam. Sesehat dan semuda apa pun seseorang, tetap tidak bisa melawan ketidakkekalan. Saya semakin merasakan kebenaran ini. Saya berharap kehidupan para korban bencana dapat perlahan-lahan pulih. Namun, semua orang tetap harus meningkatkan kewaspadaan.
Saya juga sangat bersyukur kepada insan Tzu Chi yang merupakan Bodhisatwa dunia. Kemarin, usai meninjau lokasi bencana, saya pergi ke Aula Jing Si. Saat itu sudah siang hari. Saya melihat insan Tzu Chi yang tidak tidur sepanjang malam. Mereka telah pergi ke berbagai tempat untuk memberi penghiburan dan bantuan meski cuaca sangat dingin. Ada pula sekelompok relawan di Aula Jing Si yang mendiskusikan penyaluran bantuan lanjutan. Mereka semua memiliki cinta kasih tanpa pamrih. Ini sungguh sangat menyentuh. Kemarin, kita juga menerima curahan perhatian dari Tiongkok dan berbagai negara lainnya. Yang lebih menyentuh adalah anak-anak pengungsi di Turki. Setelah tahu bahwa Hualien diguncang gempa bumi, mereka pun berdoa bagi korban bencana dan berdonasi. Saat Tainan diguncang gempa 2 tahun lalu, mereka juga berbuat demikian. Selain itu, juga ada banyak orang di berbagai negara yang berdoa bagi Taiwan dengan hati yang tulus. Para staf badan misi Tzu Chi di Taiwan, terlebih rumah sakit, juga berdoa dengan tulus. Ketulusan dalam berdoa sangat penting. Saat ini, kita hanya bisa bersumbangsih semampu kita bagi korban bencana. Yang terpenting adalah ketulusan. Gema doa yang tulus bisa menjangkau para Buddha dan Bodhisatwa.
Di Taipei, kita juga menyiapkan selimut dan barang bantuan lainnya. Kepala Stasiun Songshan dan para staf di stasiun tersebut juga mengerahkan segenap hati dan tenaga untuk membantu kita memindahkan barang bantuan ke dalam kereta. Yang membuat saya semakin bersyukur adalah banyaknya penumpang muda yang turut membantu. Berkat bantuan mereka semua, lebih dari seribu helai selimut dan barang bantuan lainnya dapat dipindahkan ke dalam kereta api dengan cepat. Setelah barang bantuan tiba di Hualien, juga ada banyak orang yang membantu kita sehingga barang bantuan bisa diturunkan dengan cepat. Ini berkat cinta kasih banyak orang.
Saya berterima kasih kepada Menteri Perhubungan, Tsai Duei, yang segera mengatur segalanya. Saya juga berterima kasih kepada Master Fang Bakery di Kaohsiung yang segera menggerakkan karyawan untuk membuat roti. Kemarin, roti mereka telah tiba di
Hualien. Saya juga berterima
kasih
kepada para bhiksuni di Griya
Jing Si
yang terus menyiapkan makanan dari tengah malam hingga matahari terbit. Saya juga berterima kasih kepada Universitas Sains dan Teknologi Tzu Chi yang mengemban tanggung jawab untuk menyiapkan makan siang. Selain itu, sisanya disiapkan di Griya Jing Si. Saya sungguh sangat bersyukur.
Kita telah mengirimkan lebih
dari 600 kotak sarapan. Singkat kata, banyak orang di seluruh Taiwan yang mengerahkan kekuatan cinta kasih untuk memberikan bantuan. Banyak kisah yang ingin saya bagikan. Saat ini, cuaca sangatlah dingin. Banyak warga yang menerima tempat tidur lipat kita, tetapi tidak bisa tidur
di atasnya dengan tenang. Ada
yang lebih memilih untuk tidur di atas
lantai.
Sebagian anak muda, terlebih
anak-anak, tidak berani tidur di
tempat tidur lipat karena gempa susulan bisa terjadi kapan saja. Jadi, mereka lebih memilih untuk tidur di atas lantai. Selain itu, juga ada banyak orang yang tidak berani memasuki bangunan. Ada yang rumahnya baik-baik saja, tetapi mereka tidak berani pulang. Jadi, dalam beberapa hari ini, ketakutan di dalam hati warga belum hilang. Intinya, hidup manusia tidaklah kekal. Setiap orang harus meningkatkan kewaspadaan. Jadi, bermawas diri dan berhati tulus sangatlah penting. Jangan mudah melupakan pelajaran yang diperoleh saat bencana terjadi.
Melihat kondisi yang menyedihkan di lokasi bencana
Memberi penghiburan dengan penuh cinta kasih sepanjang malam
Segera memberi dukungan untuk menyalurkan bantuan bencana
Meningkatkan kewaspadaan dan mengingat bahwa hidup tidaklah kekal
Ceramah Master Cheng Yen tanggal 8 Februari 2018
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 10 Februari 2018
Editor: Yuliati