Ceramah Master Cheng Yen: Menyadari Ketidakkekalan di Dunia

Setiap tahun, bertepatan dengan Festival Kue Bulan, kita mengadakan konferensi TIMA sedunia. Para dokter berkumpul bersama di Taiwan. Kondisi tahun ini mirip dengan tahun lalu, yaitu sejak konferensi belum dimulai, peringatan akan datangnya topan sudah dikeluarkan. Namun, semua orang masih berharap untuk dapat kembali ke kampung halaman batin. Di satu sisi, melihat mereka tiba dengan selamat, saya sangat bersyukur dan terharu. Terlebih lagi, saat berkumpul bersama, semua orang saling memperhatikan dan saling belajar dari kelebihan masing-masing. Semua ini sangat menyentuh.

Para pembicara juga membawakan materi dengan menarik. Di antaranya, ada seorang profesor terkenal yaitu Dr. Wise Young yang diundang untuk berbicara. Mendengar beliau berbagi di Griya Jing Si kemarin, saya juga sangat tertarik dan gembira. Semoga kelak beliau dapat menjalin kerja sama yang baik dengan dr. Lin di Taiwan demi mengembangkan pengobatan saraf otak dengan menggunakan sel punca bagi pasien penderita penyakit saraf atau stroke. Kita memintanya berbagi di hadapan para dokter, dan beliau pun bersedia. Namun, acara harus ditutup lebih awal karena topan diperkirakan akan datang kembali.

 

Ini membuat saya khawatir sekali lagi. Sebuah topan lain diperkirakan akan mendekat ke Taiwan. Bayangkan, beberapa hari ini saya  sangat mengkhawatirkan kondisi Taiwan. Dari sini kita sungguh dapat menyadari bahwa dunia ini sungguh penuh penderitaan. Buddha sudah membabarkan tentang penderitaan ini. Untuk melenyapkan penderitaan ini, kita harus melenyapkan berbagai noda batin dan kuncinya terletak pada pikiran. Pikiran kita harus bias melepas. Bagaimana saya dapat melepas? Di dalam dunia materi ini, kita berhubungan dengan banyak orang, hal, dan benda. Bagaimana kita dapat melepas? Kekhawatiran tentu sulit dihindari. Yang bisa dilakukan hanyalah berdoa dengan tulus.

Topan Malakas terus menguat, sedangkan Topan Meranti telah membawa kerusakan bagi daerah selatan Taiwan. Kita juga mendengar bahwa insan Tzu Chi di selatan, khususnya Pingtung dan Kaohsiung, sudah sibuk untuk membagikan makanan hangat dan meninjau lokasi bencana. Yang mereka lakukan juga sangat menyentuh. Saat terjadi bencana akibat topan atau terjadi insiden baik kecil maupun besar, insan Tzu Chi segera bergerak.

Di Kaohsiung ada sepasang kakak beradik yang berusia 80 tahun lebih. Ruang tamu rumah mereka roboh akibat topan. “Saat itu saya sedang duduk di ruang tamu. Saya duduk sampai sekitar pukul 10.30, lalu masuk ke kamar. Tidak lama setelah itu, atap di ruang tamu roboh. Waktunya hanya berselang sekitar 10 menit,” Ungkap Bapak Ye. Pagi-pagi sekali, insan Tzu Chi mengunjunginya. Dia sangat menderita. Bisa dibilang dia sangat syok dan ketakutan.

 

Setelah memahami keadaannya, insan Tzu Chi segera memberi mereka angpau dan menenangkan hati mereka. Mereka pun perlahan-lahan mulai merasa tenang. Kini tentu insan Tzu Chi tengah memikirkan cara untuk memindahkan kakak beradik ini ke tempat yang aman dan melihat kemungkinan untuk memberikan bantuan lebih jauh kelak. Ini adalah contoh bahwa segala sesuatu dapat terjadi dalam sekejap. Begitulah kehidupan manusia.

Selain itu, di Desa Hongye di Taitung juga terjadi tanah longsor. Insan Tzu Chi kemarin sudah tiba di desa itu untuk membagikan makanan hangat dan mengantarkan tempat tidur lipat ke posko pengungsian yang aman. Warga setempat juga sangat berterima kasih kepada insan Tzu Chi yang segera datang meninjau kondisi mereka. Ya, beginilah kondisi alam. Sesungguhnya, 15 tahun yang lalu, Topan Nari juga datang pada tanggal yang sama, tepatnya 16 September. Saat itu, kantor Da Ai TV yang masih berlokasi di Nangang juga kebanjiran. Saat itu para relawan bersama-sama bergerak untuk menyelamatkan kaset-kaset rekaman dan alat-alat yang penting. Semua ini pernah kita lalui. Itu adalah kejadian 15 tahun yang lalu.

Jadi, sejak dahulu hingga kini, penderitaan di dunia tidak pernah usai. Terbentuk, berlangsung, rusak, dan hancur, itulah empat fase dalam kehidupan ini. Mengenang kembali masa-masa itu, kisah-kisah yang hangat juga sangat banyak. Insan Tzu Chi dari selatan juga datang ke utara. Para relawan dari Kaohsiung dan Pingtung datang untuk turut menyelamatkan kaset-kaset rekaman yang sangat berharga. Para relawan terus berdatangan. Mereka juga menyelamatkan peralatan penting. Ada pula relawan yang membantu di Xizhi, Liudu, Qidu, Badu, Keelung, dan daerah lainnya.

 

Mereka terus membagikan makanan hangat. Saat itu, beruntung kita memiliki Kompleks Tzu Chi Neihu. Saat itu, kompleks Tzu Chi di Neihu dijadikan dapur pusat untuk menyediakan makanan hangat bagi wilayah Taipei. Setiap hari para relawan memasak dan membagikan ratusan ribu porsi makanan hangat di tengah genangan air. Kembali ke saat ini, kekuatan Topan Malakas yang terus bertambah juga membuat kita khawatir. Kita sungguh merasa khawatir dan takut. Semoga Taiwan dapat melalui topan yang datang silih berganti dan berkekuatan besar ini dengan selamat.

Kita harus mawas diri dan berdoa dengan tulus. Namun, banyak hal yang juga patut disyukuri. Hal-hal yang membuat risau dan khawatir juga sangat banyak. Beginilah Dunia Saha ini. Dunia materi ini tak pernah luput dari empat fase. Karena itu, kita harus meningkatkan kesadaran dan sungguh-sungguh berdoa dengan tulus semoga dunia kita dapat lebih selaras dan bebas dari bencana.


Para dokter dari seluruh dunia berkumpul dan berbagi pengalaman

Insan Tzu Chi membantu warga yang rumahnya roboh akibat topan

Mengenang datangnya Topan Nari 15 tahun silam

Bersama-sama bergerak menyelamatkan catatan sejarah Tzu Chi

 

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 16 September 2016

Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina

Ditayangkan tanggal 18 September 2016

Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -