Ceramah Master Cheng Yen: Menyaksikan Cinta Kasih Warga Taiwan

Orang yang tahu memanfaatkan waktu dengan baik,kehidupan mereka di dunia tidak akan berlalu sia-sia. Setiap kali melihat Bodhisatwa dunia, saya sungguh memuji mereka dan tersentuh dari lubuk hati terdalam. Di tengah kehidupan duniawi yang penuh kegelapan batin ini, kita dapat melihat Bodhisatwa dunia yang penuh cinta kasih berkesadaran bersumbangsih bagi orang-orang yang menderita.

Tzu Chi telah berusia 50 tahun. Ada seorang Bapak Huang yang telah menerima bantuan Tzu Chi selama 40 tahun lebih. Saat itu, Bapak Huang berusia 50 tahun lebih.Beliau adalah seorang veteran. Tzu Chi sudah memberi bantuan untuknya selama hampir 50 tahun. Setelah anaknya tumbuh dewasa,keluarganya pun perlahan-lahan terbebas dari kemiskinan. Dia pun bertekad untuk menjadi donatur. Setiap bulan, dia mendonasikan 500 dolar NT. Anggota komite kita berkata padanya untuk tidak berdana sebanyak itu. Namun, dia menjawab, “Tidak bisa. Tzu Chi telah memperhatikan saya selama 40 tahun lebih. Saya masih mampu berdana.”Kita dapat melihat ketulusannya. 

Ada pula Bapak Chen Cai yang juga merupakan seorang veteran. Saat mengenal Tzu Chi,dia sudah berusia hampir 80 tahun. Dia bertahan hidup dengan mengandalkan uang pension dan memungut batu. Satu kilogram batu dapat dijual seharga 50 sen.Demikianlah caranya bertahan hidup. Melihat bapak ini sudah berusia lanjut dan berbadan bungkuk, relawan kita berpikir untuk memberi bantuan kepadanya. Akan tetapi, dia menolak bantuan kita. Dia berkata, “Saya sudah hidup berkecukupan dari hasil menjual batu.” Akan tetapi, dia sangat gembira jika relawan Tzu Chi datang berkunjung.

Karena dapat merasaka cinta kasih relawan Tzu Chi yang tulus, dia berkata kepada relawan kita, “Saya percaya pada ketulusan kalian dan kisah Master yang kalian ceritakan. Karena itu, saya ingin turut berdana.” Dia mendonasikan 1 juta dolar NT. Secara berangsur-angsur,dia mendonasikan 100.000 dolar NT,200.000 dolar NT, dan seterusnya. Dia hidup sebatang kara. Meski sering mengunjunginya, tetapi kita tetap merasa tidak cukup. Karena itu, kita menjemputnya untuk pindah ke rumah yang ada di seberang Griya Jing Si. 

Kita membangun sebuah rumah yang sangat kukuh di sana untuk para penerima bantuan yang sudah lansia. Kita memintanya pindah ke rumah itu agar dapat lebih leluasa menjaganya. Dia telah tinggal di sana selama belasan tahun. Setiap tahun, dia kembali ke Griya Jing Si untuk makan bersama ada malam Tahun Baru Imlek.

Tidak lama lalu, sebelum saya melakukan perjalanan,dia datang bertemu saya dengan membawa koin yang berat. Dia berkata, “Pascagempa, saya melihat banyak orang di Nepal yang tak memiliki tempat tinggal. Master, saya ingin membantu mereka.” 

Lihatlah, sebentar lagi dia berusia 102 tahun. Lansia yang telah berusia 100 tahun lebih tetap penuh dengan cinta kasih. Karena penuh cinta kasih,dia dikelilingi oleh banyak orang yang berbakti padanya. Ini sungguh membuat orang bersyukur. Relawan Tzu Chi hendaknya memiliki ketulusan jalinan kasih sayang untuk membawa kebaikan bagi dunia dan menjadi teladan nyata untuk menciptakan masyarakat yang penuh berkah.

Tahun lalu, Tzu Chi diterpa oleh berbagai isu. Namun, asalkan mengingat dua kalimat itu, kita dapat menemukan ketenangan kembali. Tindakan kita selalu berlandaskan ketulusan,kebenaran, keyakinan,dan kesungguhan hati. Kita tidak menyalahi hati nurani. Karena itu, kita tak perlu merasa tidak tenang.Kita harus menjadi teladan nyata untuk menciptakan masyarakat yang penuh berkah. Semoga kita dapat membawa kebaikan bagi dunia. Semoga kita dapat senantiasa menciptakan masyarakat yang penuh berkah. Tahun ini, kita akan terus bekerja untuk membentangkan jalan cinta kasih ke seluruh dunia dan mewariskan jalinan kasih sayang hingga selamanya.

Tzu Chi didirikan di tengah masa-masa yang sulit dan dimulai dari himpunan 50 sen. Sejak itu, kita terus membentangkan setiap inci jalan dengan penuh cinta kasih dan mewariskan jalinan kasih sayang agar bertahan selamanya.Dengan cinta kasih penuh kesadaran, kita harus mempertahankan, ketulusan, kebenaran, sila, keteguhan pikiran, dan kebijaksanaan untuk mewariskan ajaran Jing Si.

Setiap relawan harus menaati Sepuluh Sila Tzu Chi.Berhubung telah mengikuti pelatihan hingga akhirnya dilantik, kalian pasti sudah tahu bahwa Tzu Chi memegang teguh ketulusan,kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan hati dalam bersumbangsih bagi semua orang yang menderita di dunia. Terhadap kaum yang lemah, kita selalu bersumbangsih dengan penuh ketulusan dan cinta kasih.

Di masa sekarang ini,kita harus mempertahankan sila dan samadhi. Kita harus memantapkan keteguhan pikiran.Kita harus memiliki keyakinan yang teguh terhadap Tzu Chi. Kita harus memiliki kepercayaan yang teguh terhadap Tzu Chi. Kita harus meneguhkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan hati agar memiliki kebijaksanaan untuk membedakan yang benar dan salah. Setiap orang harus mempraktikkan sila, samadhi, dan kebijaksanaan agar dapat mewariskan ajaran Buddha ke dunia. Bukan hanya relawan yang dilantik hari ini, tetapi semua relawan Tzu Chi hendaknya memiliki cinta kasih dan welas asih Buddha dan mengemban misi Guru sebagai misi sendiri, yaitu menapaki Jalan Bodhisatwa .

Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa bersama saya, kalian jangan melupakan tekad awal. Bersedia? (Bersedia) Semoga semua orang bersedia. Janganlah kita melupakan tekad awal.Selain itu, kita harus memiliki ketulusan dan kasih sayang serta mewariskannya hingga selamanya.

Menyaksikan cinta kasih universal warga Taiwan

Penerima bantuan membalas budi Tzu Chi yang telah bersumbangsih dengan tulus

Seorang kakek berdana dengan pendapatan dari hasil menjual batu

Bersama-sama menapaki Jalan Bodhisatwa

Ceramah Master Cheng Yen tanggal 13 Januari 2016
Sumber: Lentera Kehidupan - DAAI TV Indonesia, Penerjemah: Hendry, Karlena, Marlina
Ditayangkan tanggal 15 Januari 2016

Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -