Ceramah Master Cheng Yen: Menyalakan dan Meneruskan Pelita Hati
“Jalinan jodoh kita dan SMA Yu Da berawal dari sosialisasi antinarkoba dan pelestarian lingkungan di komunitas. Lalu, kita membagikan buku dan membentuk ‘Klub Cinta Kasih’. Dalam klub ini, kita mengajarkan Kata Renungan Jing Si, isyarat tangan, pelestarian lingkungan, dan budaya humanis Tzu Chi. Kita membimbing mereka dari dalam kelas ke luar kelas. Tahun ini, kita bekerja sama dengan pihak sekolah untuk membuka kelas khusus ini,” kata Wang Jin-lian relawan Tzu Chi.
“Di antara murid-murid kita, ada banyak yang kekurangan pendidikan keluarga dan masyarakat sehingga mengalami kesulitan belajar dan penyimpangan perilaku serta merasa bahwa mereka tidak mempelajari keterampilan apa pun di sekolah. Namun, dalam kelas khusus ini, mereka dapat belajar banyak hal, seperti melukis dan meniup ocarina,” kata Fan Ren-da Ketua Dewan SMA Yu Da Taipei.
“Para guru pembimbing kita, yakni relawan Tzu Chi, merogoh kocek sendiri tanpa menggunakan sumber daya sekolah untuk membantu murid-murid belajar dan berkembang. Kita terus mengingatkan murid-murid untuk bertutur kata baik dan berbicara dengan baik. Adakalanya, kata-kata kasar yang diucapkan oleh mereka dalam sehari melebihi yang pernah kita dengar seumur hidup,” lanjut Fan Ren-da.
“Namun, lewat kerja keras selama satu semester, para guru pembimbing terus menyampaikan pada saya bahwa murid-murid kita telah mengalami kemajuan. Ini berkat para guru pembimbing kita yang bekerja keras siang dan malam. Setelah murid-murid pulang, para guru kita juga menelepon untuk memotivasi mereka dan memberikan pendampingan,” pungkas Fan Ren-da.
Hati para guru bagaikan hati orang tua dan hati Bodhisatwa. Kalian mendedikasikan diri untuk pendidikan dengan cinta kasih. Mendidik anak-anak tidaklah mudah. Sekelompok guru yang penuh cinta kasih membantu anak-anak memperluas wawasan sehingga mereka dapat melihat dan memahami berbagai hal di tengah masyarakat. Yang lebih penting ialah membantu keluarga.
Ada sebagian orang tua yang tidak tahu bagaimana mendidik anak mereka. Mereka membutuhkan pendampingan yang penuh cinta kasih dan pengajaran yang penuh kesabaran. Cinta kasih keluarga dan para guru memiliki manfaat besar bagi masyarakat.
“Mengelola ladang pelatihan di Keelung tidaklah mudah karena kita harus naik dan turun gunung. Meski demikian, para relawan kita telah mengelolanya dengan sangat baik,” kata salah seorang relawan Tzu Chi.
“Saya dilantik pada tahun 1990. Pada tahun 1985, saya mulai membantu menggalang dana. Saat itu, setiap kali mengadakan rapat, kita harus meminjam loteng orang lain. Kita meminjam loteng sebagai tempat mengadakan rapat dan sempat pindah tempat sebanyak empat kali. Setelah Bapak Wen Song-zhen menyumbangkan lahan, barulah kita memiliki ladang pelatihan di Keelung,” kata Lin Xiu-hua relawan Tzu Chi.
Bapak Wen sungguh merupakan perwakilan dari ketulusan. Kehidupan beliau tak luput dari ketulusan. Inilah berkah yang sesungguhnya. Beliau menciptakan berkah bagi dunia dan masyarakat. Beliau menyumbangkan lahan kepada kita sehingga kita dapat menginspirasi masyarakat di sana. Singkat kata, kehidupan yang bermakna berawal dari sebersit niat baik. Yang terpenting ialah terus mewariskan niat baik ini. Lewat misi pendidikan, kita terus mewariskan kebenaran di dunia.
“Titik perawatan jangka panjang di Neihu didirikan pada tahun 2019. Saat ini, kita memiliki dua kelas, yakni kelas ‘Rasa Syukur’ dan kelas ‘Cinta Kasih’, dengan lebih dari 70 peserta lansia,” kata Zheng Hua relawan Tzu Chi.
Para Bodhisatwa lansia sungguh menggemaskan. Sesuai hukum alam, kita mengalami beberapa fase kehidupan. Yang paling dipenuhi berkah ialah memiliki pikiran benar. Sejak kecil, kita mempelajari berbagai hal secara bertahap. Di usia paruh baya, kita perlahan-lahan memasuki usia tua. Di usia tua, para relawan kita bagaikan kembali pada usia muda mereka.
Mereka yang bisa bersumbangsih dengan bahagia sungguh memiliki kehidupan yang penuh berkah. Berapa banyak orang yang bisa memiliki kehidupan yang penuh berkah seperti ini? Kita bisa melihat banyak orang yang lanjut usia atau jatuh sakit di tengah masyarakat. Siapakah yang akan menjaga mereka? Di Taiwan, kita memiliki Tzu Chi. Semua insan Tzu Chi adalah Bodhisatwa yang bersumbangsih dengan bahagia serta saling menjaga dan mendampingi.
Di era sekarang, banyak anak muda yang meninggalkan kampung halaman untuk menuntut ilmu atau membangun keluarga sendiri. Yang tinggal di kampung halaman hanyalah kaum lansia yang hidup sendirian atau berdua. Demikianlah fase kehidupan. Karena itulah, Buddha mengatakan bahwa kehidupan penuh dengan penderitaan.
Berapa lama kita merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya? Tidak semua orang pernah merasakannya. Sebagian besar orang hidup di tengah noda batin dan ketidakberdayaan. Orang yang bisa menciptakan berkah bagi dunia adalah orang yang paling bahagia. Genggamlah jalinan jodoh dan lakukan saja.
Asosiasi Guru Tzu Chi hendaknya meneruskan filosofi yang baik hingga selamanya. Untuk mengedukasi orang-orang, kita harus memiliki tim yang baik. Di zaman sekarang, kita harus mengedukasi anak-anak agar mereka memiliki pandangan dan pikiran benar. Saya bersyukur kepada Asosiasi Guru Tzu Chi yang telah menentukan arah pendidikan dan terus bekerja keras hingga sekarang.
Setiap hari, kita hendaknya meneruskan pikiran benar tanpa memperhitungkan berapa usia kita. Kita tidak perlu melekat pada usia. Tadi, kita telah melihat para Bodhisatwa lansia. Meski telah berusia lanjut, saya tetap menggenggam setiap detik untuk bersumbangsih. Karena itu, kalian hendaknya juga bersumbangsih dengan sukacita setiap hari.
Kalian bisa pergi ke depo daur ulang ataupun berbagai kantor kita untuk berbagi kisah dengan orang-orang. Saat kita merasa sukacita, secara alami tubuh kita akan sehat. Jadi, kita harus yakin bahwa kita bisa selalu sehat dan panjang umur.
Janganlah kita melekat pada usia. Kita hendaknya menjalani hari demi hari dengan bahagia. Kita sendiri harus menyadari berkah. Setiap hari, saya juga berkata pada diri sendiri bahwa saya sungguh dipenuhi berkah. Kita yang selalu melihat orang baik dan mendengar kata-kata baik sungguh dipenuhi berkah. Perbuatan baik akan selalu diingat oleh orang-orang.
Lihatlah ladang pelatihan kita di Keelung. Berkat Bapak Wen yang saat itu bersumbangsih dengan cinta kasih, barulah kita memiliki ladang pelatihan Bodhisatwa di sana. Singkat kata, kekuatan cinta kasih tidak ada habisnya. Kita hendaknya terus bersumbangsih. Mari kita lebih bersungguh hati untuk melakukan hal yang bisa kita lakukan dan mengembangkan nilai kehidupan setiap hari.
Memotivasi murid-murid menuju arah yang baik
Belajar membangkitkan kesadaran dan pikiran benar
Menyalakan dan meneruskan pelita hati dengan cinta kasih tanpa batas
Menciptakan berkah bagi dunia dan mempertahankan kecemerlangan
Ceramah Master Cheng Yen Tanggal 29 Agustus 2024
Sumber: Lentera Kehidupan – DAAI TV Indonesia
Penerjemah: Hendry, Marlina, Shinta, Janet, Graciela
Ditayangkan Tanggal 31 Agustus 2024